27. Pacar?

10 11 1
                                    

{SELAMAT MEMBACA CERITA INI, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT♡}

****

Naysa sekarang sudah berada di rumah, dengan memakai piyama berwarna hitam, Naysa duduk di sisi tempat tidurnya. Regan tadi sempat membalas pesan Naysa dan bilang akan menelponnya setelah ini. Sudah 1 jam Naysa menunggu, tapi Regan tak kunjung menelponnya.

Tangannya memegang bingkisan juga surat yang diberikan nenek Regan kala itu, ia ingin membukanya. Tapi ia takut isinya adalah hal-hal yang membuat Naysa sedih. Ia membalikan surat yang sudah ia keluarkan dari amplop. Suratnya tak begitu besar, juga tak begitu kecil. Naysa menebak isi surat itu, atau mungkin itu surat selamat tinggal dari Regan pada saat ia akan pergi.

Melempar pandangan pada langit-langit kamar. Menghela nafas panjang, Naysa membawa bingkisan beserta surat itu ke tempat semula. Tempat yang susah dijangkau oleh mata. Naysa berdiri menaruhnya. Kemudian ia berjalan ke arah balkon kamarnya. Ia memeluk badannya, sambil memejamkan mata. Suasananya begitu tenang dan damai.

"Nay? Naysa?" panggil seseorang dari arah belakang Naysa. Naysa berbalik, sudah ada Laras yang memasuki kamarnya sambil membawa nampan berisi cangkir teh.

"Ka Laras? Ada apa?" Naysa berjalan mendekat ke arah kakaknya.

Laras menaruh nampan itu di meja belajar Naysa. Ia menarik kursi belajar Naysa dan duduk di situ. "Ngga, kaka cuman pen ngobrol aja sama kamu."

Naysa tersenyum kikuk, ia kembali duduk di sisi  tempat tidurnya yang berhadapan langsung dengan kakaknya. Tangannya ia masukkan ke saku yang ada di bawah bajunya. Ia meremas-meremas jarinya, canggung.

"Ehm-" Laras hendak memulai pembicaraan, tapi ia menjedanya cukup lama. "Ini deh di minum dulu, Nay," Ia mengambil satu cangkir teh dan memberikannya pada Naysa. Naysa menerimanya dan tak lupa mengucapkan Terima kasih.

"Sebenernya ada apa ya, ka? Ngga biasanya kaka ke kamarku," tanya Naysa.

Laras tampak tersenyum penuh arti, ia meneguk minumannya terlebih dahulu. "Kamu ngga lupa kan, kalo pernikahan kaka tinggal 3 hari lagi,"

Naysa meneguk ludah. Untung saja kakanya mengingatkan, kalo tidak bisa-bisa Naysa kelupaan bahwa 3 hari lagi adalah hari yang begitu besar untuk keluarganya. Kakak tertuanya akan menikah. Melepas masa lajangnya dan menemukan jodoh sesuai harapannya.

"Aku inget kok," Naysa beralibi, bisa-bisa kalo dia katakan bahwa dia lupa tentang hari pernikahan kakaknya, kakaknya pasti akan kecewa mendengarnya.

Benar saja, setelah Naysa menjawab itu. Laras langsung tersenyum lebar. "Aku kira kamu lupa, Nay,"

"Ngga mungkin lupa lah, kak." balas Naysa. Ia menatap kakaknya yang wajahnya tampak berseri-seri. Memang ya, kalo orang akan menikah pasti auranya berbeda. Begitu menggembirakan.

"Aku ngga sabar deh, Nay." Laras mengepalkan kedua tangannya sambil menatap ke atas, tengah berandai-andai. "Aku bakal jadi princess untuk satu hari. Hari yang akan sangat bersejarah untuk kisah hidup aku. "

Entah kenapa, Naysa juga dapat merasakan kebahagiaan yang tengah dirasa oleh Laras. Tanpa sadar, ia juga ikut berandai-andai. Ia ikut mengkhayal jika nanti, saat umurnya sudah siap untuk menikah, ia juga pasti akan bahagia menunggu hari itu. Apalagi jika yang menjadi pengantin prianya adalah Regan. Sudah dapat diastikan hari itu adalah hari terbahagia Naysa dalam hidup.

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang