Kedatangan Chaeyoung yang terburu saat itu membuat Ny. Park tentu saja dilanda kebingungan. Ini bahkan sudah tengah malam dan dirinya sengaja menunggu Chaeyoung karena putrinya itu tak memberinya kabar apapun.
Namun melihatnya seperti tadi tentu saja membuatnya khawatir. Rasa kantuknya bahkan hilang begitu saja sebelumnya. Beranjak untuk menyusul Chaeyoung.
Namun pintu kamar gadis itu terkunci, membuatnya mengetuk pintu itu setelahnya.
"Chaeyoung, kau baik-baik saja?"
Tak ada sahutan apapun, namun samar di dengarnya suara isakan yang sangat ia kenali. Siapa lagi jika bukan Chaeyoung? Semakin membuatnya khawatir dan kembali mengetuk pintu kamarnya.
"Chaeyoung, ada apa? Buka pintunya dan bicara pada eomma."
Lagi, tak ada sahutan apapun dari Chaeyoung. Ny. Park menghela napasnya, memilih untuk tak mengganggu Chaeyoung saat ini, pikirnya. Meninggalkan kamar Chaeyoung saat itu walaupun sebenarnya masih tak rela karena rasa khawatinya pada putrinya yang pulang dalam keadaan menangis.
.
.
"Entahlah, noona. Tiba-tiba saja, aku mulai ragu. Aku mulai ragu dengan hubungan kami saat ini. Dan sepertinya, berpisah dengan Chaeyoung memang keputusan yang baik bagi kami."
Ucapan itu begitu mudah sekali untuk keluar dari bibir Yoongi. Membuat sang gadis yang masih berada di sana begitu jengkel sekali ketika mendengar hal itu. Bahkan ia pun bertaruh, jika Chaeyoung masih berada di sini, ia pasti sudah memukul Yoongi berkali-kali.
Lalu pandangan sang gadis terhenti, pada sebuah paper-bag yang terletak di atas meja. Mengambilnya dan mengetahui jika di dalam paper-bag itu berisikan sebuah hadiah. Sudah pasti ini hadiah Chaeyoung yang akan ia berikan pada Yoongi di hari jadi mereka yang ke empat.
"Chaeyoung bahkan sudah menyiapkan hadiah ini untukmu."
Yoongi tak berbicara apapun, hanya menatap sekilas sebelum kembali mengalihkan pandangannya.
Gadis itu memilih ikut mendudukkan diri di samping Yoongi setelah meletakkan kembali paper-bag itu di atas meja. "Ck, apa yang kau ragukan? Kalian sudah bersama selama empat tahun, lalu apalagi yang kau pikirkan, huh?"
"Selama empat tahun, aku sama sekali belum pernah membahagiakannya. Tidak pernah sekalipun Chaeyoung merasa bahagia bersama denganku."
"Kau bodoh atau apa, huh? Kenapa harus menunggu empat tahun kalau begitu jika kau hanya akan kembali menyakitinya? Kenapa tidak dari hubungan kalian masih baru?"
"Aku mencintainya..."
"Min Yoongi, kau benar-benar menguras kesabaranku."
Gadis itu memaksa Yoongi untuk menatap padanya. Sama sekali tak ada penolakan pula dari Yoongi, merasa lelah saja untuk melawan saat ini.
"Empat tahun. Ingat saja apa yang sudah kalian lalui bersama. Jika kau merasa Chaeyoung tak bahagia bersama denganmu, untuk apa dia tetap berada di sisimu? Ambil saja contoh seperti tadi. Situasi tadi sengaja kau lakukan, bukan? Agar Chaeyoung salah paham padamu dan dia bisa mengakhiri hubungan kalian. Tapi tak dia lakukan. Kemarahan dan cemburu, itu wajar dia rasakan karena kau kekasihnya. Jadi lebih baik jika kau mengatakan maaf dan memperbaiki semuanya. Kau bahkan--"
"Rencananya batalkan saja. Bukankah sebentar lagi kami memang berakhir?"
Gadis itu mendecak, menjauhkan kedua tangannya dari wajah Yoongi dan kini beralih melayangkan satu pukulan pada lengan pria itu.
"Min Yoongi, kau benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa kau--"
"Aku lelah, noona. Maaf jika tak sopan, tapi bisakah noona pergi sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
let's not fall in love ❌ yoonrose
Fanfiction[18+] ✔ Begitu klise, cerita dua orang manusia yang berbeda gender. Mereka bertemu, berkenalan, lalu menjadi dekat. Dan ketika waktu telah datang, perasaan mereka menjadi berubah satu sama lain. Lalu, ketika mereka mulai merasakan apa itu namanya ja...