Penundaan

230 29 5
                                    

“Kalian sudah selesai membaca jadwalnya?”

Pukul delapan malam, tepat saat tes selesai diadakan, The Genetics berkumpul di ruang kelas masing-masing untuk alasan yang baru saja kuketahui: pembagian jadwal kegiatan untuk program yang akan benar-benar dimulai pada esok hari. Aku bertanya pada yang lain setelah membaca cepat jadwal satu hari yang ada di tanganku.

“Kelas macam apa ini? Kenapa aku harus menempuh kelas rumah hijau bersama kalian hah? Aku tidak berasal dari science class!” Aku menatap Kale semakin heran. Baru sehari bertemu dengannya, dan kesan 'lelaki temperamen berlidah tajam' seolah menipis setiap jam. Ternyata Kale hanyalah lelaki biasa yang suka mengkritik.

“Apa program terkenal memang memiliki sistem yang berbeda?” gumam Jeff yang menyandarkan punggung di papan tulis, sementara SPE-1 yang lain, termasuk aku, berdiri dengan acak di depan kelas, sibuk mengamati jadwal yang tadinya kami ambil dari meja depan sesuai perintah sang pria serba hitam sebelum staf itu keluar membawa buku tes yang telah terisi.

Mengenai tes itu, mungkin aku hanya perlu membiasakan otakku bekerja lebih cepat. Dengan mengejutkan, pemikiran dan gerakan tanganku melakukan tugasnya dengan sinkron. Aku menyelesaikan tes itu delapan menit sebelum waktu habis.

“Kurasa kita tidak bisa terlalu terburu soal program ini.” Zac menelisik kertas di tangannya, “Besok adalah kelas hari pertama, mungkin jadwalnya tidak akan sepadat ini di hari-hari selanjutnya.” Flo menambahkan, “Jadwalnya akan sepadat ini. Kita harus mulai membiasakan diri.”

“Dari mana kau tahu?” Val menimpali.

Flo tertawa kecil, “Mungkin saja begitu. Aku hanya menebak. Lagipula, bukankah menyenangkan menjadi produktif di dalam program dengan banyak jadwal?”

“Tidak.”

Aku menahan tawa saat Lyn, Kale, dan El menanggapi dalam waktu bersamaan. Lyn dan lelaki menyebalkan itu sepertinya akan menjadi raja dan ratu es di SPE-1. Bukan karena tidak banyak bicara -aku tidak tahu karakter asli mereka saat ini- tetapi karena sifat tak acuh dan sorot tidak peduli yang mereka pancarkan sepanjang hari.

“Kalian harus lebih banyak bergerak aktif! Kita masih muda, teman-teman!”

Kale membalas, “Lyn benar, aku seolah dapat merasakan kerianganmu terpancar ke seluruh ruangan, Flo. Berbeda dengan perempuan tanpa perasaan di sampingku.” Kale melipat tangannya, “Meskipun begitu, aku setuju dengan gadis apatis ini. Kegiatan ini akan jadi melelahkan. Pemalas sepertiku lebih memilih untuk duduk di dalam kelas dan tidur telungkup di atas meja daripada melakukan kegiatan luar ruangan. Aku membenci semua kegiatan luar selain olahraga.”

“Apa kita harus membatalkan rencananya?” usul Nic, “Setidaknya menunda sampai hari bebas tersedia.”

“Rencana apa?” Val bertanya. Aku menjelaskannya tepat seperti yang kami bicarakan di ruang makan. “Hah? Kalian berlagak bak detektif saja! Bisa saja terjadi kesalahan dalam diskusi yang malah membawa pada dugaan negatif.”

“Lihatlah siapa yang berbicara! Gadis angkuh yang sok tahu akan segalanya tidak pantas memperingatkan soal dugaan benar salah yang nantinya tercipta oleh kami.” Si mulut tajam meneruskan ucapannya, “Kau tidak perlu ikut! Hanya akan menjadi pengganggu dalam pembicaraan serius.”

Hah! Lagi-lagi tanda adu mulut diantara Kale dan Val terlihat.

“MEMANG AKU BERKATA AK—“

“Sudah.” Zac menghentikan Val sebelum perempuan itu menyemburkan segala amarah. “Kau boleh memilih untuk ikut atau tidak, tetapi Nic benar. Sepertinya kita harus membatalkan rencana untuk sekarang.”

“Kenapa kalian tidak melakukannya selama kelas saja? Kenapa harus membuang hari kosong untuk berkumpul dan berdiskusi tentang sesuatu yang pasti kebenarannya. Sungguh membuang waktu.”

The GeneticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang