Part 44

22.7K 2.1K 176
                                    

Mau nanya dong,

Kalian para readers dari mana aja ni??

Kalo author dari Jawa tengah:v yang sama dari Jateng kita ngumpul2 sini😂

Happy reading 👣


Angkasa termenung di sebuah danau yang biasa ia kunjungi ketika ia menyendiri, pandangan Angkasa kosong.

"Kenapa kalian tega, Angkasa cari masalah di sekolah itu untuk mendapatkan perhatian kalian. Tapi.... Tapi kenapa kalian malah masa bodo." Lirih Angkasa sambil menitikkan air matanya.

"Angkasa gak salah kan, kalo Angkasa gak anggep mereka orang tua? Mereka duluan yang gak pernah anggap Angkasa sebagai anak mereka." Angkasa menahan isakannya.

"Arghh," Angkasa menjambak rambutnya frustrasi.

Angkasa beranjak dari duduknya, ia pergi meninggalkan danau.

Sementara disisi lain, Vio kelimpungan mencari sosok Angkasa. Ia sudah mencari kemana-mana tapi ia belum menemukan Angkasa.

Vio merasa lega, bahwa Shintya selamat karena ia cepat di bawa rumah sakit. Jika tidak bisa dipastikan nyawa mama Angkasa tidak selamat.

Vio menyusuri trotoar dan menelisir pandangannya keseluruh penjuru mencari sosok yang ingin ia jambak rambutnya sampai botak.

Pandangan Vio tertuju pada seorang lelaki berjalan menunduk tak jauh di depannya, jalanya begitu pelan sesekali ia memukul dadanya.

Vio menajamkan penglihatannya, ia meneliti secara rinci dari bentuk tubuh serta pakaian yang dikenakan lelaki tersebut. Merasa itu merupakan Angkasa, lantas Vio langsung menghampiri Angkasa.

Vio melihat wajah kusut Angkasa serta pakaian yang terlihat lusuh.

Angkasa mendongak, "pergi dan jangan ganggu gue!!"ucap Angkasa lebih dingin dari biasanya.

"Sa, Lo harus kerumah sakit ma-"

"Dia bukan mama gue!!! Terus buat apa gue ke sana? Liat wanita yang pura-pura kesakitan?"

Plak

Satu tamparan lolos di pipi Angkasa, dengan tangan gemetar Vio melihat tangannya.

"Gak seharusnya Lo bilang kaya gitu sama orang tua lo!!! Dia itu yang udah ngelahirin Lo, asal Lo tau mama lo hampir kehilangan nyawanya karena benturan di kepalanya!!!"

Angkasa tersentak, ia sebenarnya tidak berniat melukai mamanya. Hanya saja ia emosi Angkasa lepas kendali.

"Vi?" Panggil Angkasa lirih.

"Kalo mau nangis, nangis aja. Gak usah malu, gue ada disini. Gue bisa jadi tameng lo kok, keluarin semua yang ingin Lo ungkapan." Ucap Vio seraya mengelus punggung Angkasa.

Angkasa memeluk Vio dengan tiba-tiba, jika Vio saja ia tak menjaga keseimbangannya pasti meraka akan terjungkal kebelakang.

"Vi? Apa gue salah minta perhatian sama orang tua gue? Apa gue salah kalo gue minta kasih sayang dari orang tua gue sendiri? Vi, jawab Vi." Ucap Angkasa menahan isakannya.

"Jangan ditahan, kalo mau nangis nangis aja. Gue gak bakal ngetawain Lo kok, dan seorang lelaki jika menangis bukan berarti ia lemah."

Angkasa pun menangis dalam pelukan Vio.

"Lo gak salah kok, Sa. Emang seharusnya sebagai orang tua itu memberikan kasih sayang serta perhatian. Tapi gue gak nyalahin orang tua lo, mungkin mereka bekerja juga untuk Lo. Jadi perbaiki ya hubungan Lo sama kedua orang tua lo, " ucap Vio seraya mengelus punggung Angkasa.

Angkasa (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang