17

196 17 0
                                    

"Sorry Lan, a-aku gak maksud" Lana mengangguk meski ia kecewa dengan reaksi Noah. Pria itu yang menciumnya, dan ia juga yang menyesal. Apa seburuk itu keadaannya?

"Um btw aku lebih suka style kamu yang dulu" Lana menatap bingung ke arah Noah.
"Sorry aku tahu aku gak ada hak, aku cuma kasih pendapat aja"

Lana memperhatikan penampilannya. Ia mengenakan pakaian sopan, tapi mengapa Noah tidak suka?

"Bukan yang ini, maksud aku style kamu kemarin-kemarin" Lana membulatkan bibirnya, baru mengerti kemana arah bicara Noah.

"Jadi cowok tadi itu siapa?"
"Maksudnya Bagas?"
"Oh namanya Bagas? Dia bahkan gak mengenalkan diri" Noah terkekeh, mau tidak mau Lana tersenyum.

"Bagas sahabat gue"
"Cuma sahabat?"
"Iya, dulunya cuma tetangga sih, tapi karna dia sering ke rumah karna ibu sering minta tolong, jadinya kita akrab"

"Cuma itu?" Lana menggelengkan kepala.
"Bagas sempet melamar, tapi hubungan kita gagal karna gue emang gak punya perasaan kaya gitu sama Bagas"
"Gue cuma merasa berhutang banyak karna dia selalu ada di saat gue stres berat"
"Bagas benci banget sama lo karna lihat keadaan gue saat itu"
"Terakhir kita ketemu, gue gak ceritain ke dia karna takut dia gak bisa terima"
"Bagas bukan orang yang mudah memaafkan" Noah mengangguk-angguk.
"Hubungan gue sama Bagas udah kaya saudara, meskipun sekarang dia udah menikah, kita tetep deket"
"Um i see, kalian deket banget sampe dia berani mukul aku" jawabnya sambil terkekeh.
"Sorry yah" Lana tersenyum masam. Ia benar-benar tidak enak karna perlakuan Bagas pada Noah.

"Lan.." Noah menatapnya serius, tidak ada lagi tatapan jahil seperti tadi.
"Aku udah tunangan" katanya lagi.
"..."
"Aku gak tahu kenapa, tapi aku merasa harus kasih tahu kamu"

Lana tersenyum getir. Untuk apa Noah memberitahunya? Bukankah pria itu yang mendatanginya?

Bukankah dia yang meminta nomor ponselnya di hari pernikaran Emer dan Paola? Bukankah Noah yang menggendongnya sampai apartmen malam itu? Pria itu juga yang menciumnya sebelum akhirnya mengatakan bahwa ia telah bertunangan?

Mengapa ia membuat Lana seolah-olah seperti penggoda?

Ada rasa marah dan kecewa yang Lana rasakan. Dan buruknya lagi pria itu berada di seberang kamar hotelnya saat ini.

Apa-apaan ini?
***

"Sorry Lan gue harus ke sana hari ini juga, kasihan nyokap gue"
Lana terduduk lesu melihat Nessy yang terburu-buru mengepak barang-barang ke dalam koper.

Hari ini wanita itu harus ke singapur untuk menjenguk maminya yang sakit.
Lana tidak mungkin egois dengan menahan Nessy untuk lebih memilih menemaninya.

"Lama gak Ness?"
"Bentar doang kok, besok udah balik lagi, mami cuma pengen gue selfie sama dia di rumah sakit" Lana menghela napas, setidaknya besok sahabatnya akan pulang. Tidak masalah jika ia liburan sendirian hari ini.

Mami Nessy memang sedikit berlebihan untuk ibu-ibu seusianya. Beliau sangat suka memamerkan keakrabannya dengan anak-anaknya meski sebenarnya mereka tidak begitu akrab. Lana tidak mengerti dunia sosialita yang begitu palsu. Terkadang ia kasihan jika melihat Nessy harus terus menuruti keinginan maminya meski ia sendiri tidak mau.

"Sorry ya Lan, gue gak bisa temenin lo hari ini, mungkin lo bisa suruh Mike nyusul supaya liburan lo gak kesepian"
Lana menggelengkan kepala. Meminta Mike menyusul hanya memperburuk situasinya.

Love At Second SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang