Thirty Nine

8.8K 970 27
                                    

Nana keluar dari dapur dengan membawa nampan berisikan empat cangkir kopi.

Untuknya, Jaehyun, Jeno dan... Neneknya.

"Kopi spesial untuk tamu spesial.."dia menaruh kopi itu

Jeno hanya diam melihat keluarga aneh ini.

Sang Nenek hanya tersenyum,"kebiasaan Nana tumbuh dari keluarganya. Jadi jangan terkejut seperti itu nak"

Jeno hanya tersenyum kaku sambil mengangguk.

Nana duduk di samping Jeno, setelah beberapa kali tegukan kopi nenek membuka suara

"Jadi.. apakah ini Jeno itu?"nenek bertanya

Nana mengangguk dan menepuk pundak Jeno,"ya.. ini Jeno nek"

Nenek mengangguk,"apa dia juga Jeno yang sama yang membuatmu mengurung diri dikamarmu?"

Pertanyaan nenek membuat Jeno menunduk,melihat itu Nana menyenggol pelan neneknya

Neneknya terkekeh pelan,"hahaha.. itu benar bukan? Jangan tersinggung,nenek hanya bercanda"

Jaehyun menahan tawa melihat itu,membuat Nana harus mencubit pahanya agar tetap diam

"Ya.. aku Jeno yang sama nek"jawab Jeno

Nenek mengangguk,"tapi kurasa kau bisa menebusnya.. berkatmu aku bisa melihat Nana ku tersenyum cerah lagi"

Nana hanya bisa tersenyum lebar mendengar itu dia juga mengangguk.

"Atas salah paham itu, aku minta maaf jika membuat Nana terpuruk. Tapi akan ku usahakan untuk tetap membuatnya tersenyum sekarang"kata Jeno yakin

Neneknya hanya mengangguk,"baiklah.. jadi coba ceritakan, apa pekerjaanmu anak muda?"

Lagi lagi, Jaehyun terlihat menahan tawanya.
"Nek.. kurasa kau sekarang seperti sedang mewawancarainya bukan hanya sekedar 'bertemu' dengannya"kata Jaehyun

Nenek mengangguk,"tentu. Aku wanita tua yang akan pergi kapan saja. Aku harus memastikan aku meninggalkan cucuku ditangan yang tepat."

"Aku bekerja dengan menyewakan jasa Nek"jawab Jeno, tidak terlalu vulgar tapi juga tidak salah sepenuhnya.

"Untungnya besar?"

Jeno tersenyum,"Nana sering bilang dia tak ingin miskin, jadi aku usahakan punya banyak uang untuknya"

Nenek mengangguk kemudian beralih pada Nana,"jasa bagian mana? Memukul atau ..?"

"Semuanya.. selagi kami masih bisa. Oh! Kami juga menjaga nek, hehe"jawab Nana

Jeno melotot,hey! Dia baru saja membuat pekerjaannya terlihat normal, tapi apa apaan barusan itu?

"Tak perlu sungkan Jeno. Aku pun kadang heran dengan keluarga ini dan sisi toleransinya"kata Jaehyun

Jeno hanya mengangguk kaku,masih terlalu terkejut.

"Jangan terkejut Jeno.. kau mungkin tak mengingatku, tapi aku mengingatmu"kata Neneknya,kali ini dari nadanya terdengar serius

Nenek menyeruput kopinya,"belasan tahun lalu.. seorang ayah dan putranya datang kepemakaman suamiku."

Mungkinkah maksudnya adalah saat dia dan ayahnya datang melayat sewaktu kakek Nana meninggal?

"Aku mengenal sang ayah karena suatu kebetulan. Suamiku,diusia senja nya membantu sang anak yang keracunan makanan disebuah restoran. Anak itu diracuni, dan suamiku tak bisa diam melihat itu. Dia adalah dokter. Sebisa mungkin dia menyelamatkan anak itu, dan beruntung dia bisa selamat"

MA(wi)F(e)IA:NoMin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang