Hari minggu kemudian...
Timmy sibuk menonton televisi bersama Bunda dan Papinya. Mereka kini sedang menonton serial kartun. Sesekali mereka tertawa bersama. Rea juga menyediakan berbagai camilan di atas meja. Ini benar-benar family time yang menyenangkan.
Bunyi ketukan pintu, cukup mengalihkan perhatian ketiganya. Mereka terdiam beberapa saat. Bunyi ketukan pintu itu terdengar lagi. Rea yang mempunyai pikiran sedikit lebih normal dari suami dan putrinya, kini beranjak. "Biar Bunda yang bukain."
Vano menengadahkan wajahnya, manik matanya tak henti menatap kepergian istrinya. "Han, kalau tamunya cowok, langsung usir aja ya," sahutnya, dan Rea hanya berdehem pelan.
Vano kembali ke posisi semula. Ia tak sengaja menoleh ke samping. Timmy, putrinya kini tengah menatapnya lekat. "Apa?" tanya Vano. Gadis itu menggeleng, dan kembali terfokus pada film kartun kesukaannya.
Vano berdehem pelan. "Tiga, kamu gak kepengen punya adik gitu? Gak bosen, jadi anak tunggal mulu?"
"Enggak," sahut Timmy, singkat.
Vano mencebik kesal. Namun ia tak kehabisan akal. Vano punya beberapa pertanyaan khusus untuk putrinya. "Kalau Papi sama Bunda ngasih adik, kamu mau gak?"
Timmy menoleh ke samping. Gadis itu sempat menempelkan telapak tangannya pada dahi sang Papi. "Nggak panas. Mungkin lagi ngigau."
Vano berdecak kesal. "Ih, Papi serius, Tiga."
"Tiga juga serius, Papi. Lagian gimana caranya coba? Emang Papi mau ngangkat anak dari panti asuhan?"
"Sembarangan! Ya Papi bikin sendiri lah."
Timmy tercengang mendengar perkataan Papinya. "Emang bisa?"
Vano kini tersenyum bangga. "Ya bisalah! Gampang malah. Kamu juga kan Papi yang bikin. Hebat kan Papi?" Pria itu bahkan menaik-turunkan alisnya. Sialnya, Timmy si gadis polos itu hanya mengangguk-angguk dan memercayai ucapan Papinya tanpa kecurigaan sedikitpun.
"Timmy, ada temen kamu tuh di depan," sahut Rea yang berjalan ke arah mereka.
"Siapa, Bun? Dua ya? Atau Satu?"
"Bukan. Dia cewek. Bunda seneng loh, akhirnya kamu bisa punya temen cewek juga. Buruan gih, samperin temen kamu."
Timmy beranjak dari duduknya. Gadis itu segera melangkah ke ruang tamu. Ia sempat menebak-nebak, siapa kiranya teman perempuan yang sudi bertandang ke rumahnya? Seingatnya, dia hanya punya dua teman perempuan yang tidak terlalu dekat. Lala dan Wiwi. Tapi rasanya tak mungkin jika mereka bisa tiba-tiba berkunjung tanpa mengatakan apapun padanya.
Vano juga ikut beranjak. Pria itu mendekati istrinya, lantas berbisik. "Tadi Tiga bilang, katanya pengen dibuatin adik loh."
Bulu kuduk Rea meremang seketika. "Yang bilang begitu, Timmy atau Tommy, hm?"
Vano terkekeh pelan, tak lupa untuk mencuri kesempatan mencium bibir istrinya, selagi permen karet kecil alias Timmy sedang tidak ada di dekat mereka.
Rea menyudahi kegiatan 'seperti biasa' mereka lebih dulu. "Udah ah. Kedepan yuk. Liatin temennya Timmy."
"Hayuk!"
***
Timmy terbelalak kaget ketika melihat si tamu perempuan yang diduga-duga sebagai temannya. Siapa sangka, jika si tamu perempuan itu ternyata adalah-
"EMPAT!" jerit Timmy.
Benar saja. Si tamu perempuan itu adalah Elga, si singa jantan. Lelaki itu bahkan sedang mengenakan pakaian perempuan, memoles wajahnya, serta mengenakan wig berambut panjang. Elga sungguh terniat!

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga [Sudah Terbit]
Roman pour Adolescents[SEBAGIAN PART DI-UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] SEQUEL of FIREFLIES Satu ... Dua ... Tiga ... Empat. Tiga adalah tokoh utama di dalam cerita ini. Eits! Tiga di sini bukan angka loh ya. Dia Tiga, si gadis aneh, konyol dan menyebalkan. Tiga...