1

760 24 0
                                    

Musik yang memekakkan telinga itu tidak membuatnya terganggu sama sekali dan asap rokok pun juga tidak lagi menyesakkan dadanya.

Sangat berbeda dengan tiga tahun yang lalu. Ketika pantatnya akan terasa kebas karna terlalu lama duduk dan napasnya yang mulai sesak karna asap rokok, ia pasti akan meninggalkan tempat itu sejenak untuk mencari asupan udara segar.

Tapi itu dulu.

"LANA GUE BILANG STOP!" Nessy melempar gelas kaca tersebut hingga jatuh ke lantai dan pecahannya berhamburan kemana-mana. Beruntung Mike segera menyelesaikannya dengan pihak manager club itu sehingga Nessy terbebas dari masalah baru.

Lana seperti orang tuli yang tidak bisa mendengar makian Nessy yang mengganggu sekitarnya. Ia hanya bergumam sambil meletakan kepalanya yang terasa berat ke atas meja bar.

Mike menggendong Lana yang sebelumnya sudah memuntahkan isi perutnya.
"Ness lo bawa mobil!" Nessy merampas kunci mobil tersebut dari tangan Mike. Kelihatan sekali wanita itu sudah sangat murka.

"Lo udah gila ya Mike? Ini bahkan udah jam tiga! Ngapain lo ajak Lana mabok-mabokan? Lo kan tahu gue sama Lana besok pagi ke Bali?"
"Bukan gue Ness!"
"Bukan lo tapi lo yang nemenin! Bukan masalah siapa yang ngajak Mike! Tapi lo ngebiarin dia aja udah salah"
"Fine! Iya gue yang salah, udah kan?"
Nessy menghela napas kasar lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Mike benar-benar tidak bisa membantu, mengandalkan pria itu hanya membuatnya menambah masalah.

Memang bukan salahnya Lana menjadi liar seperti ini. Tapi tetap saja pria itu memiliki peran besar di dalamnya.

Seandainya saja Nessy tidak mengenalkan mereka berdua, mungkin Lananya masih Lana yang dulu. Wanita lugu yang lembut dan baik hati.

Nessy bahkan berpikir jika mereka sudah pernah bercinta di belakangnya. Mengingat Lana bukan seorang perawan, bisa saja kan? Apalagi Mike sudah mengincar Lana sejak ia masih menjadi Disk Jockey dulu. Hell! Nessy tidak sanggup membayangkannya. Lana memang bebas melakukannya, dengan siapapun.

Tapi tidak dengan Mike please! Pria sialan ini memang teman baiknya, tapi sebagai seorang pria Nessy sangat tidak respect pada Mike. Lana deserve better!

"Jangan ngambek mulu Ness, gue serius minta maaf"
"Bodo amat Mike! Lo minta maaf mulu tapi gak berubah-berubah! Jadi maaf seperti apa yang lo maksud?"
"Iya gue janji, ini yang terakhir kali"
"..."
"Ness"
"Terserah!"
Mike tampak menghela napas, ia tidak puas dengan jawaban Nessy. Namun apa yang bisa ia lakukan? Mike hanya bisa menggaruk pangkal hidungnya.

Sedangkan Lana sudah tertidur di kursi belakang. Tampak damai seolah tidak terjadi pertengkaran apapun malam ini.
***

Sayangnya kedamaian Lana hanya bertahan beberapa jam. Nessy tidak kunjung selesai dengan ceramah plus sumpah serapahnya sejak di Jakarta.

Lana tidak sanggup menanggapi reaksi Nessy yang ia anggap berlebihan karna tubuhnya terasa lemas dan lelah. Ditambah kepalanya yang masih berdenyut karna pengaruh sisa alkohol tadi malam. Lana nyaris menenggak gelas ke sepuluhnya sebelum Nessy melempar gelas itu dengan asal. Nessy memang paling bisa merusak kesenangannya. Bukannya harusnya dia yang marah saat ini?

"Lan lo denger gue gak sih? Muka lo tuh nyebelin banget! Sadar gak lo?"
Lana hanya bergumam tidak jelas sambil memejamkan matanya.
Nessy jelas tahu Lana tidak benar-benar mendengarkannya, lalu kenapa masih bertanya?
"Ck terserah lo deh Lan!" Nessy meninggalkan kamar hotel dengan sedikit membanting pintunya.

Lana membuka matanya dan menghela napas. Untuk beberapa hari ke depan ia akan tinggal di hotel ini sendirian.
Nessy sudah menawarkannya untuk tinggal di rumahnya. Namun Lana tidak ingin merepotkan sahabatnya.

Lagipula ia lebih suka menginap di hotel ini, karna ada balkon yang langsung mengarah ke arah pantai. View yang bagus untuk suasana hatinya yang buruk.

Nessy juga akan sibuk bekerja di studio tatto miliknya. Ia pasti akan sangat kesepian berada di rumah Nessy. Jadi sudah sangat tepat jika Lana menginap di hotel ketimbang di rumah Nessy.

Lana merogoh ponselnya yang berdering dari dalam tasnya.
"Hallo"
"Mau gue susulin gak?"
"Gak usah Mike"
"Serius? Emang lo tahan di ceramahin ex dj itu?"
"Heh! Ex dj itu sahabat lo!"
"Ya emang, gue gak bilang dia pembokat gue"
"Terserah lo Mike"
"Beneran gak mau gue susulin"
"Iya beneran, gue lagi pengen sendiri"
"Ya udah, kabarin nanti gue jemput"
"Iya"

Lana memutuskan sambungannya. Sejujurnya ia tidak tahu harus melakukan apa di Bali. Ide itu datang begitu saja ke otaknya.

Terakhir kali ia datang ke kota ini adalah satu tahun yang lalu. Saat ia berhasil menemukan Nessy yang tidak bisa dihubungi selama berbulan-bulan seperti orang hilang.

Hari ini ia kembali datang dengan tanpa tujuan. Ia pikir ia hanya butuh refreshing. Mumpung pekerjaannya sedang tidak padat, apa salahnya kan?

Tawaran Nessy untuk membuka cabang usahanya di sini tidak benar-benar ia tanggapi, tapi ia juga tidak tega menolak saran Nessy begitu saja, Nessy yang sekarang sangat sensitive, beda dengan Nessy yang dulu cuek dan terkesan bodo amat, tapi Lana memaklumi itu. Dan mungkin itu juga yang Nessy rasakan terhadapnya, memaklumi dirinya yang sekarang.

Lana mencoba menikmati moment selama ia di sini, anggap saja ia sedang berlibur. Kalau kata Jay dulu, ia harus menikmati hidup kan?
Ah Jay, apa kabar dia?

Lana mencari kontak Jay. Sudah lama mereka tidak bertukar kabar.
"Hallo Jay"
"Hi babe! Tumben inget temen? Aku gak ada hutang kan ya?"
"Apa sih Jay!"
"Hahaha.. ada apa nih?"
"Gapapa.. nanya kabar aja, gak apa kan?"
"Kenapa harus kenapa-napa?"
"Ya mana tahu kamu udah punya pacar"
"Oh jadi kamu niat ngajak aku PDKT?"
"Gak nyambuh elah!"
"Hahaha.. lagian ngomongnya serius amat, aku baik Lan, kamu gimana?"
"Baik juga, kamu lagi kerja?"
"Iya, tapi lagi free"
"Gimana kliniknya? Kayanya tambah sukses deh"
"Biasa aja Lan, kamu sih dulu dimintain jadi BA gak mau"
"Apa sih Jay!"
"Hahahaha.. ke sini dong, kamu hutang main ke klinik"
"Aku bahkan udah dua tahun gak pernah ke Jakarta Jay, makanya buka cabang dong di Bandung"
"Serius gak pernah ke Jakarta? Bohong banget!"
"Terserah kalo gak percaya"
"Kenapa?"
"Um.. gapapa, emang harus kenapa-napa?"
"Iya sih, lagian kamu emang stay di sana kan.."
"Hm um"
"Gimana kalau kamu aja yang buka cabang di Jakarta? Nanti aku bisa bantuin"
"Hahaha emangnya dokter ada waktu buat saya?"
"Hahaha ada dong, buat cewek cakep saya selalu punya waktu kok"
"Sialan"
"Hahaha serius loh aku Lan, nanti aku bantuin"
"Um.. boleh sih, tapi aku mau fokus sama yang di Bali dulu"
"Wow! Jadi udah merambah ke sana? Keren!"
"Belum Jay, masih cari-cari peluang sama tempat yang cocok"
"Jadi sekarang lagi di Bali nih?"
"iya"
"Ketemu Nessy dong?"
"pasti, aku bahkan datang bareng dia semalam, kemarin dia ke Bandung soalnya"
"Masih akrab rupanya"
"Emangnya kamu ngarep kami bubar ya?"
"Hahaha bukan gitu! Kirain kalian gak akan seakrab dulu karna udah beda tempat tinggal.. jadi nginep di tempat Nessy nih?"
"Gak kok, aku nginep di hotel"
"Kenapa? Nessy punya piaraan?"
"Piaraan yang gimana nih?"
"Biasa lah, gak usah sok polos Lan, udah gak cocok!"
"Hahaha sialan! Gak kok Nessy masih jomblo dari dulu"
"Udah diduga sih"
"Dasar tukang bully! Udah dulu ya Jay, aku mau pergi"
"Okay, pikirin lagi ya buka cabang di sini, aku serius beneran"
"Iya-iyaaa bye jay"
"Bye babe"

Lana bangkit dari tempat berbaringnya. Ia mengganti pakaian lalu mencuci wajahnya yang sembab karna tertidur selama penerbangan tadi.

Barusan Nessy mengirimnya pesan Whatsapp untuk menyusulnya ke restaurant hotel. Padahal ia masih mengantuk, tapi lebih baik ia turun daripada Nessy menyeretnya lagi seperti tadi pagi.
__
TBC.

Love At Second SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang