"Duluan ya..." ucap Timmy sembari membelokkan sepeda listriknya memasuki pekarangan rumah.
Sean dan Diga membalas ucapan gadis itu dengan membunyikan klakson secara bersamaan. Kedua lelaki gagah itu sama-sama menunggangi motor sport. Beda halnya dengan Timmy.
Sebulan yang lalu, Timmy dibelikan sepeda listrik oleh Vano - Papinya. Itu permintaan Timmy. Gadis itu memintanya sebagai hadiah karena dirinya telah lulus SMP. Alasan Timmy memilih sepeda listrik daripada motor matic karena ... entahlah.
Selera Timmy itu berbeda. Dia gadis yang unik.
Timmy berjalan memasuki rumahnya, lantas membuka pintu utama.
"Assalamualaikum ... Tiga is come back!" ucapnya lantang, sambil terus melangkah masuk ke dalam rumah.
Rea - Bunda Timmy, yang duduk di sofa sembari menonton televisi pun sedikit terkejut. Wanita itu mengusap air matanya sekilas. Tadinya dia sedang fokus menonton drama Korea, adegan baper. Dan Timmy datang, menghancurkan suasana. Sabar.
"Wa'alaikumussalam ... Astagfirullah, Timmy! Itu seragam kamu kenapa? Abis guling di tanah lagi? Iya?!" tanya Rea bertubi-tubi.
Timmy adalah anak tunggal di keluarganya. Dia tidak memiliki kakak apalagi adik. Oleh karena itu, Timmy menganggap Sean dan Diga sebagai kakak sekaligus teman bermainnya.
Timmy malah cengengesan. "Enggak guling kok, Bunda. Paling rebahan doang," ucapnya ngelantur. Rea membulatkan matanya sambil berkacak pinggang.
"Iya, Bunda. Abis ini seragamnya langsung Tiga cuci kok," ujar Timmy, sendu. Dia takut jika Rea sudah melotot seperti itu.
Rea menurunkan tangannya, lantas mengembuskan napas pasrah. "Udah. Seragamnya taruh aja di mesin cuci, nanti Bunda urus. Sekarang, ganti baju, abis itu makan. Papi lagi masak di dapur."
Timmy mengangguk antusias dan melesat menuju dapur.
Sesampainya di dapur, aroma makanan lezat tercium olehnya. Perutnya jadi mendadak lapar. Papinya memang suka memasak. Pria itu juga berhasil membangun beberapa cabang usaha kuliner di berbagai daerah. Hari ini, Vano sedang cuti kerja, jadi dia yang mengurus pekerjaan dapur sepenuhnya. Bundanya benar-benar beruntung memiliki suami seperti Papinya.
Timmy mencomot satu potong kentang goreng krispi, lantas mengunyahnya pelan. Lezat.
Tapi, tunggu!
Kemana Papinya?
Timmy beralih menuju meja kabinet, lantas menuangkan air hangat dari teko.
Timmy celingak-celinguk, mencari keberadaan Papinya. Hingga manik matanya menangkap keberadaan seseorang di samping kulkas.
Timmy mendekat. Ternyata benar, itu Papinya.
Pria itu membelakanginya. Kira-kira apa yang sedang dilakukannya di sana?
"Dor!" ucap Timmy pelan. Hal itu mampu membuat tubuh Vano terguncang. Sesuatu terjatuh ke lantai. Dan ternyata itu adalah semangkuk es krim berukuran kecil.
Timmy mewarisi hampir seluruh sifat dan kebiasaan Papinya. Namun, ada dua hal yang bertolak belakang. Timmy tidak secerdas Vano. Itu karena gadis itu lebih suka bermain daripada belajar. Dan, satu lagi. Jika Vano menyukai es krim atau sesuatu yang dingin, maka Timmy adalah sebaliknya. Gadis itu lebih suka mengonsumsi sesuatu yang hangat.
Berbeda-beda, tapi tetap satu juga!
Timmy terbelalak menatap tumpahan es krim di lantai. Bukan karena merasa bersalah, tapi-
"Hayo loh, Papi makan es krim diam-diam ya? Aku bilangin ke Bunda ah." Ya. Gadis itu memang menyebalkan.
"Heh! Hussst! Jangan berisik!" Vano berbicara setengah berbisik. Setengah hatinya merasa kesal karena es krim satu-satunya malah terbuang percuma.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga [Sudah Terbit]
Dla nastolatków[SEBAGIAN PART DI-UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] SEQUEL of FIREFLIES Satu ... Dua ... Tiga ... Empat. Tiga adalah tokoh utama di dalam cerita ini. Eits! Tiga di sini bukan angka loh ya. Dia Tiga, si gadis aneh, konyol dan menyebalkan. Tiga...