Bagian 31

23.8K 4K 2K
                                        

Sean menatap gulungan kertas di hadapannya dengan penuh tanya. Beberapa menit yang lalu, Timmy datang ke rumahnya lantas menyodorkan kertas-kertas absurd itu padanya.

"Lo dapat surat-surat ini dari mana?" tanya Sean, memulai obrolan.

"Dari-"

"Eh, ada Timmy. Tumben pagi-pagi udah main ke sini? Biasanya juga malem-malem." Ucapan Timmy terpotong, karena Anna tiba-tiba saja muncul. Wanita itu tampak mengenakan celemek. "Mama lagi buat cake loh. Kamu mau nyobain gak?"

Timmy terkekeh pelan. "Makasih atas tawarannya, Mama Anna. Tadinya Tiga ke sini pengen diajarin belajar sama Satu. Tapi kalau Mama Anna maksa nyobain cake nya sih, yaudah ayo."

Kedua perempuan itu melenggang pergi menuju dapur. Anna sudah menganggap Timmy sebagai putrinya sendiri. Sean hanya menatap kepergian Timmy dengan cengo. Sepupunya itu mudah sekali tergoda dengan rayuan makanan.

Sepuluh menit kemudian, Timmy kembali ke ruang tamu. Sean masih stay di sana.

"Satu mau gak? Enak loh," ujar Timmy sembari melahap cake di tangannya tanpa sungkan.

Sean menggeleng pelan, "Udah kenyang. Makan aja."

Beberapa menit kemudian, cake di tangan Timmy telah habis. Sean benar-benar menunggu gadis itu tanpa mengeluh.

"Udah selesai?" tanya lelaki itu, ramah. Timmy hanya bisa cengengesan.

"Udah kok. Ayo kita belajar!"

"Belajar?" tanya Sean, tak mengerti.

"Tiga pengen pinter kayak Satu. Jadi, ajarin Tiga belajar ya."

Sean sedikit terkejut. Tumben sekali sepupunya ini punya niat belajar. "Oke. Lo mau belajar apa?"

Timmy mengalihkan perhatiannya pada gulungan kertas di hadapan mereka. "Ini. Kita belajar ini aja."

Kening Sean mengernyit heran. "Lo serius?"

"Iya. Tiga pengen jadi detektif."

"Gue kira, lo minta diajarin pelajaran Kimia."

"Aduh, Satu. Sekarang ini kita lagi libur sekolah. Kimianya nanti-nanti aja. Sekarang kita belajar ini dulu."

Sean kembali menatap kertas-kertas itu. Membacanya lantas berusaha memahami pesan tersirat dari sana. "Lo dapat kertas-kertas ini dari siapa?"

Timmy mengedikkan bahunya. "Gak tau. Tiga nemu di sekolah."

"Kapan?"

Timmy tampak berpikir, "Lupa."

Sean mendengkus pelan. Lelaki itu kembali menelisik kertas itu satu-persatu. "Di setiap kertas ini, ada angkanya. Ini pasti tulisan lo kan?"

Timmy terkekeh. Sean ternyata benar-benar mengenali tulisannya, meski hanya berbentuk angka. "Satu bisa aja."

"Jadi ... maksud dari angka-angka ini apa?" tanya Sean, lagi.

Timmy berhenti terkekeh. Raut wajahnya berubah menjadi serius. "Angka disitu artinya urutan penemuan surat. Jadi, surat-surat itu Tiga temuin dalam waktu yang beda-beda."

Sean kini mengerti. Ia menyusun kertas-kertas itu secara berurutan. Terdapat empat buah kertas di sana. Sean lantas meraih salah satunya. "Ini surat yang pertama?"

Timmy mengangguk.

Aku adalah Tanda Seru. Berfungsi untuk menunjukkan kalimat perintah untukmu.

Kamu adalah Titik. Berfungsi untuk mengakhiri semua konflik di cerita ini.

Ayo bermain teka-teki denganku!

Tiga [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang