"Ayahku adalah orang yang paling aku takuti di dunia ini."
Chaeyoung mengalihkan pandangannya, menatap pada Yoongi yang berbaring di sampingnya. Dimana pandangan pria itu masih menatap ke atas sana, pada langit malam yang menjadi atap bagi keduanya berbaring secara berdampingan, sementara rumput taman menjadi kasur yang nyaman bagi keduanya saat ini.
"Memang, eomma dan appa tak pernah sekalipun bertengkar di depanku. Kedua orangtuaku adalah artis terbaik yang pernah kulihat. Mereka bersikap seperti orangtua yang menyayangi putra mereka dengan kasih sayang di depan semua orang, namun berubah seperti dua orang yang tak saling mengenal ketika tak berada di depan umum.
Belum lagi, sifat ayahku yang begitu keras dan tak bisa untuk dilawan, sementara ibuku orang yang keras kepala dan tak suka dikekang. Mereka akan bertengkar di kamar mereka setelah memastikan putra mereka telah terlelap. Tapi yang tak pernah mereka sadari, putra mereka selalu terbangun karena suara teriakan yang saling bersahutan. Memilih untuk menangis dalam diam hingga terlelap begitu saja. Lalu pagi harinya, bersikap seolah tak terjadi apapun."
Chaeyoung masih diam, dalam hatinya begitu prihatin dengan kehidupan Yoongi semasa kecil. Memang, Yoongi sama sekali tak pernah menceritakan hal itu pada siapapun bahkan kepada kedua orangtuanya pula. Tapi orang-orang tak perlu mendengar langsung dari Yoongi, karena orang-orang pun menyadari bagaimana keluarga Yoongi walaupun mereka menutupinya dengan baik sekalipun. Namun orang-orang tak bisa melakukan apapun pula karena urusan itu terlalu sensitif dan mereka semua tak mau terlalu ikut campur.
"Aku tak tahu, apa Tuhan terlalu menyayangiku saat itu, atau Tuhan sudah terlalu lelah dengan semua kepura-puraan yang kedua orangtuaku lakukan. Menyelamatkanku dari kecelakaan itu, sementara kedua orangtuaku pergi setelah perdebatan yang menjadi terakhir kalinya mereka lakukan."
"Yoongi..."
Yoongi sedikit tersentak di sana, melirik ke arah Chaeyoung sebelum kembali mengalihkan pandangannya. "Maaf. Mungkin karena sifat ayahku yang selalu saja mengucapkan kata-kata tanpa perlu untuk disaring menurun padaku." Lalu setelahnya beranjak dari berbaringnya. Membuat Chaeyoung yang melihat itu dengan cepat menahan Yoongi saat itu yang sudah akan beranjak, dimana pandangan Yoongi pun kembali pada Chaeyoung.
"Terima kasih."
Satu alis pria itu terangkat. "Apa maksudmu?"
"Terima kasih, karena sudah bercerita. Apa kau bahkan sadar jika ini pertama kalinya kau bercerita tentang kedua orangtuamu padaku?"
Yoongi hanya diam, mengakui pula apa yang dikatakan Chaeyoung sebelumnya.
"Ingat, kau tak sendiri hingga saat ini. Kecelakaan yang kau alami sehingga membuat kedua orangtuamu pergi, bukan berarti kau bisa menutupi dirimu dari orang-orang di sekitarmu. Ada aku, ibuku, dan juga ayahku. Kami semua senang jika kau mau terbuka dan mau mengatakan apapun masalahmu. Jangan selalu menyimpannya sendiri, Yoongi."
Chaeyoung beranjak lebih dulu, menarik Yoongi pula untuk berdiri dan diikuti oleh pria itu. Gadis itu melirik ke arah ponselnya, menatap pada jam yang terpampang pada layarnya.
"Masih pukul delapan malam. Kita masih memiliki waktu hingga tiga jam untuk seorang pelajar di luar rumah, bukan? Aku lapar, ayo kita cari makan."
"Kita pulang saja. Ibumu juga pasti sudah memasak makan malam."
"Ck, ayolah. Di dekat sini ada minimarket. Aku ingin memakan ramen instan."
Yoongi tak bisa lagi menjawab, ketika Chaeyoung sudah menariknya bersamanya. Membuat pria itu menghela napasnya, kali ini memilih berjalan lebih dulu melewati Chaeyoung. Membuat gadis itu tersenyum ketika menatap pada genggaman tangan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
let's not fall in love ❌ yoonrose
Fanfiction[18+] ✔ Begitu klise, cerita dua orang manusia yang berbeda gender. Mereka bertemu, berkenalan, lalu menjadi dekat. Dan ketika waktu telah datang, perasaan mereka menjadi berubah satu sama lain. Lalu, ketika mereka mulai merasakan apa itu namanya ja...