Bella kembali menghela nafasnya di sembari memperhatikan penampilannya pagi ini. Gaun pernikahan sederhana berwarna putih gading menjadi busana perayaan pesta pernikahannya.
Memang bukan pesta perayaan yang meriah mengingat hari ini baru menginjak seminggu setelah kepergian sang kakak ke pangkuan Tuhan.
Bella melirik kearah samping kanannya dimana kakak iparnya atau sekarang telah menjabat sebagai suaminya itu tengah mengenakan jas berwarna hitamnya.
Tangan Bella bertaut resah. Mereka belum pernah terlibat pembicaraan apapun semenjak ia menginjakkan kakinya di Indonesia. Bahkan semua persiapan pernikahan dikerjakan oleh keluarga besarnya dan keluarga besar sang suami.
Bella baru saja hendak mengeluarkan suaranya saat suaminya itu melangkahkan kakinya meninggalkan Bella seorang diri di ruangan ganti. Dan tak lama pintu ruangan itu kembali terbuka, menampilkan sang ibu yang tersenyum lembut.
"Ayo sayang, pestanya akan segera dimulai."
Bella menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia tersenyum tipis lalu mengikuti langkah ibunya yang kini menuntun dirinya kedalam pesta pernikahannya.
Tidak ada dekorasi megah, tamu yang banyak ataupun kue pernikahan bertingkat. Hanya ada 4 meja bundar besar dengan hidangan siap santap di pojok ruangan.
Bella melihat suaminya, Edgar yang telah duduk dikursi yang ada disalah satu meja dengan sang anak yang duduk tenang di sampingnya. Dengan dorongan pelan sang ibu pada punggungnya, Bella memberanikan diri menduduki salah satu kursi kosong disana.
Tersenyum canggung kearah Edgar yang kini meliriknya dari ujung mata tajam pria itu. Bella melempar satu senyum pada anak laki-laki Edgar yang bernama Aji. Keponakannya yang kini berstatus sebagai anaknya.
Senyum Bella luntur saat Aji mengalihkan wajahnya, enggan membalas senyum serta tatapannya. Bella mengerjapkan matanya linglung. Ada apa dengan Ayah dan anak disampingnya ini?
Bella menghela nafas pelan sebelum meraih gelas berisi air mineral di depannya. Meneguk isinya pelan, berharap rasa sesak yang perlahan memenuhi dadanya dapat menghilang.
Rasa sesak yang datang ketika telinganya mendengar sayup bisikan keluarga besar Edgar yang membandingkan dirinya dengan istri Edgar sebelumnya. Ayumi, kakaknya sendiri.
.
.
.
Hanya hening yang tercipta di dalam mobil SUV Hitam yang kini membelah jalanan malam ibukota di malam hari. Bella duduk canggung di samping Edgar yang kini memfokuskan pandangan pada jalan raya di depannya.
Tak berani memulai pembicaraan pada sosok Ayah dan anak di dekatnya, Bella memilih ikut diam dan menatap jalan raya di depannya.
Tak lama mobil Edgar memasuki perumahan dan mematikan mesin mobilnya di hadapan rumah sederhana dengan gerbang hitam yang menjadi tameng kokoh rumah di dalamnya.
Bella tersentak saat sebuah kunci di sodorkan Edgar padanya. Pria tampan itu mengarahkan matanya pada kunci ditangan Bella dan gerbang hitam di depannya.
Bella segera mengangguk dan keluar dari mobil Edgar. Membuka gerbang di depannya dengan gesit, Bella kembali menutup dan mengunci gebang itu ketika mobil Edgar telah memasuki halaman rumah.
Bella segera berlari ke arah mobil Edgar dan membuka pintu belakang dimana Aji telah menatapnya datar dan segera turun dari mobil, meninggalkan Bella yang segera menurunkan kopernya.
Bella mengikuti langkah kaki 2 lelaki beda generasi di depannya dengan langkah pelan. Sedikit menatap rumah sederhana di depannya. Rumah dimana almarhumah kakaknya membina rumah tangga dengan suaminya yang kini telah menjadi suami Bella.
Bella menatap punggung lebar Edgar yang berjalan lurus menuju kamar dengan pintu kayu kokoh berwarna putih yang ada di dekat ruang keluarga. Membuka pintu itu lalu menghilang dibalik pintu itu dengan satu bantingan kencang yang terdengar kala pintu itu tertutup, Edgar berhasil membuat Bella terlonjak dari tempatnya berdiri.
Bella mengalihkan pandangannya pada Aji yang kini menatapnya sinis. Bella memberikan senyum tipisnya pada Aji yang di balas decihan sinis anak lelaki itu.
"Aji--"
"Aku dan Papa hanya butuh Bunda! Kami tidak mau dan tidak perlu siapapun lagi! Bibi hanya akan menjadi penganggu! Jangan harap bisa menjadi pengganti Bunda! Lebih baik Bibi pergi saja dan jangan ada di sekitar aku dan Papa!!"
Lagi, bantingan pintu yang Bella dapatkan. Kali ini dari kamar dengan pintu berhias stiker tokoh Marvel. Bella menarik nafas dalam, berusaha menahan sesak di dada dan desakkan air mata yang menumpuk di matanya.
Perlahan Bella menarik kopernya masuk dan menutup pintu rumahnya saat ini. Setelah mengunci pintu, Bella melangkahkan kakinya menuju sofa yang ada di ruang keluarga. Mendudukan dirinya diatas karpet tebal yang menyelimuti ruang keluarga, Bella memeluk kedua kakinya erat.
Menyembunyikan wajahnya disana dan perlahan bahunya mulai bergetar. Bella menggigit bibirnya, menahan isakan yang akan keluar bersamaan dengan jatuhnya air mata dari kedua matanya yang kini terpejam.
Cobaan apa yang ada di hadapannya saat ini?
Kenapa harus ia yang mengalaminya?
Apa dosanya?!
Apa salah Bella pada dunia hingga dunia dengan seenaknya memberikan ia takdir seperti ini?
Menjadi pengganti?
Bella tak mau, tak akan pernah mau.
*******
Jadi, bagaimana?Oh aku mau tanya, ini tetep pake Edgar x Bella atau mau pake Hamizan x Rena?
Soalnya 'Edgar' sama 'Hamizan' bakalan punya nama sapaan yg beda hehehe
dijawab yaaaa😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama [HyuckRen] ✔️
Short StoryMenjadi pengganti bukan keinginan Bella Tapi disinilah dia sekarang, menjadi pengganti kakaknya sendiri dan masuk ke dalam kehidupan kakak iparnya, Edgar. Donghyuck x Renjun GS! Lokal AU