13. Dia lagi?

53 33 1
                                    

{SELAMAT MEMBACA CERITA INI, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT♡}

"Nggak ada yang kebetulan, semuanya sudah berjalan menurut garis tuhan."
***

Pagi ini awan hitam menyelimuti langit kota Jakarta, udara yang biasanya hangat di pagi hari kini berganti menjadi dingin tak seperti biasanya.

Setelah kemarin lusa, Naysa mendapat wejangan dari calok kaka ipar, kini ia mulai sadar bahwa ia tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Kesedihan di dalam keluarga maupun percintaannya.

Naysa yang sudah bersiap dengan seragam sekolahnya segera keluar dari kamar. Wajahnya terlihat lebih ceria dari biasanya, mungkin karena tadi pagi ia sempat mendapatkan pesan dari Regan.

Yah, Walaupun ia dan Regan sudah berpisah atau sudah tidak menjadi sepasang kekasih, bukan berarti Naysa dan Regan bermusuhan bukan? Memang, saat itu Naysa sempat kecewa dengan Regan. Tapi, lambat laun kekecawaannya semakin pudar, ia juga tak boleh egois. Bagaimanapun juga, Regan adalah sahabatnya yang selalu ada di saat Naysa butuh sandaran.

Komunikasi antara Naysa dan Regan juga sudah mulai membaik, kemarin Naysa mengirimi Regan sebuah pesan singkat. Pesan itu hanya berisi sapaan untuk Regan. Tapi, walaupun baru sehari ia dan Regan bertukar kabar dan kembali berkomunikasi kembali, namun sudah banyak sekali cerita yang mereka tukarkan. Dari cerita tentang perkuliahan Regan sampai cerita tentang Naysa yang mempunyai teman baru pun sudah mereka ceritakan satu sama lain.

***
Naysa hari ini berangkat sekolah diantar oleh kakanya, Laras. Di dalam mobil Laras juga ada Raya. Mereka bertiga berangkat bersama. Awalnya Naysa menolak namun Laras mencoba membujuk karena sekalian mengantar Raya yang juga kebetulan sedang ada acara yang arahnya sejalur dengan sekolah Naysa.

Di tengah perjalanan, Laras yang sedang menyetir mencoba mengisi keheningan yang ada di dalam mobilnya. Walaupun mereka bertiga saudara serumah tapi tetap saja, mereka seperti masih canggung.

"Nay, sekolahnya gimana? Duduknya sama siapa?"tanya Laras sambil melirik Naysa yang berada di sebelahnya.

"Ah, seru ka, aku duduk sama Mutia."Jawab Naysa.

Laras menganggukkan kepalanya. "Oh, waktu kelas 10 kamu duduk sama siapa?"tanya Laras lagi.

"Sama Mutia juga."

Kening Laras berkerut." Ehmm, Mutia itu yang kaya gimana ya? Kaka ga terlalu tahu soal temen-temen kamu kayaknya ya Nay."

"Eh, Nanti Naysa kenalin deh."

"Janji ya?"ujar Laras, Naysa mengangguk.

"Nay, Lo tau ngga?"Raya yang duduk di belakang bersuara. Naysa menoleh, tapi Raya mengantupkan kembali bibirnya tak jadi melanjutkan kalimatnya.

"Kenapa ka?"

"Ah ngga. Lo masih berhubungan sama Regan?"tanya Raya dengan wajah penuh misteri. Naysa mengangguk.

"Masih, tadi pagi juga masih chatan. Kenapa emangnya?"

"Ngga papa, mendingan mulai sekarang lo agak jaga jarak aja sama Regan."Raya kembali menyenderkan punggungnya dan mulai fokus kembali ke layar ponselnya.

"Eh kenapa? Ko aku harus jaga jarak?"Naysa tampak kaget mendengar penuturan kakanya tersebut.

"Gapapa, kan sekarang Regan udah jauh aja."balas Raya singkat.

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang