{SELAMAT MEMBACA CERITA INI, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT♡}
****
Disini, di tempat parkiran. Para siswa dan siswi kelas 11 IPA 3 berkumpul dan akan segera pergi melayat ke rumah Mutia. Ehan, selalu ketua kelas menertibkan dan memberi arahan kepada anggota kelasnya.
"Ini udah ngumpul semua?" tanyanya sambil melihat ke sekeliling.
Bulan yang menggunakan tangannya untuk mengipaskan badan menjawab. "Udah semua kayaknya, ayok cepet ke rumah Mutia. Panas nih!"
"Eh tar dulu, masih ada yang piket di kelas," salah satu bersuara.
"Hisss, lama amat. Piket tuh pagi-pagi makanya!" Bulan kembali mengoceh.
"Kaya lo pernah piket aja! Lan," Yasuf menimpali. Tawa yang lain menggelegar, menyoraki Bulan. Bulan kesal dibuatnya, ia merengut dan berjalan menuju mobilnya diikuti kedua temannya dibelakang.
"Gue duluan aja, males nungguin kalian!" kata Bulan sebelum memasuki mobil berwarna putih.
Ehan menggelengkan kepalanya. Sudah terlalu sering melihat Bulan yang mengambek seperti tadi karena dijahili oleh Yusuf dan yang lainnya. Tidak mudah baginya menjadi ketua kelas yang harus mengompakkan dan menumbuhkan solidaritas dari kepala-kepala dan sifat-sifat yang berbeda dari individual perseorangan.
Ia melihat jam tangannya. Semakin siang dan matahari pun semakin terik. Ia memutuskan untuk segera menyuruh teman-temannya ke rumah Mutia.
"Ini cuacanya tambah panas, kayaknya kita pergi sekarang aja ke rumah Mutia. Silahkan yang bawa kendaraan ngajak teman yang mau ikut ngelayat." ucapnya lugas.
"Tapi, yang piket nya gimana?"
"Ehm--" Ehan menggaruk rambutnya, berpikir. "Gini aja, kalian duluan ke rumah Mutia, biar gue yang nungguin temen-temen yang piket,"
"Han, lo mending langsung ke rumah Mutia aja, nanti yang piket kita tungguin di sana, gimana? " Berly memberi usul.
"Nah, gue setuju sama yang diucapin Berly. Kan disini lo ketua kelasnya, lo nahkoda nya. Nanti yang lain biar dikirimin alamatnya aja." usul yang lainnya. Yang lain pun mengangguk setuju.
"Ehm, biar gue aja yang disini, nungguin mereka yang lagi piket," Naysa memberi usul.
Gavin menoleh, menatap Naysa yang berdiri di sebelahnya. Ia terkesima dengan usul dari Naysa. Ia tau, Naysa dekat dengan Mutia. Seharusnya, dalam keadaan seperti ini, Naysa ada di sisi Mutia, dan mendahulukan kepentingannya sendiri ketimbang menunggu orang lain.
"Tapi, lo gapapa Nay?" Ehan memastikan. Naysa mengangguk, meyakinkan.
Ehan menghela nafas panjang. Ia mengucap Terima kasih pada Naysa dan Gavin. "Kalo gitu, kita duluan ya!"
Naysa tersenyum, mempersilahkan teman sekelasnya pergi terlebih dahulu ke rumah Mutia. Saat semua temannya sudah menaiki kendaraannya masing-masing, mereka tak lupa meng-klakson Naysa dan Gavin, tanda berpamitan.
"Gue tambah cinta sama lo, Nay!" ucap Gavin sambil menatap Naysa. Naysa menoleh menatap balik ke arah Gavin. "Apaan sih!"
Naysa berlalu berjalan ke tempat duduk di sebalah parkiran. Udara siang ini sangat panas, panas sekali, tangannya ia gunakan untuk mengipasi badan. Gavin duduk di sebelah Naysa, ia mengelap keringat yang ada di pelipisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship
RomanceKarena, pada akhirnya semua akan menemukan pelengkap hatinya masing-masing. Yang tak hanya melengkapi hati juga hidupnya nanti. Tapi juga melengkapi semua kekurangan yang ada dalam diri. **** Tentang hubungan yang rumit, yang tidak pernah terduga da...