Part 43

22.2K 1.8K 29
                                    

Vote cuma satu detik, jadi jangan males oke??

Happy reading 👣


Teman-teman Vio sudah pulang dari tadi termasuk Angkasa, ia menebeng Arion untuk pulang karena motor Angkasa masih di club.

Kini tinggal Vio sendiri yang berada di apartemennya, ia berencana pulang nanti setelah ia membereskan apartemennya.

"Kertas gue mana ni? Kalo ilang berabe, nanti gue baca puisinya gimana?!!" Ucap Vio sambil mencari-cari kertas yang dimaksud.

Vio berusaha mengingat-ingat dimana kertasnya tersebut, "dimana si kertasnya?! Atau jangan-jangan kebawa lagi, tapi sama siapa coba? Ntar gue tanyain satu-satu deh, " akhirnya Vio membereskan apartemennya terlebih dahulu.

Tiga puluh menit kemudian, Vio sudah selesai merapikan apartemennya. Lalu ia membuka room chat di ponselnya.

Cecans Trisakti 🙂

Me: woi

ada yang bawa kertas puisi gue gak??


Thalia judes: nggak, Vi

Adelayy: 2^

Me: kalo ilang gawat ni!!!


Adelayy: chat Arion, Reymond sama Angkasa.

Me: buat?


Thalia judes: yah tanyain ke mereka, Vio_-

Me: hehehe><


Read by two

Vio beralih mengechat satu persatu teman Angkasa, saat ditanya Arion dan Reymond tidak membawa kertas puisinya tersebut. Sudah dipastikan di bawa oleh Angkasa, ia sudah mengechat Angkasa tapi tidak kunjung di balas. Ia meminta alamat rumah Angkasa pada Reymond.

"Angkasa ngerepotin ni! Segala kertas puisi gue kebawa lagi, " dumal Vio.

"Au ah, gue samperin aja!" Vio pun bergegas pergi menuju rumah Angkasa.

****


Vio pun sudah sampai di depan gerbang rumah Angkasa, ia memanggil Angkasa dari tadi tapi tidak ada yang menyahut.

"Apa gue langsung masuk aja y? Eh tapi ntar gak sopan lagi, " ucap Vio bimbang.

"Masuk aja dulu, mumpung pagarnya gak dikunci." Vio pun langsung nyelonong masuk kedalam halaman rumah Angkasa.

"Widih..... Ini rumah apa istana? Gede banget," ucap Vio berdecak kagum.

Vio sudah berada di depan pintu rumah Angkasa, saat ia hendak mengetuk pintunya tersebut tiba-tiba Angkasa keluar dengan napas yang memburu ia tidak menyadari keberadaan Vio.

"Lah ngapa tuh anak?" Vio pun memandang kepergian Angkasa dengan cengo.

Lalu ia mengintip kedalam rumah Angkasa, dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat sosok wanita paruh baya yang sudah tergeletak dengan darah yang bercucuran dari kepalanya.

"Astaghfirullah, " Vio langsung masuk kedalam rumah Angkasa, lantas ia memanggil ambulan untuk membawa wanita paruh baya tersebut ke rumah sakit.

"Ibu kenapa? Kok bisa gini?" Tanya Vio.

"Aduh, ambulan nya lama banget si!!" Gerutu Vio.

"Ibu bertahan ya bu, bentar lagi ambulan nya dateng." Ucap Vio terasa cemas.

Tak lama kemudian akhirnya ambulan datang, lalu membawa ibu-ibu tersebut untuk di tangani di rumah sakit.

Vio langsung mengambil ponsel milik ibu-ibu tersebut, lalu menelpon kontak yang bernama Ayah. Lantas Vio lebih memilih mengejar Angkasa karena ia tahu, pasti ini ulah Angkasa dan ibu-ibu tersebut merupakan mama Angkasa. Tak habis pikir Vio dengan perilaku Angkasa.

"Bener-bener tega Lo Angkasa!" Ucap Vio meneteskan air matanya, karena ia meninggalkan mamanya dalam keadaan seperti itu.

Flashback

Shintya sedang menatap foto keluarga kecilnya yang dulu terasa begitu harmonis, sekarang gak ada keharmonisan lagi dalam keluarga mereka. Ia mengusap foto tersebut sambil menitikkan air matanya, ia mengaku jika dirinya dan suaminya gila akan harta. Tapi itu semua mereka lakukan untuk putranya, agar ia tidak merasa kekurangan.

Angkasa yang baru pulang, ingin melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

"Angkasa?" Panggil Shintya dengan suara lembutnya.

Angkasa tak bergeming ia pun berhenti melangkahkan kakinya, Shintya menghampiri Angkasa dan langsung memeluk putranya tersebut.

Nyaman, itu lah yang Angkasa rasakan saat ini. Ia tidak munafik Setelah sekian lama ia tak pernah merasakan pelukan sang mamanya akhirnya kini ia dapat merasakan pelukannya lagi.

"Mama kangen sama kamu, " ucap Shintya sambil  memeluk Angkasa.

Angkasa juga ma- Batin Angkasa.

Angkasa ingin mengungkapkannya bahwa ia juga kangen terhadap mamanya, namun lagi-lagi ego nya besar.

"Kangen? Kemana aja dari dulu?!" Tanya Angkasa sinis dengan masih posisi Shintya memeluk Angkasa.

"Maafin mama, nak. Mama tau mama egois, mama gila harta, mama lebih mentingin pekerjaan mama di banding kamu."

"Cihh, baru sadar."

Shintya melepaskan pelukannya, lalu ia meneteskan air matanya ia merasa sedih ketika putra satu-satunya malah menjauh dari dirinya.

"Mau kan kita perbaiki keretakan antara anak dan orang tua?" Tanya Shintya dengan wajah sendu.

"Dari dulu kemana aja! Saya menunggu anda dan suami anda, yang dulu saya anggap orang tua saya. Tapi apa nyatanya kalian malah lebih mentingin pekerjaan kalian!!!! Saya muak mendengar perkataan anda, mending saya pergi." Angkasa mengeluarkan semua uneg-uneg yang ia pendam selama ini.

Angkasa berbalik hendak pergi dari rumah, tetapi ia dicekal oleh mamanya.

"Jangan pergi, nak! Mama kangen sama kamu, mama pengen kamu kaya dulu lagi, " ucap Shintya sesenggukan.

"Lepas!!" Angkasa menghentakkan tangannya untuk melepaskan cekalan mamanya.

Angkasa melangkahkan kakinya, lalu tiba-tiba Shintya memeluk Angkasa. Ia menahan mati-matian emosinya agar tidak meluap, tetapi ia sudah tidak bisa lalu ia menodong mama nya hingga terjatuh. Angkasa tetap melangkahkan kakinya keluar rumah tanpa ia tahu padahal mamanya terbentur meja karena ia tadi mendorong mama nya terlalu keras.

"Maafin mama, nak." Ucap Shintya sebelum pandangannya buram.

~~~

Satu kata buat Angkasa???

Satu kata buat mama Angkasa???


Next???

20vote+ 30 komen

Gimana? Bisa gak? Harus bisa ok.

IG:@ditarchmdn_

Angkasa (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang