24. Mimpi buruk

40 16 8
                                    

{SELAMAT MEMBACA CERITA INI, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT♡}

Tidak bisakah kamu melihatku sebagai diriku sendiri. Bukan sebagai orang lain atau pesaing kesatrimu itu.
-Gavin Mahesa-
***

Gavin duduk di samping ranjang UKS. Dimana Naysa tengah berbaring, tubuhnya ditutupi selimut garis-garis khas selimut UKS. Gavin menelisik setiap rinci wajah Naysa yang tampak tenang kala memejamkan mata. Wajah Naysa membuatnya kembali mengingat seseorang yang kini sudah jauh.

Tangannya sudah mengudara, ingin menyentuh wajah Naysa, namun ia urungkan. Takut terganggu.

Bibirnya tertarik ke atas menampilkan senyuman manis ke arah Naysa. Entah, apa yang membuatnya cinta kepada Naysa. Wajahnya? Tidak, Naysa tak terlalu cantik jika dibanding siswi lainnya. Wajahnya tampak natural, setiap pergi sekolah, Naysa hanya memoles kan lipbalm ke bibirnya saja. Atau mungkin karena kepribadiannya? Ya, jelas sangat tidak mungkin. Dengan sikap yang judes, galak, ketus. Gavin tak akan bisa semudah itu jatuh cinta. Tapi ada hal lain. Hal yang menarik Gavin agar selalu bisa melindungi Naysa. Hal yang Gavin sendiri pun tak tau apa alasannya.

Melengguh, Naysa yang tengah tertidur walau tampak belum pulas itu tiba-tiba menarik tangan Gavin yang ada di sisi kiri tubuhnya. Ia bawa tangan Gavin ke sebelah pipinya.

Gavin sempat kaget sepersekian detik, perlahan ia menarik tangannya agar lepas dari genggaman Naysa. Bukannya lepas, genggaman itu semakin lama semakin erat. Seperti enggan untuk dipisahkan. Akhirnya Gavin menyerah, ia membiarkan tangannya berada di pipi Naysa, menyentuh wajah yang selalu menampilkan raut muka yang sulit di tebak.

Tak lama, genggaman itu memudar, Naysa tampak risau, keringat mulai bercucuran. Bahkan tangan Gavin pun dapat merasakan tetesan keringat dari pelipis Naysa. Naysa terus meracau, genggaman yang sempat memudar kini semakin erat. Nafasnya memburu, genggamannya menguat, keringatnya ber tetesan. Naysa mimpi buruk.

Gavin yang sadar Naysa sedang mengalami mimpi buruk segera bangun, ia menenangkan Naysa, ia memegang bahu Naysa yang tampak tak tenang. Hingga akhirnya mata Naysa terbuka sempurna, nafasnya semakin memburu seperti tengah dikejar oleh hantu. Gavin membiarkan Naysa tenang.

Setelah nafasnya sudah mulai teratur, Naysa meneguk ludah kasar, Ia melepas genggaman tangannya yang memegang telapak tangan Gavin. Naysa mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk. Gavin mengambil segelas air putih dan menyerahkannya kepada Naysa.

Naysa mengambil gelas itu, meminumnya hingga habis tak tersisa.

"Mimpi buruk?" tanya Gavin sambil menaruh gelas plastik berwarna hijau itu ke atas nakas.

Mengangguk sebagai jawaban, Naysa memegang dadanya. Jantungnya masih berdetak kencang. Mimpi nya terlalu buruk. Naysa harap itu tidak terjadi dalam kehidupan aslinya.

"Sekarang udah tenang atau belum?" Gavin kembali bertanya dan Naysa kembali mengangguk sebagai jawaban.

"Mimpi apa?" Kali ini Naysa menggeleng, ia tak mau menceritakan kepada siapapun. Apalagi kepada Gavin.

"Seburuk apa mimpinya?"

Gavin sudah seperti wartawan yang mendapati sebuah kasus fenomenal. Terlalu banyak bertanya.

Naysa memejamkan matanya, kedua tangannya ia gunakan untuk menutup wajahnya. Ia menggeleng. "Ini terlalu buruk. Gue ga bisa ngebayanginnya."

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang