Bagian 15

31.5K 4.1K 619
                                    

Hari Sabtu kali ini, merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh Timmy. Gadis itu bersyukur, bisa memilih ekskul yang tepat. Meski tidak semenyenangkan ekskul futsal, ekskul Pramuka yang ia pilih ini cukup menantang adrenalin juga.

Dari rumor yang beredar, katanya ekskul Pramuka itu menyenangkan. Di malam perkemahan, setiap anggota akan ditantang agar menelusuri setiap ruangan kelas yang kosong dan gelap untuk menemukan sesuatu, sesuai dengan arahan pembina. Ah, itu menyenangkan sekali!

Ini adalah kali pertama Timmy mengikuti acara perkemahan. Sebenarnya Vano dan Rea tidak mengizinkan, namun karena Diga juga ikut, mau tak mau mereka menurut. Lagipula Diga juga sudah berjanji di hadapan Vano akan menjaga Timmy selama acara perkemahan berlangsung.

Mereka akan menginap di sekolah selama satu malam. Itu saja. Acara perkemahan kali ini bermaksud sebagai acara penutup untuk kelas dua belas. Mengingat kedepannya mereka akan sibuk menghadapi ujian-ujian, pihak sekolah memberi kesempatan bagi mereka untuk bisa menenangkan pikiran dengan mengikuti perkemahan malam ini. Sekaligus sebagai acara pembukaan bagi kelas sepuluh yang baru bergabung.

Lima tenda besar sudah terpasang di halaman sekolah. Di tengah-tengah, terdapat seonggok api unggun.

Karena acara ini dibuat mendadak, maka yang mengikutinya pun tidak terlalu ramai. Apalagi untuk kelas dua belas. Meski acara ini dibuat khusus untuk mereka, tidak banyak yang bersedia hadir untuk berpartisipasi. Kecuali orang-orang yang dulunya memang tergabung dalam ekskul ini.

Timmy duduk terpisah dengan Diga. Ia tergabung dengan grup kelas sepuluh khusus perempuan, sementara Diga, sebaliknya. Di depan sana, senior kelas dua belas, dan beberapa anggota OSIS sibuk mengisi acara. Mulai dari menyanyi, menari, bahkan membaca puisi.

Benar-benar membosankan. Semua jauh di luar ekspektasinya!

Timmy duduk bertopang dagu. Di depannya, dua orang perempuan sibuk merumpi. Apalah daya Timmy yang tidak memiliki teman sejenis.

"Eh, gue denger-denger, lantai tiga sekolah kita itu angker loh."

"Ah, masa?"

"Suer! Selama sekolah di sini, gue belum pernah naik ke sana."

"Si bego! Ya iyalah, kita kan baru sebulan di sini. Gimana sih!"

Timmy tertarik mendengar percakapan dua gadis asing di depannya. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya, hingga membuat kedua gadis itu menoleh ke arahnya.

"Lo nguping?" ucap salah satu di antara mereka. Timmy tersenyum canggung.

"G-gue boleh ikutan gabung gak?" ucap Timmy, sedikit grogi.

Mereka menatap Timmy lekat.

"Lo anak kelas mana?" tanyanya, mulai mengintogerasi.

"I-IPA."

Keduanya saling menatap satu sama lain. Satu di antaranya mengambil sebuah ponsel, lantas mulai mengotak-atiknya. Ia menatap Timmy sebentar, lantas kembali memerhatikan layar ponselnya. Keningnya mengernyit.

"Bohong! Foto lo gak ada di Instagram kelas IPA!" ucap gadis itu sembari menampilkan layar ponselnya di hadapan Timmy. Di sana, terpampang sebuah foto yang berisi kumpulan anak perempuan di kelasnya. Semua ada, kecuali Timmy.

"G-gue gak punya Instagram," balas Timmy.

Kedua gadis itu kembali menatap satu sama lain. Mereka tentu saja heran. Di zaman canggih seperti ini, masih ada saja remaja kolot yang tidak punya akun Instagram seperti gadis di belakang mereka.

Satu di antaranya, kembali menoleh ke belakang.

"Nama lo siapa?"

"T-tiga."

Tiga [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang