Journey

671 38 3
                                    

Ada pribadi yang bahagia karena merasakannya sendiri, tapi hal berbeda di jalani seorang Jimin.

Ya, Seorang Park Jimin lebih mementingkan kebahagiaan orang lain daripada dirinya sendiri.
Terutama untuk orangtua dan sang istri,
Park Yeonmi.

Bukannya tidak mempunyai kebutuhan untuk bahagia, hanya saja Jimin selalu merasa 'puas hati' jika melihat orang di sekitarnya menebarkan senyum sumringah karenanya.

Jimin dan Yeonmi hampir dua tahun menikah. Rumah tangga mereka bisa di katakan sangat bahagia dengan kesederhanaan yang dimiliki.

Walaupun belum terlihat kehadiran buah hati di antara mereka, tetapi itu tidak menjadi masalah untuk keduanya.

Juga bagi keluarga kedua belah pihak.

Ya, walaupun ada saja yang selalu bertanya tentang makhluk kecil yang di harapkan tumbuh di rahim Yeonmi, tapi tidak membuat keduanya menjadi begitu tertekan.

Karena Jimin dan Yeonmi sungguh sangat saling menyayangi dan tidak memberatkan satu sama lain.

Terlebih karena Yeonmi adalah seorang yatim piatu semenjak ia berusia 5 tahun.
Hidup dengan kakek neneknya yang kini masih tinggal di pinggiran kota, membuat Yeonmi lebih mandiri dibanding wanita lainnya.

Jimin bekerja sebagai guru bahasa inggris di sebuah sekolah menengah atas. Biasanya setelah pulang mengajar, Jimin mengajar les dan mendatangi rumah murid yang membutuhkan ilmunya hingga sore hari.

Itu adalah bonus tambahan untuk Jimin.
Karena tempat ia mengajar adalah sekolah yang terbilang cukup elite. Sehingga pundi pundi uang bisa ia dapatkan untuk menambah gemuk tabungannya.

Dengan tinggal di sebuah apartemen sewaan di perkotaan, membuat mereka berdua lebih menghemat biaya transportasi dan menggantinya dengan berjalan kaki jika jarak yang di tempuh tidak terlalu jauh.

Yeonmi sendiri bekerja di sebuah tempat perawatan hewan peliharaan, untuk membantu mengisi tabungan rumah tangga mereka.

Dalam sepekan Yeonmi hanya bekerja empat hari saja. Membuat Yeonmi lebih fokus mengurus apartemen dan suaminya tentunya.

~~

"Yomi-yaa..."
Jimin senang memanggil istrinya dengan panggilan kecil seperti itu.

Wanita yang memiliki tubuh mungil dan bersurai sedada yang sedang merapikan makanan di meja menoleh dan tersenyum melihat sang suami datang dengan wajah yang sedikit lelah.

"Ahh.. maafkan aku tidak menyambutmu.
Aku baru saja pulang dan buru buru memasak. Kau pasti lapar kan??"
Yeonmi mengambil tas berukuran besar di tangan Jimin dan mempersilahkan suaminya untuk duduk.
Tapi Jimin sepertinya belum ingin duduk.

Dipandanginya sang istri yang masih menggunakan seragam kerja dan di lapisi oleh apron yang bernoda makanan.
Jimin tersenyum.

"Kau kenapa??? Seperti baru melihatku saja..."
Yeonmi mendelik pada Jimin.

Jimin tak banyak bicara, ia mendekat pada Yeonmi dan memeluknya dengan erat.

"Hmmmmm lelahku luntur dengan pelukan seperti ini.. kalau kau lelah tidak usah masak terlalu banyak. Kan kita bisa membelinya...."
Jimin mengendurkan pelukan dan mengaitkan kedua tangannya di pinggang mungil Yeonmi.

Tak lupa memandang manis wajah imut istrinya dan memberikan senyum khasnya.
Sedangkan yeonmi hanya pasrah dengan pelukan yang sudah biasa ia dapatkan setiap harinya.

"Bahan makanan di kulkas masih banyak, jadi aku harus memasaknya sebelum mereka membusuk.
Ayo kita makan.. setelah itu kau harus mandi. Jangan berbaring sebelum kau mandi!"
Yeonmi seperti seorang ibu yang memarahi anaknya sambil menyentuh hidung Jimin.

"Iyaa iyaa.. cerewet sekali istriku ini..."
Jimin mendekatkan pipinya ke wajah Yeonmi.
Memberikan isyarat meminta satu ciuman manis di senja itu.

Yeonmi tersenyum dan mencium pipi kenyal Jimin sedikit lama.

"Tetaplah seperti ini Jimin..."
Yeonmi memberikan senyum terbaik pada suami yang begitu bahagia melalui hari hari seperti pasangan yang jatuh cinta setiap hari.

Bohong jika rumah tangga tidak mempunyai masalah.
Masalah mereka berduapun sama,
Sama seperti rumah tangga lainnya.

Hal kecil seperti lupa menaruh barang,
Tempat cucian piring yang masih kotor.
Atau mengenai masalah keuangan mereka.

Tapi Jimin dan Yeonmi memang saling mengerti.
Jika salah satu sedang berada di puncak emosi, maka yang lainnya akan mengalah dan meminta maaf terlebih dulu.
Tidak ada gengsi diantara mereka.

Jadilah masalah apapun akan mereka selesaikan sebelum mereka tertidur.

Itulah kebiasaaan Jimin dan Yeonmi.
Mereka tidak akan membiarkan masalah apapun ikut larut dalam tidur mereka.
Karena ketika bangun di pagi hari, itu akan sangat tidak nyaman.

~~

"Tadi siang eonni menelponku.."
Yeonmi selesai menyisir rambut panjangnya dan mendatangi Jimin yang bersandar di tempat tidur dengan laptop di pangkuannya.

"Eoh?? Benarkah ? Bagaimana pekerjaannya disana? Apakah dia baik baik saja?"
Jimin terlihat antusias mendengar kakak perempuan dari Yeonmi menghubungi.

Tidak dengan Yeonmi, dia terlihat sedikit muram.

"Yejin eonni tidak berhenti menyuruhku untuk mengusahakan bayi tabung, dia bilang akan membayar semua biayanya jika aku ingin melakukannya di tempat dia bekerja...
Huff!! Mentang-mentang dia seorang dokter di jepang sana, apa dia harus sombong seperti itu???"
Gerutu Yeonmi sambil mengacak ngacak selimut.

Jimin tersenyum melihatnya.
"Yomi-ya .. kakakmu tidak sombong.
Dia hanya ingin membantu kita.
Jangan berpikiran buruk padanya..."
Jimin mengelus halus rambut Yeonmi yang masih saja berwajah cemberut.

"Lalu kau bilang apa padanya ??"
Tanya Jimin penasaran.

"Aku bilang padanya bahwa aku masih ingin mengusahakan secara alami. Aku katakan juga padanya bahwa hasil pemeriksaan kita berdua tidak ada masalah apapun..."
Yeonmi mengubah posisi duduknya menjadi berbaring dan menghadap Jimin.

Tak lama Jimin mematikan laptop, dan menaruhnya di nakas. Jimin ikut berbaring. Menghadap sang istri.

"Yomi-yaa.. kau percaya pada takdir bukan??"
Jimin mengelus pipi imut istrinya itu.

Yeonmi mengangguk pelan dengan bibirnya yang mengerucut karena masih merasa kesal.

"Maka dari itu kau tidak perlu merasa kesal dengan apapun.
Keluarga kita hanya ingin mencoba membantu.
Tidak lebih. Karena mereka menyayangi kita.
Sekarang tidurlah... Atau kau mau mengusahakan itu malam ini???"
Tanya Jimin yang tangannya mulai menyapa tengkuk sang istri.

"Hmmm maksudmu??"
Yeonmi masih sedikit bingung.

"Usaha membuat anak...." Jimin menarik tubuh Yeonmi dan mencium bibir sang istri dengan lembut dan penuh gairah.

Yeonmi tak menampik ciuman itu.
Jimin memang seorang good kisser.

Dan Jimin selalu melakukannya dengan baik walaupun keduanya merasa lelah karena bekerja.

Semua terasa begitu lancar tanpa hambatan..
Hingga akhirnya masalah muncul satu persatu di dalam hidup mereka....




~bersambung~

SMD-2 Agustus 2020

Ephemeral • PJM •ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang