017

20.6K 2.2K 109
                                    

"Kak?"

"Hmmm?"

"Kita kapan pindah?"

"Pindah? Kemana?"

Bella tanpa sadar memukul pelan dada Edgar yang ada dihadapannya. Edgar yang mendapatkan pukulan dari gadis dipelukannya itu pun tertawa pelan. Semakin merengkuh tubuh Bella untuk mendekat padanya. Bella sendiri lebih memilih menyamankan dirinya dibanding menolak pelukan Edgar.

"Bentar lagi. Nanti kalo udah pindah, kamu gak bisa dipeluk gini."

Bella menganggukkan kepalanya pelan. Gadis itu memilih diam sembari mendengarkan deburan ombak pantai yang terdengar samar di telinganya.

"Bella?"

"Ya Kak?"

"Kamu gak mau tanya sesuatu?"

Bella mengerutkan keningnya, "Nanya apa?"

Edgar mengendikkan bahunya, "Apa aja, terserah kamu."

"Tapi aku bingung mau tanya apa. Gimana kalo Kakak aja yang cerita. Cerita apa aja, aku yang dengerin."

Edgar berpikir sejenak dengan tangan yang membelai lembut punggung Bella. Bella menanti Edgar membuka suaranya dengan sabar hingga ia mendengar helaan nafas suaminya itu.

"Aku kenal Arumi dari awal masuk SMP. Dulu satu gugus pas MOS, sering di jodoh-jodohin pas itu sama panitianya. Eh taunya malah bener jadian. Orang pikir bakalan jadi cinta monyet doang, tapi sampe mau masuk kuliah kita baik-baik aja."

Bella dalam diam mendengarkan kalimat Edgar, turut memutar masa lalu di tahun Edgar dan Arumi bertemu. Bella tertawa pelan, "Pas kalian ketemu, aku seumuran Aji."

Edgar turut tertawa pelan, "Masih kecil banget ya?"

Bella mengangguk ringan, "Hu'um, lanjut Kak."

Edgar mendengus lalu mencubit pipi Bella pelan, "Baiklah Yang Mulia~"

Bella terkekeh lalu mengusak wajahnya pada dada Edgar, "Hmmm~"

Edgar menepuk-nepuk pundak Bella lembut, "Ya gitu, mulai masuk kuliah dia jadi berubah. Mungkin karena faktor lingkungan pergaulan udah beda. Tapi kita tetep pacaran sampe hari itu kejadian. Aku sama Arumi mabuk dan yahh itu terjadi. Lalu tak lama Arumi hamil dan kami terpaksa menikah."

Bella mengernyitkan alisnya, "Tapikan kalian udah tunangan? Itu keputusan kalian kan? Aku hadir loh pas itu Kak. Kakak jangan cerita aneh-aneh ah!"

Edgat mengeratkan pelukannya saat ia merasakan perubahan emosi Bella, "Denger dulu, jangan marah-marah."

"Aku gak marah Kak. Cuma setau aku kalian nikah karena keinginan kalian. Kenapa sekarang Kakak bilang terpaksa?"

"Karena pas itu aku sebenernya belum terlalu siap. Aku masih 21 tahun, baru kuliah di semester 6. Kerjaan masih belum pasti, aku gak mau bawa anak orang hidup susah! Tapi aku gak mungkin biarin Arumi sendirian!"

Bella menghela nafas pelan lalu menepuk dada Edgar pelan, "Iya, pelan-pelan aja ngomongnya. Jangan emosi, jantungnya detak kenceng banget Kak."

Edgar memejamkan matanya erat lalu kembali membukanya perlahan, "Aku mendapat banyak cacian saat itu dari keluargaku karena Arumi yang hamil sebelum pernikahan kami. Kami akhirnya menikah demi nama baik keluargaku dan tentu saja keluargamu. Setelah pernikahan aku mulai bekerja disela kegiatan kuliah. Hingga Aji lahir. Saat itu aku merasa sebagai pria paling bahagia sedunia. Rasanya dunia seperti ada di tanganku ketika Aji pertama kali kugendong."

Edgar menarik nafas pelan lalu menghembuskannya perlahan, "Namun sayang, dunia ternyata sangat suka permainan. Di ulang tahun kedua Aji, seorang pria datang dan kehidupan mulai berubah. Dan akhirnya aku tau, aku bukanlah Papa kandung Aji. Rasanya hancur tentu saja. Aku dikhianati oleh istriku sendiri, wanita yang aku percayai setelah Mamaku."

Mama [HyuckRen] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang