7. Rasa sakit

61 45 5
                                    

{SELAMAT MEMBACA CERITA INI, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT♡}

"Luka yang lama itu belum usai dan kini luka itu harus ditimbun dengan luka yang lebih dalam."

***

Naysa berjalan kaki pulang ke rumahnya dengan perasaan jengkel karena kelakuan cowok aneh tadi. Ia berharap semoga pertemuan tadi adalah pertema pertama dan terakhir kalinya. Gadis yang menggendong tas berwarna cokelat itu membuka pintu rumahnya. Satu kata yang menggambarkan rumahnya. Sepi.

Naysa melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jam setengah 7 malam. Biasanya Myla pulang jam 5 sore, apakah ada pesanan di butik yang membuatnya jadi pulang telat. Lalu, kemana bibi? Biasanya, bi Yemi selalu stand by membuka pintu atau menyapa Naysa ketika pulang, tapi kali ini tidak ada bi Yemi. Rumahnya benar-benar kosong.

Menghela napas berat, kemudian Naysa berjalan menuju kamarnya. Badannya sudah sangat pegal dan punggungnya sudah sangat berat dan membutuhkan sandaran.

Berjalan menuju kamar, membuka pintu lalu mencopot sepatu dan melemparkan tasnya ke sembarang arah. Setelah itu, Naysa meleparkan dirinya ke atas kasur yang di selimuti seprai berwarna biru muda.

Naysa mencoba memejamkan mata berusaha merilekskan tubuhnya. Mata dan badannya yang sudah sangat lelah pu dengan mudah nyaman diatas kasur.  Naysa kemudian tertidur dengan pulas.

***

Naysa yang tengah tertidur merasa ada yang mengguncang tubuhnya, ia pun terbangun mendapati Raya, kakanya yang berusia 2 tahun diatasnya. Raya menggoyangkan lengan Naysa.

Naysa bangkit lalu duduk, "Ada apa sih?"

"Diluar ada ka Anggara, Lo cepetan ganti baju terus keluar makan bareng!" ucap Raya kepada Naysa. Lalu Raya berlalu meninggalkan Naysa yang masih terkantuk-kantuk.

Ia kemudian berdiri menghadap pantulan dirinya di cermin. Rambutnya sangat berantakan dan mukanya sangat lusuh. Tapi, ia harus segera turun ke bawah dan ikut makan bersama keluarganya.

Hal yang paling Naysa benci adalah ketika ada tamu atau keluarga besarnya sedang berada di rumah ini. Keluarganya akan bersifat baik padanya. Semata-mata agar keluarga mereka di cap sebagai keluarga harmonis dan kompak. Padahal kenyataannya tidak. Dan Naysa sangat membenci itu.

Tapi, bagaimana pun juga ia harus menghormati tamu, apalagi tamunya adalah Anggara, calon kaka iparnya. Jangan sampai hanya karena sifatnya yang tidak sopan membuat Anggara ilfiel dengan keluarga Laras.

Naysa kemudian mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi miliknya.

Setelah selesai mandi, ia pun mengenakan baju tidur berwarna maroon dan menyisir rambutnya. Ia kemudian keluar dari kamarnya sambil berpura-pura menampilkan raut ceria.

***
Sa
Di meja makan, sudah ada ayah, ibu, Laras, Raya dan Anggara. Naysa kemudian menarik kursi di sebelah Raya. Ia membalikkan piringnya tanpa mengatakan apapun.

"Naysa ini kayaknya baru bangun tidur, biasa kecapekan nak Anggara!" Eza berkata sambil melirik Anggara.

Anggara hanya mengangguk dan mengulas senyuman tipis.

Ia sebenarnya tau bahwa keluarga tunangannya itu tidak sebaik kelihatannya. Seringkali ia melihat Eza dan Myla hanya fokus kepada Laras dan Raya saja. Tapi, ia juga tak bisa langsung menyimpulkan begitu saja.

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang