Permulaan Sebuah Pertemanan

189 32 6
                                    

Ternyata jadwal kegiatan untuk The Genetics tidaklah selonggar yang kubayangkan, tidak juga menjadi longgar. Setelah kelas hari pertama yang juga kuselesaikan tepat pukul 8 malam, kami dikumpulkan dan diberi jadwal kegiatan lagi selama sebulan di program Genetics ini. Jadwal yang normal seperti pelajaran sekolah, hingga pelajaran di kelas-kelas yang outdoor. Sama seperti Kale, aku tidak mengerti gunanya.

Mulai dari kelas olahraga yang paling normal, hingga kelas penyelamatan darurat, menjelajah hutan, serta mengidentifikasi jenis daun dilakukan untuk kelas outdoor. Bahkan The Genetics yang berasal dari social class dan language class juga dilatih untuk mengenali bentuk-bentuk tanaman. Uniknya, Nic bisa dibilang cukup baik dalam hal tersebut.

Untuk kelas dalam ruangan, aku harus mempelajari sosiologi murni dan terapan yang membuat Val selalu tertidur dan Kale mengomel setiap melihat wajah sang pembimbing. Kami juga belajar tentang pembuatan obat herbal dan memasak makanan. Semuanya benar-benar dilakukan di kelas kami, SPE-1. Seusai istirahat makan siang, kami akan selalu terkejut dengan penataan ruangan yang telah dimodifikasi sesuai dengan kelas yang akan dilaksanakan.

Kami selalu menyelesaikan kelas yang normal dan tidak normal itu minimal pukul 7 malam, hanya satu jam lebih awal dari hari pertama. Sisa waktu di akhir hari hanya dapat digunakan untuk makan dan jam bebas selama dua jam sebelum jam 10. Waktu-waktu itu bahkan habis hanya untuk mengatur cucian, mandi, dan mengecek jadwal esok.

Mereka yang tergolong 'kuat' dapat berjalan-jalan malam, tapi sepertinya tidak banyak yang begitu. Si kembar sekamarku saja langsung tertidur seusai makan malam, tanpa mengganti seragamnya. Lebih parahnya, kami harus bangun pukul 6 keesokan harinya untuk mandi, bersiap, dan sarapan pukul 7, sebelum memulai kelas memusingkan pada pukul 8.

“Kau mau mencoba kue coklat gunung berapi milikku, Kei?” Jeff mendatangiku seusai kelas memasak.

“Maksudmu Choco Lava Cake, Jeff?” Aku hendak meraih piringnya saat Kale tiba-tiba datang dan melahap kue seukuran genggaman tangan itu.

Uhuk! Uhuk!

Aku terbelalak dan menepuk-nepuk punggung Kale, “Flo, air!” Flo menyerahkan botol air kepada Kale. Setelah beberapa saat, Kale mengangkat wajah dengan muka berkeringat dan mata berair, “Kau salah membedakan pasta cabai dengan selai stroberi, Jeff!”

Aku tidak bisa menahan gelak tawa, dan sepertinya sebagian besar juga begitu. Bahkan dapat kulihat Val pun mendengus dan memasang senyum di sudut bibirnya. “Benarkah? Ada pasta cabai di ruangan ini?”

“Ada. Sebagian dari kami memasak sup pedas khas Korea, Jeff.” Balas Ve sambil menyodorkan dua stoples bumbu pada Jeff. Sedetik kemudian, Jeff menggaruk kepalanya, “Maafkan aku!”

“Kau sudah menginjak tanamanku di kelas botani pagi ini, Jeff!” balas Kale. Kami juga memiliki kelas botani yang berbeda dengan kelas ruang hijau di bulan kedua. Kelas itu menjalankan praktik penanaman di area hutan, dan kami melakukannya karena memiliki kelas tersebut pagi ini.

“Tapi aku tidak memberikan kue buatanku kepadamu.” kilah Jeff, “Kau asal memakannya!” seru lelaki itu.

“Lihat wajahmu. Masakanku benar-benar menjadi kue gunung berapi dengan kemarahanmu itu.” lanjut Jeff untuk terakhir kalinya, membuat tawa kami semakin keras.

“Sore ini kita punya waktu bebas hingga besok.” Zac masuk ke SPE-1, “Kenapa dengan semua keringat itu?” tunjuk Zac pada Kale.

Lelaki itu mendengus, “Tak perlu peduli kepadaku!”

“Kau dipanggil untuk informasi itu, Zac?” pertanyaan Nic dibalas dengan anggukan oleh Zac, sang ketua kelas. Pemilihan itu telah dilaksanakan sebulan sembilan belas hari yang lalu. Sehari setelah kelas ruang hijau.

“Akhirnya! Setelah lebih dari sebulan kita menjalani rutinitas tanpa henti ini!” seru Flo sambil merentangkan tangannya.

“Sebulan dua puluh satu hari lebih tepatnya.” Aku dapat mengingat hari yang kamu lalui dengan mudah. Setiap harinya. Jadwal bulanan kedua yang diberi juga dapat kuingat dengan mudah. Mungkin memoriku berkembang karena kelas-kelas yang ada disini.

“Tapi setelahnya,” Zac berbicara lagi, “Besok lusa akan ada ujian pertama untuk kita.”

“Ujian macam apa?” Lyn bersuara.

“Aku juga tidak tau. Mereka hanya bilang, ujian itu untuk mengukur kemampuan dan melakukan penyisihan.” Semuanya menatap Zac terkejut, “Penyisihan?” Sella bergumam pelan dari sampingku. Mungkin hanya aku yang dapat mendengarnya.

“Jadi sudah waktunya?” tanya Val, “Benar-benar akan dilakukan penyisihan, ya?”

“Ya. Sebelum itu, besok sore kita akan berkumpul di sekolah ini untuk pembagian hasil tes awal. Mereka juga mengatakan kita akan diberi penjelasan soal ujian pertama.” Zac menyelesaikan pengarahannya.

“Tes itu, ya? Kalau mereka tidak menyinggungnya, pasti aku lupa.” tukas Ve.

“Aku juga.” Balas Ken singkat, Nic yang datang dari belakang dan merangkul Ken juga mengangguk. “Berbicara soal lupa, sepertinya kita lupa akan sesuatu.” Lanjut Ken.

“Apa itu?” lirih Sella sembari menatap Ken. Sementara kulihat Nic seolah terpikir akan sesuatu. Ia memasukkan tangan yang tadinya merangkul Ken ke dalam saku jaket.

“Aku tidak.” kali ini Nic menanggapi ucapan Ken dengan sesuatu yang berlawanan. “Semuanya, bukankah kita punya janji pertemuan seusai kelas saat hari pertama?”

“Kau benar” El mendekati kami, diikuti yang lain, sehingga kami berkumpul dan membentuk lingkaran yang lebih sempit. ”Terlalu banyak kegiatan, aku bahkan tidak berpikir untuk mengingatnya.” lanjut El.

“Bagaimana kalau besok?” Aku tidak pernah melupakan rencana untuk bertemu, tetapi memang sesibuk untuk menjadwal ulang dan kami menundanya hingga saat ini. Tidak ada waktu.

“Boleh saja.” balas Jeff, “Tapi dimana?”

“Mmm...” Sella tampak seperti akan mengucapkan sesuatu, dan pandangan kamu tentu saja langsung terarah kepadanya. Tetapi apa yang kami dapat selanjutnya adalah wajah semerah udang rebus, “Ja-jangan menatapku seperti itu!”

Zac mendengus di sebelah Sella dan menutup wajah gadis itu dengan telapak tangan besarnya, “Bicaralah.”

“Itu, aku—aku tau tempat yang tepat. Mau berkumpul disana?”

Good girl.” Zac menepuk bahu Sella dengan tangan yang menutupi wajah perempuan itu tadi. Semua di ruangan ini tau, Sella banyak mengungkapkan pendapatnya dengan berbisik, dan Zac yang ada di sebelahnya selalu menjadi juru bicara. Sella tampak dekat dengan Zac dan Zac sepertinya juga tidak masalah dengan itu.

“Aman?”

Lyn yang sangat berlawanan dengan Sella membuka mulutnya, perempuan itu membuat si pemalu gelagapan, “Ti-tidak tahu. Tapi...”

“Kita coba saja ke tempatmu terlebih dahulu.” Kulihat yang lain mengangguk setuju dengan Flo. “Baiklah, besok kita bertemu di depan Generic di jam ini. Sampai disini saja. Saatnya keluar dari kelas. Sang petugas telah datang.” Ucapan sang ketua menutup perbicangan kami.

Kami keluar dari ruangan saat seseorang membuka pintu dan masuk bersama beberapa orang lainnya untuk membereskan kelas memasak. Satu hal lagi yang aneh di program ini, kami tidak pernah memiliki guru yang tetap. Selalu berganti di setiap sekali atau dua kali pertemuan untuk sebagian besar pembimbingnya, sehingga kami diberitahu untuk tidak perlu bersusah payah menghafal nama mereka. Oh! Bahkan mereka tidak menyebutkan nama saat mengajar. Kesimpulannya, selain pembimbing yang juga menjaga asrama, aku dan SPE-1 tidak mengenal nama satu pun pengajar selama hampir dua bulan.

Aku berjalan mendekati Val dan menepuk bahunya. “Jadi, kau ikut?”

Val masih menunjukkan ekspresi kurang suka, tetapi Ia mengangguk. “Aku ikut.”

★★★

Vote and comments yaa:))

Callista

The GeneticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang