Dimana-mana, suatu cerita itu alurnya gini: introducting, saling jatuh cinta, konflik, klimaks, terus ending. Jadi kalau dibuat grafik kurvanya jadi bentuk parabola. Bisa melengkung ke bawah atau ke atas. Kalau kisahku, dari awal sudah konflik. Mungkin kalau dibuat kurva, bentuknya lingkaran. Muter terus tak berujung.
Aku kini tengah mangut-mangut di kursi tunggu depan ruangan Radit. Memandang grafik penjualan perusahaan yang naik turun. Makanya kuanalogikan hubungan kami seperti grafik tadi. Yang persamaan lingkaran itu tadi.
Sambil mencermati grafik, yang aku sendiri tak mudeng, aku menyiapkan kata-kata untuk menge-bom Radit jika dia membiarkanku mati bosan di sini (Ya Allah, serem banget gueee... Semoga aku ngga jadi istri durhaka).
Sesekali beberapa karyawan lewat di depanku dan memandangku. Aku tersenyum rikuh. Malu tahu. Kan secara tak langsung aku jadi pusat perhatian. Sayup-sayup kudengar dua orang mengobrol dari balik kubikel di belakangku. Dari suaranya mereka berdua perempuan. Aku tidak menguping ya, suara mereka saja yang terdengar sampai di telingaku.
"Itu yang nunggu di depan ruangan Pak Radit siapa sih?" Tanya suara wanita 1 selanjutnya kusebut si A. Wah, dia tak tahu aku siapa? Benar-benar.
"Itu istrinya." Jawab wanita 2, selanjutnya kusebut si B.
"Owh, yang anaknya Pak Pramono kepala produksi itu to?" Si A masih berusaha kepo. Eh, ayahku terkenal rupanya.
"Iya. Katanya mereka dijodohkan."
"Ya, kalau ngga dijodohin Pak Radit ngga bakalan nikah kali. Dia kan ngga punya kenalan sama wanita. Dia kerja terus sepanjang hari."
"Dingin gitu sama cewek, mana ada yang mau kenal sama dia."
Hmm...apa-apaan mereka. Bukannya kerja malah gosipin atasan. Tapi kalau dipikir-pikir, emang biasanya gitu sih...hihi..Hayooo ngaku...
"Hebat ya istrinya. Bisa tahan sama robot es kaya dia." Ups, robot es? Julukan apalagi ini. Tapi ngomong-ngomong soal hebat, ehm..
"Eh, tahu ngga. Kemarin kan pas pulang kita naik lift desak-desakan. Pak Radit berdiri di depanku. Nah ketika pintu lift terbuka, aku mau keluar eh Pak Radit malah mundur karena ada orang di sebelahnya juga mau turun."
"Lalu...?" A tak sabar dengar cerita. Aku memasang telinga baik-baik sambil menahan napas. Bukan nguping saudara. Aku hanya berusaha mencari informasi tanpa sengaja. Siapa tahu ini ujung benang dari noda merah di kemeja itu.
"Otomatis aku nabrak dia lah. Trus lipstikku nempel di bajunya. Dia ngga tahu."
"Gila lo! Gimana kalau istrinya lihat? Dia pasti berpikir suaminya selingkuh. Atau digodain sama #s$&ftt." Dengus si A setengah mengumpat.
Deg!! Jadi begitu faktanya. Radit tidak bohong. Dia tidak salah. Sesuatu yang menyakitkan merambati hatiku. Inikah penyesalan.
.
.
.
.
.
Pukul 09.00, setelah dua jam aku klesotan menunggu Radit tanpa kepastian, Radit keluar dari ruangannya dan menghampiriku. Dia membawa tasnya. Aku menatapnya kosong."Bosan?"
"Banget." Jawabku jujur dan jutek.
"Tadi diajak masuk ngga mau. Ayo!"
"Mau kemana?" Tanyaku bingung.
"Keluar."
"Kamu ngga kerja?"
"Udah tadi. Sekarang aku ijin." Jawabnya seraya berjalan. Dengan tergopoh-gopoh aku beranjak menyejajarkan langkahku dengannya. Masih tak percaya.
"Beneran?"
"Iya. Ayolah. Sebelum aku berubah pikiran."
"Yeee...!!"Seruku tertahan karena sadar ini kantor orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Workaholic
Ficción GeneralKetika hidupmu terikat oleh ikatan yang tak kamu inginkan. Mengubah benci menjadi cinta, ambisi menjadi pengertian "Buat dia mencintaimu," pesan ayah kepada Raditya, si robot pekerja. Lalu... Lalu silakan dibaca,.😊😊 Alur cerita ringan tanpa drama...