Semuanya tidur di malam hari, kecuali Ken yang sibuk mengamati jaket survival dan bola kristal kosong sepanjang malam karena tidak bisa -tidak terlalu butuh- tidur. Selain Ken, semuanya mengisi tenaga untuk sesi terakhir ujian pertama.
“Hei! Selamat pagi.” Aku bangun saat melihat lelaki itu duduk di kursi depan ruang kelas. Biasanya pembimbing akan duduk disana selama kelas indoor berlangsung.
“Masih sejam hingga waktu yang ditentukan, kau tidak ingin kembali tidur?” Aku menggeleng, “Aku penasaran apa yang kau lakukan jika tidak perlu tidur.”
Ken meletakkan bola kristal dan jaket survival ke atas meja di depannya, “Biasanya bertualang di perpustakaan. Tetapi jika sedang tidak ingin pergi, mungkin... Berpikir?”
“Berpikir setiap malam?” Ken mengangkat bahunya, “Begitulah.”
“Malam adalah waktu dari makhluk gaib, kau tahu. Jika sedang bosan, aku mencoba menangkap isyarat dan membantu mereka sebisaku.” Ken bersandar, “Aku mencoba berdamai dengan keadaan. Meskipun masih sangat sulit bagiku untuk punya lebih banyak waktu dari manusia normal.”
Aku bergerak mendekat dan menyandarkan punggung bawahku ke sudut meja, menatap SPE-1 yang lain yang masih terlelap, “Kau punya hasil pemikiran yang bisa dibagikan kepadaku?”
“Tidak untuk sekarang.” Ken menghela nafas, “Pemikiranku masih sama sejak awal datang kemari. Apa tujuan kegiatan ini dan bagaimana ini akan berakhir untuk kita? Akankah berakhir seperti yang kita harapkan?”
Kami saling diam setelahnya. Tentu aku juga tidak memiliki jawaban untuk pemikiran itu.
★★★
Tepat setelah sarapan dengan berlapis-lapis roti, aku mengenakan jaketku kembali. Lima menit kemudian, aku kembali mempersiapkan diri seperti sebelumnya. Karena dua orang dari tim A telah gugur, maka kami membentuk tim baru. Lyn dan Nic akan bergabung denganku dan Jeff untuk bergerak mencari bola kristal. Zac, Flo, dan Kale akan menjaga kami.
“Hari ini kita pergi ke lantai dasar. Ini hanya perasaanku saja, tetapi mungkin saja bola kristal itu ada disana.” Nic mengangguk setelah menyerahkan penanya kepada Ve yang berjaga dalam ruangan, “Kita coba saja terlebih dahulu.”
Kami keluar beriringan. Tentunya dengan dibekali waspada, karena turun 6 lantai bisa jadi adalah 'bunuh diri' bagi SPE-1. Saat mencapai tangga utama, aku mengangkat tangan dan menunjukkan empat jariku. Zac berlari ke depan kami dan mengamankan tangga.
“Sebenarnya ada berapa jenis kelas disini?” Jeff menuruni tangga sembari melihat ke sekeliling saat tiba di lantai 5.
“Lima.” Aku menoleh pada Nic dan Lyn dengan terkejut karena kami bertiga menjawab pertanyaan Jeff bersamaan.
“Lantai lima adalah kelas yang disebut CONS.” Nic menunjuk kelas sembari bergerak turun. Saat tiba di lantai empat, Nic membuka mulutnya lagi, “Lantai 4 merupakan ruangan-ruangan IMP.” Kami sampai di lantai 3 tepat lima belas menit setelah keluar SPE-1, “Lantai 3 milik kelas-kelas TENS.”
“Zac!” Jeff tiba-tiba berteriak. Zac menoleh kesana kemari sebelum mendapat serangan yang -kuyakin- berasal dari dua kelas bersamaan. Flo langsung melepaskan penjagaan di belakang untuk membantu Zac. Lantai tiga tampak berubah menjadi lokasi kerusuhan seketika. Sementara itu, Jeff tiba-tiba saja menoleh kearah belakang,
“Mereka sengaja bekerja sama atau atau tidak mengerti peraturan 'berkelompok sesuai ruangan', hah?!”
Yang kurasakan selanjutnya adalah aku berada di dalam dekapan seseorang. Nic! Ia mendekapku dan bergerak berkelit kesana kemari. Oh, ada apa dengan jantungku? Aku terlalu gugup! Mengapa dia harus melakukan hal ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Genetics
FantasySelamat datang, The Genetics! Program Genetics terkenal dengan kesempurnaannya dalam memaksimalkan kualitas setiap peserta dari tahun ke tahun. Perlakuan adil adalah prinsip yang selalu kami junjung. Sikap tegas akan diterapkan pada setiap orang ya...