Beginning

4.1K 207 4
                                    

Sebelum aku ceritakan lebih lanjut, kuperingatkan lagi. Ini bukan cerita antara CEO dengan sekretarisnya, atau atasan dengan bawahannya atau sejenisnya. So, hilangin jauh-jauh imajinasimu tentang kisah cinta ala- ala drakor. Dimana si CEO muda tampan, tajir melintir, dingin, arogan, gila kerja dan akhirnya jatuh cinta sama sekretarisnya sendiri yang cantik namun ekonominya pas-pasan, yang setia menemaninya sepanjang waktu.

Stoooop!!!! Ini bukan seperti itu. Gila kerjanya iya, tapi tidak setajir dan setampan aktor Korea yang meranin pak CEO. Si cewek, ekonominya pas-pasan iya. Tapi tidak secantik si sekretaris. Setia?? Silakan nanti disimpulkan sendiri.

Lalu tentang siapakah gerangan cerita ini? Emmm...jangan pingsan dulu ya.. Ikuti saja ceritanya sampai khatam.

Ini kisah tentang Raditya Kusuma dan aku. Ya, AKU. A-K-U. Tapi bukan AKU -nya Chairil Anwar ya. Karena aku bukanlah binatang jalang dari kumpulannya yang terbuang...(*mewek lebay). Raditya Kusuma adalah suamiku. Suami sah ku yang telah mengucapkan akad nikah di depan ayahku dua bulan yang lalu. Suami yang sampai saat ini, jujur aku belum sepenuhnya ikhlas menjadi istrinya. Lho?

Ya, kami menikah karena perjodohan. Bukan ta'aruf ala murobbi. Tapi oleh orangtua kami. Tapi kutegaskan di awal, ini bukan Siti Nurbaya. Kami dijodohkan bukan karena utang piutang. Usianya juga tidak terlalu jauh dariku. Kami hanya terpaut dua tahun.

Pernikahan kami bukan kawin gantung. Yang mana perjodohan itu dilakukan oleh orangtua sejak kami masih kecil. Karena ayahku belum mengenal ayah Radit sebelumnya. Yang jelas, ayahku telah mengenal Raditya Kusuma ini setelah ia besar.

Menikah dengan seorang Raditya Kusuma bukanlah sebuah keputusan mudah. Aku sempat perang dingin dengan orangtua. Sampai akhirnya ayah jatuh sakit. Tekanan darahnya naik dan beliau terkena gejala stroke. Tak ada pilihan bagiku selain mempelajari seluk beluk lelaki pilihan ayah. Hingga kami membuat sebuah perjanjian konyol antara bapak dan anak. Jika aku menikah dengan Raditya, maka ayah harus menjamin kehidupanku sejahtera. Maksa memang. Tapi ayah juga memaksa. Impas kan? Duh, jangan ditiru ya, jadi anak kok perhitungan banget gitu. Abisnya aku kesel banget sama sifat diktator ayah. Sementara ibu, beliau tipe istri idaman setiap pria. Sami'na wa atho'na dengan keputusan suami. Apalagi beliau memang ngebet pengen aku cepat nikah.

Dan akhirnya, pernikahan yang tak kuinginkan itu terjadi. Resepsinya tak terlalu mewah. Karena aku keukeuh pengen acaranya sederhana. Sehingga kami hanya menyebar undangan atas nama ayah. Teman-temanku, hanya teman dekat yang kuundang.

Oke, demikian sejarah pernikahanku dengan manusia bernama Raditya Kusuma itu. Dan seterpaksa apapun diriku, aku tetap berharap pernikahan ini sekali untuk seumur hidupku. Tak terbesit dalam benakku untuk bercerai atau berkhianat meskipun aku tak mencintai lelaki yang kini berstatus suamiku itu.

Kau mungkin penasaran, apa yang kami perbuat selama 2 bulan ini? Nothing. Our relationship is flat. Hanya sapaan canggung yang terlontar jika kami bertemu sekitar jam 9 malam dan antara jam 4 sampai jam 5 pagi. Kenapa hanya itu waktu kami menyapa? Itulah yang kusebut dengan manusia gila kerja di awal episode ini. Dia berangkat pukul 5 pagi agar dapat sampai di tempat kerja tepat waktu. Dan pulang sampai rumahnya jam 9 malam karena selalu lembur. Setelah itu, ia akan tidur dan bangun jam 4 pagi. Beraktivitas pagi, mandi, sholat shubuh, mengaji, sarapan dan semuanya tak perlu adanya komunikasi denganku. Dia seperti robot pekerja untuk perusahaannya.

Sedangkan aku, sebagai seorang guru SD, aku punya waktu lebih longgar. Berangkat jam 6, pulang jam 2 siang. Dan masih punya banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah meski kadang ada pekerjaan yang harus kubawa pulang. Dapat kau pastikan betapa kesepiannya diriku?

Kontak fisik? Nyaris tak pernah. Jadi jangan khawatir, ceritaku ini tidak mengandung konten dewasa. Kontak fisik yang kami lakukan hanyalah salaman setiap pagi berangkat kerja dan malam sepulang kerja.

Raditya Kusuma sepertinya mengerti bahwa aku belum dapat mencintainya. Dan dia sepertinya juga belum bisa mencintaiku. Lalu kenapa dia mau saja dijodohkan denganku? Gerutuku selalu.

Demi privasi masing-masing, kami membuat perjanjian tak bermaterai. Yang isinya, tidak ada kontak fisik antara kami sampai kami dapat saling menyukai. Aneh, biarlah. Sampai cinta itu mengalir dengan sendirinya. Tanpa paksaan lagi.

🌱🌱🌱

Mr. WorkaholicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang