16. Janji

57 28 12
                                    

{SELAMAT MEMBACA CERITA INI, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT♡}

****

Bel tanda pelajaran berakhir telah berdering. Tadi saat pelajaran terakhir dimulai, Naysa merasa tak fokus dengan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Ia sangat merindukan Regan, setiap hari akan selalu ada hal yang membuat Naysa terus merindukan Regan.

Gavin yang sedari tadi mencuri pandang ke Naysa sangat khawatir. Saat ia kembali ke kelas, Naysa sudah ada di tempat duduknya dengan mata yang sembab. Ditanya pun tak menjawab.

"Nay, ayok pulang." Ucap Mutia sambil berdiri dari bangkunya. Tangannya setia berada di perutnya, mungkin masih sakit.

"Duluan aja, gue ada piket."jawab Naysa pelan.

" Oke, aku duluan ya!"

Melenggang pergi, satu persatu yang ada di kelas keluar meninggalkan kelas. Hanya tersisa beberapa murid saja di kelas itu, termasuk Gavin yang setia menatap Naysa dengan tatapan khawatirnya.

Naysa mengambil ponselnya mengetikkan suatu pesan ke seseorang. Ia tak pandai berasa basi, dengan cepat ia mengirim pesan itu kepada seseorang yang sangat ia rindukan kehadirannya.

Bangkit dari kursinya, ia baru sadar, hanya ada ia dan Gavin saja di kelas ini. Menoleh ke kanan dan kiri, memang hanya ada mereka berdua saja.

"Sana pulang, mau gue piketin kelasnya!" Berkata dengan nada datar, Naysa menatap Gavin curiga.

"Lo gapapa Nay?" tanya Gavin lembut.

Sebenarnya dengan tampang seperti itu, Naysa heran kenapa Gavin selalu memperlakukannya dengan lembut. Baru satu hari Naysa mengenal Gavin, sudah banyak sekali interaksi antara dirinya dengan Gavin, bagaimana dengan Nanti?

"Emang gue kenapa?" tanya Naysa balik.

"Mata lo sembab, gue khawatir."

To the point sekali. Sebenarnya tanpa Gavin mengatakan kata itu, dari matanya saja sudah kelihatan bahwa Gavin memang sangat khawatir. Tapi, sudahlah.

"Udah lah sana pulang."

Gavin berdiri tepat berada di hadapan Naysa."Jangan bikin gue khawatir lagi ya Nay, gue khawatir sama lo."

Mata Gavin hampir berkaca-kaca. "Kalo gue bikin lo kesel maaf ya. Gue janji ga bikin lo kesel lagi."

Diam dan mematung. Naysa bingung harus berkata apa. Gavin kemudian Mengelus puncak kepala Naysa lalu berlalu begitu saja.

Kata-kata Gavin sangat manis sekali. Matanya yang selalu memandang Naysa dengan tatapan hangat seakan mampu memberikan suatu kenyamanan.

Menggelengkan kepala, Naysa segera membereskan kelas, menyelesaikan tugas piket dan ingin cepat pulang ke rumah.

***
Setelah selesai membersihkan kelas, Naysa dengan segera beranjak keluar dari kelas. Sebelum itu, ia sempat melihat ada kertas dari bawah meja Gavin, ia menarik kertas itu ternyata ada tulisan tangan Gavin disitu.

Naysa kenapa ya?Apa gue ngelakuin kesalahan. Plis Tuhan jangan biarin Naysa nangis.

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang