25. Pengganti sepi

22 14 1
                                    

{SELAMAT MEMBACA CERITA INI, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT♡}

****

Kini, di dalam kelas. Di saat hampir semua penghuni kelas sedang berada di kantin. Naysa dan Gavin justru ada di dalam kelas yang hanya ada sedikit siswa. Masing-masing dari mereka sedang sibuk dengan aktivitas dan kegiatannya masing-masing. Ada yang tengah bermain game, ada yang tengah mengerjakan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, dan ada pula yang tengah menyantap bekal sarapan yang dibawa dari rumah.

Naysa tampak kesal karena Gavin terus mengikutinya. Naysa tak bisa leluasa. Dan kini, yang bisa ia lakukan hanya menggambar visual seseorang yang ada di pikirannya. Ia menggambarnya di sebuah kertas HVS yang selalu ada di tas, yang selalu ia siapkan kapanpun.

Sesekali melirik ke arah Naysa. Gavin tau sebenarnya Naysa risih dengan adanya dia disini. Tapi, bagaimana lagi, selalu ada kekuatan yang menyuruh Gavin untuk selalu ada di samping Naysa. Telinganya ia sumpal dengan earphone, mendengarkan alunan lagu-lagu yang amat menenangkan. Matanya sesekali melirik ke gambar yang sedang Naysa buat. Apakah Naysa tengah menggambar wajah Regan? Itu pikirnya.

Setelah menyelesaikan menggambar wajah seseorang yang selalu Naysa pikirkan, Naysa menghadap ke arah Gavin.

"Vin,"

Gavin tak mendengarnya.

Naysa mencolek tangan Gavin yang sedang memainkan ponsel. Gavin menoleh, ia melepas earphone dari telinganya. "Kenapa, Nay?"

"Lo katanya mau tau Regan itu siapa?"

Gavin menatap Naysa dalam. Sejujurnya ia ingin tau Regan itu siapa. Ia ingin menjawab iya. Tapi mulutnya berkata lain. "Ngga deh, gue ga terlalu kepo sama yang namanya 'Regan', " Gavin berkata sambil menekankan kata Regan.

"Songong lu!"

Naysa mengerucutkan bibirnya, sebal. Ia mengangkat kertas HVS yang sudah tergambar wajah Regan. Ia memandanginya lamat-lamat. Saat Naysa memandangi gambar wajah Regan. Naysa seperti di tarik kebelakang. Ia seperti kembali ke masa-masa saat ia dan Regan masih bersama.

Memori itu terus membawa Naysa bernostalgia. Membawa Naysa kembali pada masa-masa indah itu sejenak. Kenangan demi kenangan berhasil membuat Naysa semakin rindu pada Regan.

Walaupun, ia dan Regan masih bertukar kabar. Tapi, tetap saja rasanya berbeda. Apalagi, Regan hanya bisa membalas pesan Naysa pada saat malam hari saja.

Keajaiban, keunikan, kehangatan yang selalu Regan beri untuk Naysa, membuat Naysa banyak belajar dari Regan. Tentang apa itu arti bahagia dan cinta sesungguhnya.

Jika ditanya, sepenting apa Regan dalam hidup Naysa. Naysa tak bisa menjawabnya. Kata-kata saja tak cukup untuk memberikan gambaran pada dunia bahwa Regan itu sepenting apa untuk Naysa. Bahkan, lisan pun rasanya terlalu lelah untuk mengatakan hal apa yang sudah Regan beri untuk Naysa. Naysa takkan bisa menjawabnya. Terlalu banyak.

Di sisi lain, Gavin terus mengamati wajah Naysa dan gambar yang dilukis Naysa secara bergantian. Tanpa bertanya dan tanpa dikasih tau sekalipun. Gavin tau, sebesar apa pengaruh Regan untuk Naysa. Bahkan, dengan memandang gambar wajah Regan saja dapat membuat mata Naysa berbinar cerah.

Naysa menghentikan nostalgia-nya. Ia kembali ke alam bawah sadarnya. Melipat kertas HVS tadi dan mengambil buku catatan yang ada di tas. Naysa lupa mencatat pelajaran minggu lalu yang akan dimulai beberapa menit lagi.

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang