014

22.1K 2.3K 486
                                    

Edgar mengetukkan ujung kakinya di depan pintu kamar Bella. Sekarang sudah hampir jam 10 malam dan Aji sudah tertidur bersama Lukman yang dipaksa menginap. Edgar merelakan ranjangnya dan memilih tidur di sofa ruang tamu yang langsung di tolak mentah-mentah oleh Bella.

Pria tampan itu mengulum senyum saat mengingat wajah kesal Bella yang entah mengapa terlihat lucu dimatanya. Mata yang menyipit dan bibir yang bergerak cepat melontarkan kata-kata untuknya.

Maka setelah perdebatan alot antara Bella dan Aji, iya yang berdebat Bella dan Aji. Bella yang mengizinkan Edgar menggunakan sofa yang ada di kamarnya dan Aji yang keberatan dengan gagasan sang Papa dan Bibi kesayangannya akan satu kamar tanpa dirinya.

Bella berfikir itu hal yang wajar. Jika Edgar ingin tidur di ranjang yang sama dengannya pun tak ada masalah. Mereka adalah suami istri yang sah, jadi tak ada yang salah.

Setelah mendapat sogokkan berupa jalan-jalan setelah pembagian raport, akhirnya Aji mengalah dan bersedia merelakan Edgar dan Bella tidur di kamar yang sama.

Cklek

Edgar menoleh pada pintu kamar yang terbuka dan melihat Bella yang telah siap dengan baju tidurnya. Tak ada yang salah dengan penampilan Bella. Kaus lengan panjang berwarna biru tua dan celana panjang berwarna hitam dan jangan lupakan rambut yang ia ikat longgar.

Tapi entah mengapa, untuk yang kesekian kalinya Edgar hanya bisa terpaku menatap gadis di depannya.

"Kak? Mau berdiri sampai kapan?"

"Ini gue beneran boleh masuk?"

Bella tertawa pelan lalu membuka pintu lebih lebar, "Masuk aja."

Edgar perlahan melangkahkan kakinya masuk dan duduk diatas sofa yang memang ada disetiap kamar. Bella mengambil beberapa bantal dan selimut untuk Edgar lalu meletakkanya di samping sang suami.

"Mau langsung tidur?"

Bella menatap Edgar yang bertanya lalu mengendikkan bahunya pelan, "Aku gak ada yang mau dikerjain. Kakak mau cerita?"

"Boleh."

"Oke, butuh teh anget?"

"Kalo lo gak keberatan."

Bella tersenyum lalu menggeleng, "Gak kok, bentar ya Kak."

Edgar menatap Bella yang berjalan keluar dari kamar. Pria tampan itu terdiam dan mengingat masa lalu dimana ia dan Arumi bersama. Tak pernah satu malam pun wanita itu menawarkan Edgar untuk menceritakan sesuatu apalagi hingga membuatkan Edgar minuman hangat.

Biasanya setiap malam Arumi akan sibuk dengan ponselnya dan membiarkan para asisten rumah tangga mengurus makan malam keluarganya. Bahkan membersihkan rumah yang tak luas itupun ia enggan.

Itulah mengapa di awal Edgar meminta para asisten rumah tangganya untuk berhenti sementara. Ia fikir Bella akan mengeluh dan memintanya memperkerjakan beberapa orang untuk mengurus rumah.

Tapi yang di dapat Edgar adalah rumah yang selalu bersih, halaman yang terawat dan makana olahan tangan gadis itu. Lalu sekarang gadis itu menawarkan hal yang paling Edgat butuhkan. Teman bercerita.

Lupakan masalah ranjang karena Edgar bahkan tidak mengingat kapan ia melakukan hal dewasa itu terakhir kalinya. Arumi benar-benar tak mengurusnya, bahkan wanita itu tak memperdulikan Aji.

Edgar mendengus kencang. Ia tersentak saat mendengar ponsel Bella berbunyi nyaring dari atas nakas disamping ranjang. Melihat sang mertua yang menjadi penelpon, Edgar segera menggeser ikon terima pada layar ponsel Bella.

"Bella! Apa-apaan ini hah?! Kau pergi berlibur tanpa mengajak kami? Sungguh anak tak tau diuntung!"

Edgar menaikkan alis kanannya lalu menatap pintu yang terbuka dan memperlihatkan Bella yang datang dengan nampan yang berisi dua gelas teh hangat dan sepiring kue. Edgar menjauhkan ponsel Bella dari telinganya dan mengaktifkan mode speaker.

Mama [HyuckRen] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang