Hari Jum'at berikutnya, Timmy kembali menghabiskan waktu bersama Lala dan Wiwi di depan kelas IPS. Timmy bersandar di kepala kursi, manik matanya menatap orang-orang yang berlalu lalang di depannya.
"Ketik password-nya." Lala menyerahkan ponsel kepadanya, sementara Timmy menatap gadis itu heran.
Lala menepuk jidatnya. "Susah ngomong sama orang kolot," ucapnya sangat pelan. Dia kembali bersuara, "Kita udah download Instagram versi baru di ponsel lo. Sekarang, isi passwordnya. Lo gak tau password ya? Password itu kata sandi. Ketik sesuka lo. Ayo Gercep!"
Timmy membawa ponsel barunya ke sekolah dan menunjukkannya pada Lala dan Wiwi. Semenjak dibelikan ponsel baru, Timmy tampak biasa-biasa saja. Bahkan saat di rumah pun, dia tidak menyentuh benda itu meskipun ada pesan masuk dari Diga dan Sean. Hanya ada satu aplikasi media sosial aktif yang ada di ponselnya, yaitu WhatsApp. Kontak di dalamnya juga hanya terdiri dari empat nomor. Vano, Rea, Sean dan Diga. Itu saja.
Setelah mengetikkan kata sandi di layar ponselnya, Timmy memberikan ponsel itu pada Lala. Tidak peduli dengan apa yang teman-temannya lakukan pada benda itu.
"Oh iya, Tiga. Email Instagram lo kita sesuain sama G-mail ya," sahut Wiwi. Timmy hanya mengangguk saja.
"Wi, jangan lupa follow akun gue," ucap Lala.
"Iya-iya, sabar. Ini gue lagi ngelike semua foto gue nih."
Beberapa menit berlalu, Timmy mulai menggigiti sedotan bekas teh hangatnya. Dia suntuk. Lala dan Wiwi masih sibuk mengotak-atik ponselnya.
"Akun kelas lo juga udah kita follow nih. Akunnya di privasi, tinggal nunggu persetujuan aja. Oh iya, lo ada request mau download apa lagi gak?" tanya Lala.
"Terserah kalian aja."
"Gimana kalau Tik-tok?" saran Wiwi. Timmy hanya mengangguk tanpa menoleh pada mereka.
"Abis itu kasihin ke gue. Gue mau nyari filter bagus di Instagram," timpal Lala.
"Tiga, lo suka baca gak? Biar gue download aplikasi Wattpad juga sekalian."
"Apaan dah Wattpad! Mending juga aplikasi edit foto," sahut Lala. Timmy hanya bungkam. Dia sibuk dengan sedotannya.
"Yaudahlah, yang lain aja. Oh, atau lo mau download game? Lumayan, bisa mabar sama Diga."
"Gak! Gak boleh!" Lala mengambil alih ponsel Timmy dari Wiwi. Gadis itu tak sengaja membuka aplikasi WhatsApp. Terpampang dengan jelas, sebuah kontak dengan jumlah pesan yang banyak dan belum dibaca oleh Timmy. Lala yang penasaran pun membaca pesan itu.
"Dua ini siapa sih? Iseng banget ngirim spam chat." Lala menggulir pesan itu hingga ke atas. Satu pun pesan dari si 'Dua' itu tidak dibalas oleh Timmy.
"Diga," balas Timmy cuek.
"What?! Omaigat! Hampir aja gue lupa sama Diga." Lala merapatkan posisinya dengan Timmy. "Btw, gue boleh minta kontak Diga gak?"
Timmy membuang sedotannya asal. Dia beralih menatap Lala lekat.
"Gak!" jawabnya, lantas merampas ponsel miliknya dari tangan gadis itu. Timmy beranjak dari duduknya dan melangkah ke kelasnya.
Lala menatap Timmy cukup shock. "Tiga! Kok lo pelit sih?!"
***
Timmy duduk di kursinya. Dia sendirian. Sean, Diga, dan anak laki-laki muslim lainnya sedang melaksanakan sholat Jum'at di luar sekolah. Timmy bosan. Ingin bermain, tapi tidak ada yang bisa diajak bermain di sini. Anak perempuan di kelasnya sibuk berjoget di depan ponsel. Timmy mendengkus sebal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga [Sudah Terbit]
Novela Juvenil[SEBAGIAN PART DI-UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] SEQUEL of FIREFLIES Satu ... Dua ... Tiga ... Empat. Tiga adalah tokoh utama di dalam cerita ini. Eits! Tiga di sini bukan angka loh ya. Dia Tiga, si gadis aneh, konyol dan menyebalkan. Tiga...