12

768 88 3
                                    

Hujan deras yang mengguyur saat itu sama sekali tak menghentikan larinya. Menerobos amukan air yang jatuh dari langit itu sembari menggendong putra kecilnya saat itu di punggungnya.

"Eomma, dingin..."

"Sebentar lagi, ya? Kita sudah akan sampai di rumah."

Larinya semakin cepat, merasakan pula bagaimana sang putra di balik tubuhnya yang mengeratkan pelukannya seolah memberitahu bahwa dia memang kedinginan karena harus mengikuti sang Ibu untuk menerobos amukan hujan.

Hingga wanita itu bisa bernapas dengan lega ketika ia telah sampai di depan teras rumahnya, membiarkan tubuhnya yang basah kuyup saat itu masuk begitu saja ke dalam rumah dengan masih menggendong sang putra.

"Darimana kalian?"

Suara itu membuat wanita itu sedikit terkesiap, menatap pada seseorang yang tak lain adalah sang suami di sana. Namun wanita itu memilih untuk mengabaikannya, memilih untuk membawa sang putra lebih dulu untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Aku bertanya kemana saja kau. Kenapa baru pulang di tengah malam seperti ini?"

"Aku hanya mengajak Yoongi untuk bertemu dengan neneknya. Lalu hujan turun setelah kami sampai di halte terdekat dan kami berteduh lebih dulu. Tapi karena aku melihat hujan tak kunjung berhenti, aku memilih untuk menerobos hujan."

"Lalu dimana ponselmu? Apa kau tak bisa menghubungiku saja? Aku bisa menjemput kalian nantinya. Kau hanya membuat Yoongi akan sakit nantinya."

"Sejak kapan kau begitu peduli pada kami berdua, huh? Dimana memangnya para wanitamu itu, hmm? Kau ditinggalkan oleh mereka?"

Wanita itu memekik, dimana dirinya yang baru saja selesai mengganti pakaian basah yang dikenakan putranya sebelumnya tiba-tiba ditarik begitu saja oleh sang suami untuk mengikutinya. Menariknya untuk keluar dari kamar sang putra dan menjatuhkan tubuhnya begitu saja pada lantai di ruang tengah saat itu.

Mereka hanya tak tahu, putra mereka tak terlelap saat itu. Beranjak bangun dari berbaringnya dan melupakan rasa pening di kepalanya serta rasa dingin yang masih ia rasakan karena tubuhnya yang terkena hujan sebelumnya. Mendekat pada pintu kamarnya dan membukanya perlahan--benar-benar berusaha untuk tak mengeluarkan suara sedikitpun.

Ia tak bergerak sama sekali di tempatnya saat itu, menyaksikan bagaimana sang Ayah yang berteriak pada Ibunya. Sama halnya dengan sang Ibu yang membalas pula dengan teriakan serta tangisan yang bisa ia lihat telah membasahi wajah Ibunya.

Dan genggamannya pada daun pintu kamarnya mengerat, melihat bagaimana Ibunya jatuh tersungkur begitu saja setelah sang Ayah menamparnya dengan begitu keras.

.

.

Kedua matanya membuka dengan cepat, bersamaan dengan tubuhnya yang beranjak dari berbaringnya serta napasnya yang memburu dengan cepat saat itu. Bahkan beberapa peluh telah menghiasi wajahnya pula ketika mimpi itu terlintas dalam lelapnya.

"H-Hey, kau baik-baik saja?"

Chaeyoung mendekat dengan cepat saat itu. Bahkan ia terbangun dari tidurnya setelah merasakan pergerakan Yoongi yang bangun dari berbaringnya dengan cepat.

"Ya, ada apa denganmu?"

Namun Yoongi belum menjawab apapun saat itu, masih bernafas dengan berat dan membuat Chaeyoung akhirnya menyerah. Menghadapkan wajah pria itu untuk menatapnya.

Sorot mata itu berbeda, terlihat sendu dan begitu juga takut. Dan Chaeyoung tak berpikir dua kali untuk menarik Yoongi masuk ke dalam pelukannya. Merasakan pula jika pria itu membalas pelukannya.

"Pria itu datang lagi. Dia datang lagi padaku. Dia memukul eomma, Chaeyoung."

Chaeyoung tak mengatakan apapun saat itu, membiarkan pelukan Yoongi semakin mengerat padanya.

"Dia datang lagi padaku, Chaeyoung."

"Tak apa. Semuanya baik-baik saja. Aku ada di sini. Kau tak perlu takut."

Dan selanjutnya, Chaeyoung bisa mendengar isakan tangis dari Yoongi setelahnya. Teredam dalam pelukannya bersamaan dengan dirinya yang menjatuhkan satu bulir airmatanya karena melihat bagaimana begitu menyedihkannya pria itu di dalam pelukannya.

.

.

Pagi baru telah datang. Chaeyoung saat itu terbangun lebih dulu, merasakan bagaimana cahaya matahari yang mulai masuk ke dalam kamarnya dan memaksanya untuk bangun dari lelapnya.

Tunggu. Kamarnya? Bukankah semalam ia berada di kamar Yoongi? Menemani pria itu yang seharian sedang demam? Chaeyoung sampai berniat ingin tak masuk sekolah saat itu karena begitu khawatir ketika mendapati Yoongi tengah demam. Tapi Ibunya memaksanya untuk tetap masuk sekolah, membuatnya pulang lebih cepat dari sekolah. Bahkan Chaeyoung ingat sekali, ia menemani Yoongi yang terbangun karena mimpi buruknya hingga terlelap, sementara dirinya yang tak bisa menahan kantuknya saat itu memilih untuk tidur di kamar Yoongi.

Chaeyoung dengan cepat mengalihkan pandangannya ke sekitar. Dan benar saja, dirinya sedang berada di dalam kamarnya saat ini. Melihat pada jam yang berada di atas nakas dan menunjukkan pukul delapan pagi.

Gadis itu dengan cepat beranjak dari atas tempat tidurnya, menuju ke kamar Yoongi dan tak mendapati pria itu sama sekali di kamarnya. Lalu Chaeyoung memilih untuk turun ke lantai bawah, dan menemukan Yoongi di meja makan saat itu dan tengah menyantap sarapan paginya.

"Yoongi!!"

Pria itu tentu saja terkejut, bahkan hampir saja tersedak oleh jus jeruk yang ia minum sebelumnya. Dan keterkejutannya seolah bertambah, ketika gadis si pemilik suara yang meneriaki namanya tadi kini memeluk tubuhnya dengan begitu erat.

Chaeyoung melepaskan pelukannya lebih dulu, menangkup wajah Yoongi setelahnya.

"Kau baik-baik saja? Sudah tak apa, bukan?"

Satu tangan Chaeyoung kini beralih untuk menyentuh kening Yoongi. Tapi pria itu menepisnya dengan pelan setelahnya, menjauhkan pula tubuh gadis itu darinya.

"Ck, bersihkan dulu dirimu sana. Pagi-pagi sudah berteriak dan bahkan memelukku."

"Yoongi, tapi semalam kau--"

"Aku baik-baik saja."

Chaeyoung terdiam setelah ucapannya dipotong begitu saja. Menatap pada Yoongi yang kini malah mengalihkan pandangannya dan melanjutkan kembali sarapan paginya.

"Kau tak baik-baik saja."

Yoongi masih diam, masih mencoba untuk mengabaikan gadis itu. Membuat Chaeyoung yang melihatnya hanya bisa menghela napasnya dan melirik ke sekitar. Dimana sepertinya, Ibunya pasti pergi berbelanja sehingga rumah masih dalam keadaan sepi.

Chaeyoung memilih untuk mengambil tempat kosong di samping Yoongi, menahan pria itu yang kembali akan memakan sarapannya dan menariknya untuk menatap padanya.

"Ini aneh. Kau demam semalam, dan bahkan bermimpi buruk--"

"Sudah ku katakan aku baik-baik saja."

"Yoongi, kau yang demam dan bermimpi buruk itu tentu saja aneh. Kau tak pernah lagi merasakannya lebih dari dua-belas tahun setelah kematian orangtuamu. Dan sekarang, tiba-tiba kau merasakannya lagi."

Tak ada jawaban apapun yang Yoongi keluarkan saat itu, meninggalkan keheningan bagi keduanya untuk beberapa saat.

"A-Apa itu karena diriku? K-Karena aku yang pulang terlambat malam itu? Sama seperti di mimpimu ketika kau dan ibumu yang pulang terlambat dan ayahmu memarahi dan memu--"

"Cukup."

Yoongi berhasil melepaskan dirinya dari Chaeyoung saat itu. Beranjak begitu saja dari duduknya dan berlalu menuju kamarnya. Membuat Chaeyoung yang menatap pada kepergian pria itu hanya menghela napasnya.



--To Be Continued--

Jejaknya dlu ya sayanggkuuu 🤗🤗

let's not fall in love ❌ yoonroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang