dia hanya ingin istrinya berjilbab

1.2K 96 3
                                    

Hahaiiii lovely readers... Happy reading...

______________________________________

"Assalamu'alaikum.." sebuah pesan dari nomor tak dikenal muncul di akun WA ku pada jam 18.30. Kuamati foto profilnya. Gambar motor. Motor siapa?

"Shafa." Lagi. Karena aku tak kunjung membalas.

"Aku Vano." Hahh???!!! Kenapa dia chat aku? Apa maunya? Harus kubalas tidak? Ah, bagaimana ini? Radit juga tak ada di rumah.

Mungkin dia hanya ingin bertanya seputar pembelajaran. Kan kami satu sekolah dan dia mengajar kelasku juga. Ya, positif thinking Shafa. Jangan kegeeran. Kamu tidak sedang main sinetron.

"Wa'alaikumussalam, iya ini Shafa. Ada apa Pak?"

"Kamu istrinya Radit ya? Salam kenal ya, aku temannya." Balasnya cepat. Aku sudah tahu kali kalau dia temannya Radit. Aku tak berniat membalas. Mungkin dia hanya chatting sebatas itu saja. Tapi ternyata aku salah.

"Kamu tinggal dimana? Kapan-kapan aku main ya."

Aku menggaruk kepalaku mupeng. Seperti ABG labil. Apa-apaan ini.

"Pak Vano tanya Mas Radit saja ya," balasku. Iyalah, kalau tiba-tiba dia datang padahal Radit belum kasih tahu alamatnya kan aneh. Nanti dikira aku ada apa-apa dengan Vano. Ah, belum apa-apa pikiranku sudah kemana-mana.

Kulihat jam dinding. Astaghfirullah! Sudah jam 9 malam. Kami ternyata chattingan sampai lupa waktu. Mana lagi Radit yang katanya mau vicall. Bikin khawatir saja.

Kukirim pesan padanya. Tak ada yang dibalas. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak. Dia sibuk banget ya, sampai-sampai buka pesan saja tak bisa. Lagipula dia kan ke luar kota nya sebagai tamu masak ikut lembur juga. Perusahaan macam apa yang membuat karyawannya kerja macam robot.

Handphoneku berdering sesaat setelah aku mematikan lampu kamar dan hanya menyalakan lampu tidur yang cahayanya temaram. Aku langsung menyambarnya dan kembali menyalakan lampu besar begitu tahu yang menelpon Radit.

Kurapikan jilbab yang belum kulepas sebelum menerima panggilannya. Aku berdehem pelan. Kutahan senyuman saat melihat wajahnya muncul di layar hapeku.

"Assalamualaikum, Shafa. Kamu sudah tidur?"

"Wa'alaikumussalam. Belum. Aku baru selesai menyetrika. Kamu di mana Mas?"

"Aku di motel. Maaf ya, baru bisa hubungi kamu. Pekerjaanku lumayan banyak. "

"Tak apa. Kamu nginep di motel?"

"Iya. Mau cari hotel, jauh." Jawabnya seraya terkekeh.

"Serena juga?" Tanyaku. Entah apa yang kupikirkan, aku hanya ingin tahu soal itu.

"Iya. Tapi beda kamar." Ia masih menjawab dengan santai. Aku jadi gelisah. Oke, aku mungkin berlebihan.
"Jangan manyun gitu dong. Aku tak mungkin macam-macam. Suer! "

Aku memalingkan wajah. Tak ingin ekspresi wajahku terbaca olehnya. Radit juga, ngapain sih dia ngga telpon aja. Pake video call segala. Kan aku ngga pede jadinya.

Panggilan ditutup karena berkali-kali kami menguap lebar. Namun aku tak bisa tidur. Pikiranku kemana-mana.

Selama ini aku belum melakukan 'tugas' sebagai istri. Sedangkan Radit adalah lelaki normal. Mungkin selama ini dia menginginkan kontak fisik dengan istrinya. Bisa saja dia tergoda. Mungkin Serena tidak menggoda, tapi kalau Radit tidak dapat menahan? Mereka berada di motel. Lokasinya mendukung banget. Apalagi Serena sudah berpengalaman.

Mr. WorkaholicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang