Part 14

31.1K 2.5K 75
                                    

Ada yang kangen sama Angkasa?
Gak?
Yaudah terobos ajalah_-

Happy reading 👣

Juan menuju kamar 12B, dengan sedikit kesusahan membuka pintu. Akhirnya Juan bisa masuk kedalam kamar tersebut. Juan meletakkan Vio di atas kasur dengan keadaan pingsan.

Juan melepaskan dua kancing kemeja yang di atas, seringai iblis pun terbit di bibirnya. Perlahan Vio membuka matanya.

"Hai, darling." sapa Juan dengan senyum smirknya.

"Malam ini kita akan bersenang-senang cantik." lanjutnya, sambil mengelus pipi Vio.

Vio menepis tangan Juan dengan kasar, "mau apa lo brengsek!!" ucap Vio sedikit gemetar, Vio langsung berdiri berlari ke arah pintu. Ia ingin membuka pintu tersebut tetapi naas pintunya terkunci. Shit!

"Mau kemana hmm? Sini bersenang-senang dulu." ucap Juan sambil menepuk-nepuk kasur.

"Cihh, gak sudi!!" balas Vio berdecih.

Juan mendekati ke arah Vio, ia langsung menarik Vio dan melemparnya ke kasur. Juan mengunci pergerakan tangan Vio.

"Ternyata lo bejat Juan, gue kira Lo orang baik!!!" teriak Vio di depan wajah Juan.

"Hehe ... Kalo gue gak berkedok baik, ntar siapa dong yang jadi mangsa gue," balas Juan pura-pura sedih. "sekarang Lo gak akan bisa lepas!! Mau teriak sekeras apapun gak ada yang peduli, honey."

Vio meludahkan tepat di wajah Juan, ia meringis ketakutan. "brengsek Lo Juannnn!!!!."

Plakkk

Juan menampar pipi Vio hingga menimbulkan suara yang keras. "Itu buat lo yang berani ngelawan gue. Gak usah basa-basi, langsung aja."

Tamparan Juan menimbulkan merah di pipi Vio.

Saat Juan hendak mencium di area leher Vio, tiba-tiba ...

BRAKKK

Pintu terbuka menampilkan sosok Angkasa dengan wajah menampilkan penuh emosi serta dada nya naik turun.

Vio bernapas lega kala Angkasa datang menyelamatkan diri nya tepat waktu.

"Owh, lo dateng mau nyicipin juga y? Sini kita gabung bro." ujar Juan dengan sok polosnya.

"Bangsattttt!!!" tanpa babibu Angkasa langsung menghajar Juan dengan brutal.

Vio yang menyaksikan kebrutalan Angkasa tersebut hanya meringis saat mendengar pukulan yang begitu keras.

Angkasa dan Juan saling memukuli satu sama lain tetapi, karena kemampuan Angkasa lebih tinggi sehingga Juan kalah telak. Butuh waktu lima menit membuat Juan terkapar di lantai dengan wajah penuh lebam.

"Angkasa ...," cicit Vio menahan isakan tangisnya.

"Hey, don't cry." balas Angkasa dengan lembut.

"Gu-gue takut, gu-gue nyesel gak ma-mau nurutin ka-kata lo, Sa." ucap Vio dengan terbata-bata sesenggukan.

"Gak usah takut, ada gue Vi."

Angkasa (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang