005

20.8K 2.2K 299
                                    

Pagi ini Edgar bangun tepat pukul 6 dan segera menuju kamar mandi. Ia harus menghadiri rapat penting hari ini. 45 menit kemudian, Edgar telah keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi.

Ia melangkahkan kakinya menuju ruang makan saat mendengar suara samar percakapan anaknya dengan wanita yang baru ia nikahi dua hari lalu. Mengingat itu membuat Edgar mendengus keras. Lelucon memuakkan yang terjadi pada hidupnya sungguh membuatnya malas.

Menginjakkan kakinya di wilayah dapur, Edgar dapat mencium aroma pekat kopi dalam cangkir putih yang ada diatas meja.

"Papa!! Selamat pagi~"

Edgar tersenyum saat mendengar sapaan penuh semangat sang anak. Edgar menghampiri Aji lalu mengacak rambut anaknya pelan.

"Pagi jagoan, makan sarapanmu setelah itu kita berangkat."

Aji menganggukkan kepalanya semangat, "Eum!! Pa, tadi Bibi membuatkan Papa kopi kesukaan Papa. Gula satu setengah sendok makan dan kopi satu sendok teh. Aji yang beritau resepnya!"

Edgar kembali tersenyum lalu melirik ke arah Bella yang masih terlihat sibuk di depan masakannya. Edgar kembali bertukar pandang dengan Aji yang masih tersenyum lebar.

"Benarkah?"

"Iya! Ayo Papa coba dulu."

Edgar mengangguk lalu duduk di kursinya. Ia meraih cangkir yang berisikan kopi paginya lalu meneguk isinya sedikit. Edgar tersenyum puas lalu menatap Aji yang masih menaruh atensi padanya.

"Sempurna, kerja bagus jagoan."

"YESSS!!"

Edgar tertawa pelan melihat Aji mengepalkan tangannya keudara, merayakan kegembiraannya.

Tuk

Edgar menoleh saat satu piring berisi 4 tumpuk pancake diletakkan di hadapannya. Ia bisa melihat Bella tersenyum tipis.

"Kakak tidak bisa sarapan dengan makanan beratkan? Tadi Aji yang memberitau."

Edgar terdiam sejenak lalu menganggukkan kepalanya dan mulai memakan sarapannya. Bella tersenyum tipis lalu beralih pada Aji yang menatapnya penuh harap.

Bella tak bisa menahan tawanya. Tawa ringan itu menarik atensi Edgar yang kini menatap Bella yang tengah mengambil piring lain dari meja dapur.

"Nah, ini dia sarapan untuk Aji. Roti isi daging yang banyak dan sedikit sayuran."

"Yes!!"

"Ingat perjanjian tadi?"

Aji mengangguk semangat, "Makan buah yang banyak dan nanti siang harus makan sayur."

Bella tersenyum tipis lalu membelai kepala Aji lembut, "Anak pintar. Ayo sekarang sarapannya dimakan."

"Okkay!!"

Edgar menatap itu semua dalam diam. 6 tahun usia Aji dan baru hari ini ia melihat hal seperti ini. Edgar mengumpat dalam hati. Mengumpati 6 tahun yang ia lewati dengan percuma.

.

.

.

"Kau sudah tidur dengan suamimu?"

Bella meremat jemarinya erat lalu menggelengkan kepalanya pelan. Kepalanya tertunduk, tak berani menatap sang Mama yang kini berada di hadapannya.

Sang Mama datang satu jam setelah Edgar dan Aji meninggalkan rumah. Tepat disaat Bella menyelesaikan kegiatan membersihkan rumah. Mamanya begitu datang langsung mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu dan menyuruh Bella duduk di hadapannya.

Tanpa basa-basi, sang Mama langsung menjatuhkan pertanyaan yang membuat Bella hanya bisa diam dengan kepala tertunduk. Dan gelengan kepalanya tadi mendapat balasan berupa satu tamparan keras pada wajahnya.

"Bodoh! Kau hanya perlu membawa suamimu ketempat tidur. Rayu dan goda dia! Gunakan tubuhmu dengan baik!"

Bella menatap sang Mama takut, "Tapi Kak  Edgar baru saja kehilangan Kak--"

Plak

"Jangan pernah kau sebut anak tak tau di untung itu!"

Sang Mama menatap Bella tajam, "Dengar, kau menyayangi Papamu kan?"

Bella menganggukan kepalanya cepat membuat Mamanya mendengus, "Kalau begitu bergunalah sedikit! Kau harus menghasilkan uang untuk pengobatan Papamu!"

Bella menundukkan kepalanya, tak berani menatap sang Mama yang kini telah berdiri dari duduknya.

"Milikilah anak dari suamimu lalu buat dia memberikan hartanya untukmu. Bergunalah sedikit untuk keluarga yang telah merawatmu."

Bella hanya mampu terdiam hingga sang Mama meninggalkan rumahnya. Perlahan isakan Bella terdengar memenuhi sudut rumah. Badannya bergetar hebat dengan isakan yang semakin kuat.

Sekali lagi Bella hancur karena ucapan sang Mama.

.

.

.

Malam telah tiba dan kini menunjukkan pukul 9 malam. Bella duduk resah di dalam kamarnya. Aji sudah tertidur satu jam yang lalu dan Edgar masih belum ada dirumah.

Bella kembali melirik jubah tidurnya. Gaun tipis berwarna hitam yang ia lapisi dengan cardigan berwarna merah. Bella nyaris menangis saat menyamakan dirinya dengan jalang penggoda lelaki di club malam.

Bella menarik nafas lalu berjalan keluar kamarnya. Sepertinya ia butuh segelas air putih. Baru saja ia hendak memasuki dapur, ia terkejut dengan kehadiran Edgar yang masih lengkap dengan jasnya telah berada di dapur terlebih dahulu.

Bella mengeratkan cardigan yang ia gunakan dengan kepala tertunduk. Edgar yang melihat itu mendengus keras lalu menghampiri Bella yang masih berdiri kaku di depannya.

Bella perlahan mundur hingga terantuk ujung meja yang berada di dekat pintu dapur. Tetap menundukkan kepalanya saat dirasa Edgar berada tepat di hadapannya.

"Kak, tolong mun--hmmmphhh!"

Bella membulatkan matanya saat Edgar meraih wajahnya dan langsung melumat bibirnya. Bella berusaha mendorong Edgar dengan seluruh tenaganya yang ada.

"Hmmpp hah hah hah!"

Bella bernafas cepat saat Edgar menyudahi ciuman mereka. Bella dengan erat meremat cardigan yang ia gunakan sementara Edgar tertawa sarkas.

"Kenapa kau menolak?"

"Kak bukan--"

"Bukannya kau sengaja berpenampilan seperti ini untuk menggodaku?"

Bella menggeleng panik. Ia menahan nafasnya saat merasakan nafas Edgar di telinga kanannya.

"Kuberitau satu hal. Percuma kau berpakaian seperti ini karena aku tak akan berminat."

Bella tercekat dan semakin meremat cardigan yang ia kenakan hingga buku jemarinya memutih.

"Kau tau kenapa? Karena aku tak berminat pada jalang, sepertimu."

Edgar menarik tubuhnya lalu meninggalkan Bella yang kini merosot jatuh kelantai. Terduduk tanpa daya dan perlahan isak tangisnya kembali hadir.

Bella lagi dan lagi hancur. Kali ini ia hancur karena pria yang berstatus suaminya. Seseorang yang harusnya memberikan ia kenyamanan dan keamanan bukannya kehancuran.

******
Aku mau minta maaf lagi disini, maaf kalo aku jarang update dan sekalianya update malah pendek banget.

Maaf. Selanjutnya aku akan memperbaiki diriku agar menjadi lebih baik lagi.

Mama [HyuckRen] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang