13

831 98 9
                                    

Chaeyoung menatap pada pintu kamar Yoongi di hadapannya saat ini, menghela napasnya karena dirinya merasa sedikit bersalah karena membahas permasalahan yang sebenarnya sangat sensitif bagi Yoongi pagi tadi. Membuat pria itu bahkan tak keluar dari kamar hingga sore saat ini. Bahkan Yoongi melewatkan begitu saja makan siangnya, dan Ibunya yang memilih untuk membawakannya makan siang--mengingat pria itu mungkin saja masih belum pulih dari demamnya semalam.

Memang, masa lalu Yoongi sudah bisa membuat perubahan drastis bagi pria itu. Chaeyoung masih mengingat, bagaimana saat kecil dulu Yoongi harus mengalami mimpi buruk dan demam setelah kematian orangtuanya. Mengatakan jika di dalam mimpinya ia selalu melihat kejadian pertengkaran kedua orangtuanya, Ibunya yang menangis karena dipukul oleh Ayahnya, hingga yang paling sering pria itu mimpikan ketika suara teriakan Ayahnya karena marah Ibunya yang pulang terlambat di hari hujan. Membuatnya begitu benci sekali ketika hujan datang, karena mimpi itu pasti akan mendatanginya.

Namun semalam, Yoongi demam begitu saja, tanpa ada datangnya hujan sama sekali. Apa mungkin saja, seperti yang ia pikirkan, Yoongi mungkin saja seperti itu karena dirinya yang pulang terlambat? Pria itu bahkan begitu sangat marah sekali padanya.

Chaeyoung sedikit terkejut, sama halnya dengan Yoongi yang membuka pintu kamarnya dan mendapati gadis itu di depan kamarnya.

Yoongi tak berbicara apapun saat itu, membuat Chaeyoung semakin tak bisa berbicara apa tujuannya kemari. Dan ia menghela napasnya, berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri.

"M-Maafkan aku. Untuk tadi pagi. Aku tak bermaksud untuk mengungkit masalah itu. H-Hanya saja, aku merasa khawatir karena kau tiba-tiba saja demam seperti saat kau kecil dulu."

Kepalanya merunduk, seolah Chaeyoung benar-benar merasa bersalah akan ucapannya pagi tadi.

"Sudahlah. Ada apa memangnya kau kemari?"

Chaeyoung tersenyum mendengarnya. Memang, Yoongi tak perlu mengatakan banyak kata hanya untuk membalasnya karena pria itu pula memang tak menyukainya. Dirinya sudah sangat senang sekali ketika Yoongi telah kembali seperti dirinya.

"Kita keluar bersama. Ini akhir pekan, mau sampai kapan kau di dalam kamarmu, huh?"

"Hah, kau saja yang pergi. Aku sedang malas."

Chaeyoung dengan cepat menahan Yoongi yang akan menutup pintu kamarnya. Sedikit memaksa untuk masuk dan menghela napasnya karena Yoongi yang memilih untuk kembali naik ke atas tempat tidurnya dan berbaring begitu saja.

"Ck, ayolah. Cuacanya sedang bagus saat ini. Kita bisa menaiki sepeda di dekat sungai Han. Menikmati ramen instan sembari menatap hamparan sungai Han. Lalu malamnya, kita bisa melihat pertunjukan kembang api."

Masih belum ada pergerakan dari Yoongi. Membuat Chaeyoung yang melihatnya kembali mendecak, mendekat pada Yoongi dan menarik selimut yang dikenakan pria itu.

Namun tentu saja, perlawanan Yoongi berikan. Dan Chaeyoung juga tak menyerah, membuat Yoongi akhirnya menghela napasnya dengan berat. Beranjak dari berbaringnya dan menatap pada Chaeyoung seolah menunggu pria itu untuk menyetujui rencananya.

"Aku tidak akan ikut."

Chaeyoung memberengut di sana. "Oh, ayolah. Sudah lama sekali kita tak pergi ke sungai Han bersama-sama."

"Tidak. Kalau kau mau, kau kan bisa pergi bersama dengan pria kesayanganmu itu."

Yoongi memilih kembali berbaring saat itu, dimana Chaeyoung berpikir keras tentang ucapan Yoongi sebelumnya.

Pria kesayangannya? Apa Yoongi baru saja mengatakan jika pria itu adalah Jungkook?

"Jungkook?"

"Ck, siapa lagi memangnya? Kau selalu saja membicarakannya. Memutar lagunya dengan keras-keras. Hah, telingaku bahkan bisa rusak karena terus mendengar semua hal tentangnya."

let's not fall in love ❌ yoonroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang