012

21.3K 2.4K 260
                                    

Bella terbangun dipagi hari disaat matahari masih enggan menampakkan dirinya. Ia melihat di sampingnya Aji yang masih terlelap dan juga Edgar yang semalaman tidur di sofa kamar.

Bella beranjak dari ranjang perlahan lalu keluar dari kamar tanpa menutup pintu dengan rapat, takut membangunkan Papa dan anak yang masih terlelap di alam mimpi.

Bella segera menuju kamarnya, mengambil baju ganti dan masuk ke dalam kamar mandi. Setengah jam kemudian, dengan penampilan yang lebih segar Bella kembali menuju kamar Edgar dan masuk perlahan.

Bella menimbang sejenak, siapa di antara dua pria ini yang akan ia bangunkan terlebih dahulu. Mereka akan melihat matahari terbit dan sekarang sudah hampir jam setengah 5 pagi. Mereka harus cepat atau akan terlambat.

Bella akhirnya berjalan menuju tubuh Edgar dan berjongkok disamping pria itu. Tangannya terulur untuk menepuk pelan lengan kanan sang suami untuk membangunkannya.

"Kak? Kak Edgar? Bangun Kak."

Edgar mengerang pelan lalu meraih tangan Bella yang tadi menepuknya. Edgar memiringkan tubuhnya dan menjadikan tangan Bella sebagai bantalan untuk pipinya.

"K-kak?"

"Bentar."

Bella menelan air liurnya susah payah saat wajah tampan Edgar yang masih memejamkan mata terlihat jelas olehnya. Bella merutuki kerja jantungnya yang tiba-tiba meningkat.

"Bibi?"

Bella menengok kearah ranjang dan tersenyum saat Aji telah duduk sambil mengusap pelan matanya.

"Jangan di usap gitu, nanti merah matanya."

"Bibi ngapain?"

"Bangunin Papanya Aji, kan kita mau liat matahari terbit."

Mata sipit itu melebar. Ia menyingkap selimutnya lalu segera turun dari ranjang dan berlari menuju Bella dan Edgar.

Matanya kembali menyipit saat melihat tangan Bella yang dijadikan Edgar bantal tidurnya. Aji mendengus marah membuat Bella panik. Ia menarik pelan tangannya namun Edgar menahannya dengan kuat.

"Kak? Lepas dulu!"

Bella semakin panik saat Aji menatapnya. Bella tidak mau Aji kembali memusuhinya seperti dulu lagi.

Tetapi kepanikan Bella seakan tak berarti saat Aji dengan sepenuh hati menggigit lengan sang Papa hingga membuat pria tampan itu menjerit kaget.

Aji melipat tangannya di depan dada lalu menatap Papanya sengit, "Siapa yang ngasih Papa pegang-pegang Bibi Bella?!"

Edgar masih meringis sembari mengusap lengannya yang tadi di gigit Aji. Ia menatap anaknya penuh tanya, "Kenapa sih emangnya?"

Aji cemberut lalu memeluk Bella erat, "Bibi Bella cuma punya Aji!! Papa jauh-jauh!!"

Bella tersenyum kecil lalu mengusap punggung Aji lembut, "Tapi Aji gak boleh gitu. Ayo minta maaf sama Papanya."

Aji menatap Bella dengan pandangan memelas yang di balas Bella dengan senyuman. Aji mendengus lalu menatap Papanya, "Maaf!"

"Yang bener Aji."

"Ish! Aji minta maaf ya Pa~ Udah!"

Bella tertawa lalu menepuk punggung Aji pelan, "Anak baik~"

Edgar tersenyum lalu mengacak rambut Aji, "Sana siap-siap katanya mau liat matahari terbit."

Mata Aji kembali membulat, "Bener! Ayoo kita pergi!"

.

.

.

"Jangan buka jaketnya ya, masih dingin banget loh ini."

Mama [HyuckRen] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang