Diga dan Elga kini sama-sama keluar dari ruang BK. Suasana koridor tampak sepi, karena bel masuk telah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Elga berjalan santai mendahuluinya. Diga menepuk bahu lelaki itu cukup keras, hingga membuat Elga terpaksa menghentikan langkahnya. Kedua tangan Elga tampak terkepal. Sudah dua kali dia membiarkan lelaki bodoh itu menghancurkan wajahnya. Jika kali ini terulang lagi, maka tiada ampun baginya! Elga menepis tangan Diga dengan kasar.
"Jauhi Tiga," ucap Diga setenang mungkin. Dia hanya mencoba untuk berdamai.
Bukannya menjawab, Elga malah tersenyum sinis. Hal itu tentu membuat emosi Diga kembali memuncak. Ia menyentak bahu lelaki itu cukup keras, dan mengumpat, "Sialan! Apa mau lo sebenarnya?!"
Elga lagi-lagi bungkam. Ia bersikap seolah tak acuh. Lelaki itu merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.
"Jawab gue, bajingan!" bentak Diga.
Elga menatap Diga dengan sorot datar. Rahangnya tampak mengeras. Sebenarnya dia bisa saja menghabisi lelaki bodoh di depannya ini, namun ia masih punya otak untuk melakukannya di area sekolah. "Lo cemburu?"
Mendengar itu, Diga bungkam. Manik matanya ia alihkan ke arah lain. Sial! Jiwa manlynya mendadak hilang jika membahas perihal perasaan.
Melihat lawannya yang tak berkutik sama sekali, Elga kembali tersenyum sinis, "Oh, jadi lo gak cemburu? Kayaknya gue perlu nembak dia secepatnya. Hari ini, atau-"
Tanpa aba-aba, Diga menarik kerah baju Elga. Tak peduli jika dia sedang berhadapan dengan manusia setan sekalipun. "Jangan mimpi! Sekali lagi lo deketin dia, gue bocorin rahasia lo!"
Elga menepis tangan Diga dengan sekali hentakan. Rahangnya kembali mengeras. "Gausah bego! Kalau lo bocorin rahasia itu, lo orang pertama yang bakal dia benci!" tegasnya, lantas melangkah sembari menabrak Diga dengan bahunya. Beberapa detik setelah itu, ia kembali bersuara, "Satu lagi. Kalau lo beneran laki, gue saranin sebaiknya lo mikir pakai logika!"
***
Timmy baru saja selesai mencatat materi di papan tulis. Gurunya sedang keluar kelas, hingga beberapa murid mulai lengah dan melakukan aktivitas sesukanya. Timmy mengucek matanya pelan. Entah kenapa, belakangan ini dia merasa pandangannya sedikit memburam.
"Gue punya berita hot, guys. Ayo merapat!" ucap Sinta, yang duduk di belakang Timmy. Beberapa perempuan ada yang bangkit dari kursinya dan mendekat ke meja gadis itu. Beberapa lainnya memilih untuk duduk di kursinya, sembari menajamkan pendengaran mereka.
"Kalian tau gak, tadi ada cewek yang pelukan sama cowok di kantin!" Para gadis itu berteriak heboh, sementara Timmy, tersentak. Sinta kembali melanjutkan ucapannya, "Dan kalian tau cowok itu siapa? Dia Elga, guys! Gila gak tuh? Kalian percaya gak, kalau Elga si cool boy sekaligus bad boy tampan itu beneran meluk si cewek duluan? Feeling gue sih, ceweknya yang KEGATELAN!" lanjut Sinta sembari menekan kalimat terakhirnya.
"Gue denger dari anak sebelah, Elga itu tipikal cowok dingin loh, kayak di cerita-cerita Wattpad gitu. Cewek-cewek sebelah gak ada satupun yang bisa deketin dia. Diajak ngobrol aja dia selalu jawab ketus dan kasar," timpal Rara.
"Yaiyalah si Elga gak kecantol sama mereka! Lo tau kan, anak sebelah itu tampangnya kayak gimana? Cantikan juga gue. Terus nih ya, gue juga denger, katanya si Elga ini orangnya brutal. Gue gak tau artinya sih. Tapi, gue bisa ngambil kesimpulan kalau dia itu tipikal bad boy. Sumpah! Gue udah lama banget pengen dapet cowok modelan kayak dia!" sahut Lili.
"Udah deh, guys, gak usah halu!" sungut Sinta. "Kita fokus sama kejadian yang tadi aja. Jadi, kalian sependapat kan, kalau si cewek itu yang beneran gatel? Bisa jadi kan, dia nyari kesempatan, atau dia pura-pura jatuh, biar ditangkep sama Elga."
![](https://img.wattpad.com/cover/226892377-288-k854760.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga [Sudah Terbit]
Novela Juvenil[SEBAGIAN PART DI-UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] SEQUEL of FIREFLIES Satu ... Dua ... Tiga ... Empat. Tiga adalah tokoh utama di dalam cerita ini. Eits! Tiga di sini bukan angka loh ya. Dia Tiga, si gadis aneh, konyol dan menyebalkan. Tiga...