Aku tidak dapat tidur tenang malam tadi. Berbagai pemikiran aneh dan kecemasan merasuki pikiran meskipun aku telah berusaha mengubur diriku di bawah selimut dan mencoba menutup mata. Padahal jika dipikirkan lagi, belum sampai sehari aku berada di tempat ini.
Oh ya, soal teman sekamarku yang satu lagi, aku hanya melihat sekelibatnya tadi malam. Rambutnya sangat panjang hingga ke pinggangnya dan aku bahkan belum sempat bertanya namanya hingga,
“Hei! Kita belum berkenalan bukan?”
Perempuan itu menyentuh bahuku setelah keluar dari mandi, saat aku baru saja membuka loker dalam lemari untuk mengambil seragam dan peralatan bersih diri.
“Aku Keira, maaf kemarin aku tidur cepat.” Perempuan itu membalas, “Sally. Salam kenal.”
Seram.
Perempuan bernama Sally ini sekiranya akan terlihat biasa saja saat berbicara, tetapi barusan Ia tersenyum dan senyumnya menyeringai, bukan senyum yang biasa ditunjukkan orang-orang. “Jangan takut padaku.” Ia menepuk bahuku dua kali sebelum meninggalkanku yang mematung dan menaiki ranjang kiri paling atas.
“Hei, Kei! Dia benar, lebih baik kau takut pada jam dinding yang berputar cepat.” teriak Lisa dari ranjangnya sambil terus menata rambut.
Astaga, 7 menit! Sekarang jam dinding itu lebih menakutkan dibanding apapun!
★★★
Pencapaian yang luar biasa untuk bersiap dalam waktu 5 menit. Saat keluar dari kamar mandi, yang kulakukan hanya melepas ikatan rambut dan melangkah keluar kamar. Tetapi Elda, sang ketua kamar 7 yang baru terpilih semalam, mengingatkanku berbagai hal,
“Jangan lupa cek kode aksesmu! Bawa ponselmu karena pembina akan mengumpulkannya sarapan ini! Pakai kalung yang kita lihat kemarin, itu bagian kelengkapan seragam!”
Aku langsung menggertakkan gigi panik dan menyadari aku belum melakukan semuanya. Kuraih ponselku yang ada di samping bantal dan kunonaktifkan. Kukenakan kacamataku. Kubuka pintu lokerku dan kuambil kotak biru muda, tanpa pikir panjang kubawa kalung berliontin putih susu itu dengan mengantunginya.
Terakhir kutarik laci bertuliskan namaku. Oh, astaga! Barangnya sangat banyak dan aku belum melihatnya satu pun karena keresahan tadi malam. Satu lagi, aku tidak tahu dimana kode aksesku sampai jari-jari tangan meraih bagian sudut depan kanan laci itu dan menjepit semacam kartu nama. Sally!
“Cepatlah, kita bisa terlambat sarapan!” Sally menyerahkan kartunya padaku. “Thanks!” ucapku saat berjalan keluar kamar dengan panik. Aku merapikan rambutku dengan jari karena tidak sempat menyisirnya.
“Untung saja kita belum terlambat.” ucap Lice saat melihat The Genetics yang lain membentuk kerumunan untuk turun tangga. Yah, setidaknya walaupun di akhir, kami tidak tertinggal.
“Maaf, karena aku kalian hampir terlambat.” sesalku. Elda mengangkat bahunya, “Seharusnya kau tidur cepat tadi malam, bukannya berbolak-balik tidak nyaman. Aku dapat mendengar suara derit ranjangmu tadi malam.”
Aku meringis saja, “Maafkan aku.”
“Jika ada sesuatu, kau bisa cerita pada kami.” Lisa mengatakan hal itu dengan anggukan setuju dari Lice. Sementara itu aku dapat merasakan seramnya seringaian yang diulas Sally. Entah kenapa kali ini aku yakin, jika Ia sengaja menciptakan jenis senyum itu.
Satu lagi, aku dapat melihat liontin yang digunakan Sally. Warnanya hitam pekat.
★★★
Setelah sarapan, ponsel kami benar-benar dikumpulkan. Banyak anak yang menggerutu, termasuk aku yang sedikit kesal. Kami boleh mengambil kembali ponsel di ruang administrasi lantai dua hanya pada hari Sabtu atau dengan keperluan mendesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Genetics
FantasySelamat datang, The Genetics! Program Genetics terkenal dengan kesempurnaannya dalam memaksimalkan kualitas setiap peserta dari tahun ke tahun. Perlakuan adil adalah prinsip yang selalu kami junjung. Sikap tegas akan diterapkan pada setiap orang ya...