3. Awal pertemuan

102 53 19
                                    

{SELAMAT MEMBACA CERITA INI, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT♡}

***

Empat tahun lalu...

Anak berusia 12 tahun itu berlari mengahampiri ibunya yang tengah mendesain baju pengantin untuk keperluan pernikahan seseorang. Ia baru saja pulang les B.inggris, dan di tempat lesnya tadi ia mendapat nilai yang memuaskan, ia mendapat nilai tertinggi diantara teman-temannya yang lain.

Ia berharap nilainya ini membuat kedua orang tuanya bangga dan bisa memperlakukan dia selayaknya anak yang membutuhkan perhatian orang tuanya.

Naysa, nama anak itu. Ia berbicara kepada ibunya yang sedang suntuk karena desain baju pengantinnya tak jadi-jadi.

"Ma, tadi Nay dapat nilai paling tinggi di tempat les. Mama bangga ngga sama Nay?"ucap anak itu antusias. Ia sudah hampir remaja, namun ia selalu saja antusias setiap kali mendapat nilai bagus dari sekolah maupun dari tempat lesnya

"Ma, mama bangga kan sama Nay. Nay sekarang udah pinter jadi mama harus ngajak Nay jalan-jalan juga kalo liburan."

"Ma, mama bangga kan sama Nay."

"Ma."Naysa berucap parau karena tak dipedulikan ibunya.

Myla yang sedang kesal menggebrak meja lalu mendorong Naysa hingga badannya tersungkur di lantai.

"KAMU BISA DIEM NGGA SIH?! SAYA LAGI BANYAK KERJAAN!!" Myla berteriak marah.

"DASAR ANAK BODOH!"

"KAMU SEHARUSNYA BISA LIHAT SAYA LAGI BANYAK KERJAAN, DAN KAMU SEHARUSNYA BERHENTI MENGOCEH TIDAK JELAS SEPERTI TADI!"

"DASAR BODOH!"

Myla kemudian membawa laptop dan alat-alat untuk mendesain tadi dan berlalu meninggalkan Naysa yang masih terduduk di lantai.

Air mata Naysa kian turun, padahal awalnya ia pikir ibunya akan bangga, namun ternyata ia salah. Bukan pujian yang ia dapat namun kata-kata hinaan lah yang ia dapat.

Naysa berdiri lalu melihat ayahnya yang juga tengah sibuk dengan pekerjaannya, seperti tak melihat kejadian tadi. Naysa ingin sekali mengadu kepada ayahnya, namun ia urungkan. Ia justru berlari ke kamarnya dan menangis dengan kencang, mencoba mengeluarkan rasa sakit akibat perkataan ibunya.

Eza yang tengah sibuk mengurus pekerjaan kantornya berdecak mendengar tangisan Naysa yang begitu memekakkan telinganya. Ia berdiri lalu menghampiri Naysa di kamarnya.

Naysa yang berada di kamarnya tersenyum melihat ayahnya datang, mungkin ayahnya akan menolongnya dan memarahi ibunya karena telah mengatakan itu kepada Naysa. Tapi-

"KAMU BISA BERHENTI MENANGIS TIDAK?!"

"KERJAAN SAYA MASIH BANYAK, SAYA TIDAK BISA BEKERJA KALO KAMU MASIH SAJA MERAUNG-MERAUNG SEPERTI ITU!!" ucap Eza penuh emosi.

"BERHENTI MENANGIS! TANGISAN KAMU ITU MENGGANGGU SAYA BODOH!"

Eza kemudian berbalik menutup pintu kamar Naysa dengan sangat kencang.

Naysa kembali menangis, namun tangisannya kini tak bersuara seperti tadi. Ia kira ayahnya akan membelanya atau setidaknya akan menenangkan Naysa. Namun ia salah, justru kata kata yang tadi ibunya lontarkan diulang kembali oleh ayahnya.

Naysa sedih, sedih sekali. Ia hanya ingin diperhatikan tapi rasanya sulit sekali mendapat perhatian itu. Ia ingin seperti kedua kakanya yang selalu liburan setiap kali mendapat nilai bagus. Ia juga ingin seperti itu. Tapi kenapa, kenapa dia tidak bisa mendapatkan semua itu.

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang