Bagian 52

15.8K 3.5K 1.6K
                                        

Rea meneguk salivanya susah payah. "Mas, itu ... Aku..." Ia jelas tergugu.

Vano menatapnya dengan sorot datar. Itu menandakan bahwa ia sedang marah. Semua orang tahu, bagaimana sosok Vano jika berubah menjadi mode marah. "Sejak kapan?" tanyanya, dengan sorot dingin.

Rea bungkam. Dia tak mampu berkata-kata.

"Sejak kapan kamu menyembunyikan semua ini?!" tanya Vano lagi.

Lagi-lagi Rea bungkam. Dia hanya menunduk. Tak mungkin ia menjawab, bahwa benda itu sudah ia simpan sejak dulu, sebelum menikah dengan Vano. Ya! Vano memang tak pernah tahu, bahwa Rea pernah mendapatkan kado ulang tahun beserta surat berisi pernyataan perasaan dari Zay. Zay membuatkan surat dan dan hadiah itu beberapa hari, sebelum mendonorkan hatinya, dan ... meninggal.

Vano lantas berjalan ke arah Rea dengan tergesa. Ia meraih kenop pintu, dan keluar begitu saja. Tangannya masih menggenggam benda berharga milik Rea. Rea tentu tidak tinggal diam, ia mengikuti suaminya dari belakang. Sebelum pergi ke pemakaman tadi, Rea rasa sepertinya ia lupa meletakkan kembali miniatur pohon itu ke tempat persembunyian. Dan akhirnya, suaminya malah mengetahui rahasia yang selama ini ia simpan.

Vano melangkah dengan cepat. Ini adalah hari spesialnya, namun sayang, gara-gara benda sialan ini, moment itu malah hancur begitu saja. Vano akui, jikapun waktu itu Zay tidak meninggal, maka dapat ia pastikan bahwa Rea akan menjalin hubungan lebih dengan pria itu. Vano memang tidak ada apa-apanya dibanding Zay. Zay terlalu mendekati kata sempurna untuk ukuran seorang pria. Sementara Vano, ia yakin Rea memilihnya karena dia adalah opsi kedua, setelah Zay.

Hati Vano jelas semakin sakit saat melihat istrinya berkunjung ke makam pria itu. Ya! Vano memang pulang lebih awal tadinya. Di perjalanan, ia tak sengaja berpapasan dengan mobil istrinya. Melirik jam yang masih terlalu siang untuk menjemput putrinya, Vano yang merasa heran dengan arah tujuan istrinya pun memilih untuk membuntutinya.

Vano merasa dikhianati!

Bahkan saat sudah dinyatakan meninggal pun, Zay masih terus saja menjadi yang nomor satu di hati istrinya! Lalu bagaimana jika seandainya pria itu masih hidup? Apa Rea akan menceraikannya? Ya Tuhan, yang benar saja!

Setelah tiba di dapur, Vano menghempas benda itu dengan kasar. Rea tersentak. Miniatur pohon itu terlempar ke sudut dapur dan hancur. Melihat pemandangan itu, air mata Rea jatuh begitu saja. Benda itu adalah pemberian Zay! Zay sendiri yang membuat benda itu dengan kedua tangannya!

Tak sampai disitu saja, Vano beralih untuk mengambil sebuah botol kecil berisi bensin lantas menyiramnya pada benda itu. Hal selanjutnya, Vano menyalakan alat pemantik hingga api langsung merambat ke seluruh bagian di benda itu. Ia juga membakar surat-surat berisi tulisan tangan dari Zay. Napasnya terlihat memburu. Vano hanya berdo'a, semoga Zay tenang di alam sana. Zay tak perlu kembali datang ke dunia ini! Vano membenci keberadaannya!

Rea menutup mulutnya dengan kedua tangan. Yang bisa ia lakukan hanyalah menangis. Memangnya apalagi yang harus dilakukannya? Apa dia harus menjerit kesetanan? Vano adalah suaminya. Dan suami adalah panutannya. Yang bisa Rea lakukan adalah masuk ke kamarnya, dan menutup pintu dengan kencang. Ia juga mengunci pintu itu dari dalam.

Vano berjalan ke arah meja makan. Beberapa makanan kesukaannya sudah tersedia di atas sana. Istrinya lah yang telah menyiapkan semua ini. Seharusnya hari ini adalah hari bahagia untuknya. Harusnya saat ini dia sedang tertawa bahagia bersama keluarga kecilnya. Ya! Harusnya begitu!

Vano memilih untuk duduk di hadapan meja makan. Ia menopang wajahnya dengan kedua tangan, lantas mengembuskan napas berat.

Tanpa ia sadari, putri mereka mengintip di balik pintu kamarnya. Timmy melakukannya sedari tadi. Gadis itu bahkan belum sempat mengganti pakaiannya yang tampak basah kuyup. Timmy tak mengerti, apa yang menyebabkan kedua orang tuanya bertengkar seperti itu. Gadis itu lantas kembali menutup pintu kamarnya.

Tiga [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang