I hope it'll be the end of this story...
............
Ancaman virus corona atau yang lebih keren disebut covid19 telah mewabah ke seluruh penjuru dunia. Pandemi itu tak menyisakan satu sudut pun di muka bumi untuk tidak tersentuh. Bahkan di pelosok negeri pun disambangi.Banyak negara yang segera menutup akses transportasi maupun mobilisasi penduduknya. Tak terkecuali negeri ini. Beberapa waktu lalu kami mendengar ada 2 warga yang terinfeksi dan sembuh. Kami kira cukup itu saja. Tak tahunya gelombang yang lebih besar datang dan satu per satu banyak penduduk yang terpapar. Bahkan tak sedikit yang berujung kematian.
Semua roda kehidupan berubah dalam sekejap. Kami blingsatan menyesuaikan dengan kondisi. Dunia pendidikan tak luput dari dampak. Pembelajaran tak bisa dilakukan dengan tatap muka. Kami harus melaksanakannya secara daring dari rumah. Merepotkan? Tentu saja. Belum lagi fasilitas yang harus memadai untuk memperlancar pelaksanaannya. Lalu bagaimana dengan siswa yang kondisi ekonomi orangtuanya kurang? Tentu saja sangat memberatkan.
Dampak negatif dari pandemi ini tentu saja banyak dan mengubah pola kehidupan masyarakat luas. Namun aku tak akan membahasnya sekarang. Pastinya khalayak sudah sangat tahu itu. Bahkan kita tak bisa berbuat banyak selain berdoa semoga wabah ini segera diangkat oleh Allah sehingga semua akan kembali normal.
Selain segi negatifnya, ternyata ada sisi positif dari pandemi ini. Ya kita lebih memperhatikan tentang pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, anggota keluarga bisa lebih dekat. Yang biasanya orangtua selalu sibuk kerja, kini ada kesempatan untuk bercengkerama dengan anak-anaknya. Suami istri yang biasanya sibuk sendiri-sendiri, sekarang lebih punya waktu untuk membina hubungan.
Lalu bagaimana dengan Radit? Radit tetaplah Radit si robot pekerja. Tak banyak berbeda. Hanya sekarang tidak ada pulang telat. Itu saja. Bahkan kerjanya lebih tak kenal waktu. Nyaris 20 jam per hari. Lebih gila kan? Cuma bedanya kerjanya di rumah. Mana yang katanya lebih punya waktu untukku? Ya memang sih, di sela-sela pekerjaannya dia sering mengajakku ngobrol, mencicipi resep masakan hasil eksperimenku. Atau ngajakin bercanda saat dia mulai lelah dengan pekerjaannya. Namun belum apa-apa pasti teleponnya berdering dan pekerjaan minta segera diselesaikan.
"Belum selesai?" Tanya Radit memasuki ruang makan sekaligus dapur kami. Selama WFH aku menyulapnya menjadi ruang kerjaku untuk melakukan PJJ. Sedangkan Radit bekerja di ruang tamu.
"Belum. Lima menit lagi." Sahutku. Tak mengalihkan pandangan dari layar laptop. Aku sedang mengikuti video conference dengan para guru untuk membahas program insidental selama pandemi.
Terdengar Radit membuka pintu kulkas kemudian duduk di dekatku setelah menutupnya kembali.
"Kamu mute ya?" Tanyanya lagi setelah melongok monitor laptop. Aku hanya nyengir.
"Iya dong. Kan pendengar yang baik." Sahutku bangga. Ia mencibir sambil memasukkan sepotong brownis yang kubeli kemarin ke dalam mulutnya.
"Kamu lapar, Mas?" Ia mengangguk melas. Coba aja kalau di kantor, apa iya dia masang muka melas gitu sama ibu kantin nya.
Untuk sesaat kami saling diam. Aku memperhatikan meetingku yang tinggal penutupan. Dia mungkin sedang tak ingin menggangguku.
"Oke,, finish. Mau dimasakin apa?" Tanyaku sambil membereskan laptop dan kabel yang berserakan di atas meja.
"Apa yaaa?? Apa aja deh, yang penting enak." Sahutnya, "Ngomong-ngomong, waktu kita dari rumah ayah itu kamu dikasih apa sih sama ibu?"
"Hah? Kan aku uda bilang kalau itu jilbab. Kenapa tanya lagi?"
"Soalnya ibu tanya terus, apa kamu pakai apa ngga." Hah? Sampai segitunya ibu ini.
"Terus kamu jawab apa Mas?"
![](https://img.wattpad.com/cover/215768759-288-k73574.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Workaholic
General FictionKetika hidupmu terikat oleh ikatan yang tak kamu inginkan. Mengubah benci menjadi cinta, ambisi menjadi pengertian "Buat dia mencintaimu," pesan ayah kepada Raditya, si robot pekerja. Lalu... Lalu silakan dibaca,.😊😊 Alur cerita ringan tanpa drama...