Kukira Radit akan mengajakku pulang. Aku lelah karena terlalu banyak menguras emosi hari ini. Aku ingin rebahan. Apalagi besok kerja. Tapi dia justru mengajakku mampir ke sebuah kafe tak jauh dari kantornya. Dia masih mau makan camilan kah? Bukannya tadi sudah kekenyangan menyantap nila bakar buatan ayah dan ibu? Ya, ayahku doyan masak sama seperti ibu. Jadi mereka sering berkolaborasi di dapur sementara kedua anaknya duduk manis di meja makan sebagai tukang cicip. Hehehe...
Keterkejutanku bertambah saat kulihat Vano duduk di salah satu kursi kafe dan Radit mengajakku menemuinya. Tak ada basa-basi di antara kami selain sapaan canggung dari mereka berdua. Aku yang berusaha mencairkan suasana pun merasa tak ada efeknya. Hubungan di antara mereka sudah diselimuti salju sejak lama dan sulit untuk membuat salju itu meleleh dengan cepat.
Kejutan dari Radit belum selesai. Serena. Ya. Lagi-lagi aku bertemu wanita itu. Dia datang juga ke kafe ini. Dari penampilannya, aku menebak dia pasti mengira Radit mengajaknya bertemu empat mata. Gaya angkuhnya semakin terlihat namun wajah terkejutnya saat melihat aku dan Vano, tak bisa disembunyikan. Dia bahkan sudah mau berbalik kalau saja tidak dicegah Radit. Vano juga tak kalah terkejut. Ia tak menyangka akan dipertemukan dengan mantan istrinya saat ini.
Aku melirik tajam pada Radit. Apa maunya orang ini? Dia ingin kami saling lempar gelas dengan dipertemukan di satu tempat seperti ini? Radit menggamitku saat aku enggan memandang Serena.
"Kita sepakat untuk melupakan hal yang sudah kan?" Bisik Radit pelan. Ekspresi wajahku mulai mengendor. Kusimak apa mau Radit.
"Mari kita luruskan kesalahpahaman ini!" Pembuka pidato dari Radit sungguh membuat otak kami yang awalnya menebak-nebak, menjadi semakin tak mengerti.
"Kesalahpahaman apa?" Tanya Vano dingin. Dia juga enggan memandang mantan istrinya. Tebakanku saja, mungkin mereka berpisah dengan cara tidak baik-baik.
"Kesalahpahaman di antara kita. Hingga kita seperti tak saling mengenal selama belasan tahun padahal dulu kita layaknya saudara kandung." Jawab Radit tegas. Ia kemudian menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Maaf nih, penilaianku saja mungkin. Biang kerok masalah ini sebenarnya ada pada Serena.
Serena menunduk minta maaf sambil terisak. Ia menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Entah fungsiku saat ini sebagai apa, tapi aku hanya menonton mereka bertiga saling beradu pendapat.
Fakta yang kudengar dari mereka, dulu itu Vano telah lebih dulu suka sama Serena. Tapi Serenanya malah suka Radit. Nah, saat Serena nyatain perasaannya pada Radit, Vano tak sengaja mendengar. Namun ia tak mendengar sampai habis kelanjutan kisah itu. Kenyataan bahwa Radit menolak Serena. Tak ingin malu karena ditolak cowok yang pastinya akan menurunkan prestise nya, Serena buat rumor kalau dirinya baru saja ditembak Radit dan mereka jadian. Karena sakit hati, Vano balas dendam dengan menyeret namaku yang tak tahu apa-apa ini ke dalam hubungan mereka. Soalnya Vano tahu kalau sudah sejak lama Radit memperhatikanku.
Look! bukankah ketiga manusia dewasa ini bertingkah kekanak-kanakan gara-gara cinta monyet mereka? Ingin rasanya aku menjitak kepala mereka satu per satu.
"Kita telah punya kehidupan masing-masing seperti yang kita inginkan. Jadi marilah kita lupakan masa lalu itu." Putus Radit di akhir diplomasi. "Kalian punya masalah sendiri dan kami tak akan ikut campur. Begitu juga dengan kami. Kami harap kita tidak saling merusak hubungan teman."
"Iya, Dit. Akhir-akhir ini aku menghubungi Shafa karena aku ingin tahu alasan dia mudah berjilbab. Andaikan orang yang kita sayangi itu berjilbab, pasti lebih tenang hati ini." Ucap Vano, nadanya jelas menyindir Serena namun Serena pura-pura tak merasa.
"Semoga kamu segera bertemu dengan wanita berjilbab seperti yang kamu idamkan." Ucap Radit tanpa dosa. Serena sedikit menoleh. Aku menyikut perut Radit berharap ia menyadari kesalahannya. Tapi sayangnya manusia ini tak peka sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Workaholic
General FictionKetika hidupmu terikat oleh ikatan yang tak kamu inginkan. Mengubah benci menjadi cinta, ambisi menjadi pengertian "Buat dia mencintaimu," pesan ayah kepada Raditya, si robot pekerja. Lalu... Lalu silakan dibaca,.😊😊 Alur cerita ringan tanpa drama...