Setelah tiba di lokasi, Timmy segera merapikan rambutnya. Tidak boleh ada yang tahu jika dirinya perempuan. Cukup Diga saja yang tahu.
Pertandingan kali ini tidak terlalu besar. Kecil-kecilan saja, antar kelas IPA dan IPS. Diga sudah kenal dengan beberapa teman sekelasnya yang laki-laki, kebetulan salah satu dari mereka mengajaknya untuk bertanding malam ini. Jadilah ia dan Timmy di sini.
Priiitttt!!!
Masing-masing tim berlari, menendang bola dari kaki ke kaki. Timmy juga begitu. Ini yang dia tunggu! Gadis itu suka berlari. Dia menyukai futsal karena suka mengejar sesuatu yang tidak pasti, seperti bola.
Di mana ada Diga, di situ ada Timmy. Sesekali Timmy berpindah haluan pada teman se-timnya.
Bola berhasil masuk ke gawangnya. Diga dan timnya berdecak kesal. Dia kebobolan. Skor satu sudah digenggam oleh tim lawan. Ini tidak boleh berlanjut!
Timmy seperti anak kucing yang tersesat di antara kerumunan singa liar. Sejujurnya, Timmy tidak pandai bermain futsal. Ia hanya suka mengejar bola, itu saja.
Di menit ke-10, Timmy masih kuat berlari. Sudah biasa baginya. Namun sialnya, salah satu kaki panjang milik seseorang tak sengaja ia tendang. Cukup kuat.
Brukk!!!
Timmy terjatuh, setelah menendang kaki orang tersebut. Tanpa sadar, rambut palsunya kini terlepas.
Orang yang ditendang oleh Timmy tadi, kini mengumpat, seraya memegangi sebelah kakinya yang terasa berdenyut karena ditendang oleh makhluk sialan.
Timmy berdiri, dibantu oleh Diga. Manik mata gadis itu kini bertemu pandang dengan si pemilik kaki yang ia tendang tadi.
Seingat Timmy, lelaki yang ia tendang itu adalah orang yang hampir ia tabrak di belakang sekolah tadi.
Mata lelaki itu menatapnya tajam. Penuh dendam. Timmy mendadak ciut. Padahal dia tidak sengaja.
"WOI!" bentak lelaki itu, dan berjalan tergesa mendekati Timmy.
Matanya meneliti Timmy dari atas hingga bawah. "Lo cewek?!"
"Hah?! B-bukan!" elak Timmy. Gadis itu bahkan merubah suaranya agar terkesan berat.
Lelaki di depannya berdecih. "SIAPA YANG NGIZININ CEWEK MASUK KE GRUP INI?!"
Semua orang bertanya-tanya. Mereka juga tidak tahu. Timmy pun heran. Kenapa lelaki pemarah ini tahu kalau dia seorang perempuan?
"Gue bukan cewek!" sanggah Timmy.
"Oh ya?" Lelaki itu menatapnya lekat. "Itu apa?" Lelaki itu menunjuk dada Timmy dengan dagunya. Sontak Timmy menyilangkan kedua tangannya menutupi dada. Timmy seperti ternistakan!
Lelaki itu berjalan ke belakang Timmy dan sedetik kemudian, kembali ke hadapannya. "Ini juga. Benda ini punya lo kan?"
Lelaki itu menunjukkan rambut palsu milik Timmy di hadapan wajahnya. Timmy tentu saja terkejut. Kedua tangannya sontak menyentuh kepalanya, dan benar saja. Itu memang rambut palsu miliknya!
Timmy langsung merebut rambut palsu itu dengan kasar. "Gak usah pegang-pegang. Mahal!"
Lelaki itu berdecih. "KELUAR LO!" ucapnya dengan nada berang.
Timmy membulatkan matanya tak santai. Enak saja!
"ENGGAK!" balas Timmy tak kalah berang.
Dengan geram, lelaki itu menarik salah satu tangan Timmy dan membawanya menuju pintu keluar. Namun, sebelum itu, pegangan lelaki itu terlepas saat Diga menghentaknya kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga [Sudah Terbit]
Roman pour Adolescents[SEBAGIAN PART DI-UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] SEQUEL of FIREFLIES Satu ... Dua ... Tiga ... Empat. Tiga adalah tokoh utama di dalam cerita ini. Eits! Tiga di sini bukan angka loh ya. Dia Tiga, si gadis aneh, konyol dan menyebalkan. Tiga...