Thirty

7.7K 1K 12
                                    

Jeno selalu memantau apa saja yang Taeyong dan Doyoung lakukan. Termasuk saat Hendery datang.

"Aku heran. Untuk apa kalian bersama para polisi itu?"dan Yangyang ditunjuk sebagai mata mata untuk mereka

Hanya memastikan mereka tidak melakukan hal yang aneh.

"Aku sedang tak mau membahas itu. Dimana Nana? Bukankah sudah seharusnya dia selesai sekarang?"balas Jeno sambil melirik arloji nya

"Entah. Mungkin dia masih bermain main"

Tok! Tok!

Taeil datang untuk 'melapor' pada Jeno.
Ya, sekarang rutinitasnya adalah itu.
Melapor pada Jeno

"Kau datang lebih awal"kata Jeno

Taeil berjalan masuk ,"karena 'hadiah' dari Nana terlalu takut ketahuan"balas Taeil malas

Jeno terkekeh,"cih penakut"

"Apa yang kau dapat?"tanya Yangyang

Taeil duduk,dibanding pertama kali dia sudah terlihat lebih santai. Dia Lebih Terlihat sebagai anggota Samoyed sekarang.
"Dua hari ini banyak anggotanya yang dikirim kembali padanya dengan tidak bernyawa. Dia benar benar mengincar Nana. Bersyukur Nana bisa menjaga dirinya"kata Taeil

Jeno terkejut, pasalnya Nana tak pernah memeberitahunya hal itu.
"Aku tak tahu. Apakah Nana sengaja tak memberitahu?"

Taeil menggidik,"entah. Mungkin dia tak mau kau khawatir. Terlebih mereka mengincar Nana jika sedang sendirian"

Jeno mengangguk mengerti,dia mengecek ponselnya. Tak ada pesan dari Nana. Dia kembali mengecek jam, Nana terlambat.

"Lalu bagaimana dengan Hendery dan Yooa?"tanya Yangyang

"Mereka selalu dikantor Jhonny. Entah apa yang mereka perbuat"balas Taeil

Mereka mengincar Nana sangat giat,entah untuk apa.
Terkadang Jeno sangat heran. Apakah Yooa benar benar tak bisa melepasnya?
Maksudnya,banyak pria luar biasa di luar sana yang lebih baik dari Jeno.
Dari segi pekerjaan,kehidupan,sikap dan lain lain.
Mengapa dia berkeras hanya mau dengan Jeno?

Jeno bahkan lebih heran dengan Hendery yang notabene nya adalah seorang polisi tapi membantu melenyapkan orang.
Apakah pekerjaan lain dari polisi adalah membunuh?
Dia bisa saja menolak ajakan itu,jika dia memang benar benar polisi.
Mengapa dia justru merelakan pekerjaannya untuk Yooa? Untuk misi ini?

Semuanya rumit. Jeno tak bisa berpikir.
Tak ada jalan tengah, sekeras apapun dia berpikir. Tak ada cara yang bisa mencegah semuanya.
Ini hanya bisa selesai jika ada pihak yang mati.

"Untuk sekarang lebih perhatikan Yooa dan Hendery, mereka bisa saja membuat rencana tanpa sepengetahuan Jhonny"kata Jeno akhirnya

Taeil mengangguk,"baiklah. Aku akan lebih waspada nanti"

Ceklek!

Pintu terbuka. Menampilkan Nana yang berlumuran darah dengan ekspresi dinginnya. Semua yang ada diruangan itu menengok, Jeno menggeleng pelan.

Nana perlahan berjalan masuk duduk disofa, mengeluarkan selinting ganja,menyalakannya kemudian menghisapnya perlahan.

"Kau terlambat"kata Jeno

"Aku tak mau tanggung tanggung dalam tugas"balas Nana

"Kau membakar sesuatu Na?"tanya Yangyang saat mencium aroma hangus dari baju Nana

Nana hanya terkekeh pelan,Jeno bangkit dari kursinya menghampiri Nana, merampas linting ganja ditangan Nana.
"No drugs. Kau lupa?"

Nana hanya mengangguk,"maaf" katanya

MA(wi)F(e)IA:NoMin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang