Lana menutup pintu kamar hotelnya. Bibirnya melepaskan senyuman yang sudah ia tahan sejak tadi.
Suara Benny dan Noah masih terdengar dari balik pintu kamarnya. Lana tidak berniat menguping, salahkan saja dua pria dewasa itu yang bertengkar layaknya ibu-ibu melabrak pelakor. Mereka seolah tidak perduli jika ada orang lain yang mendengar atau bahkan terganggu.
"Mendingan besok lo pulang aja deh, atau pindah sana ke kamar lain atau sekalian pindah hotel!"
"Masak cuma gara-gara gue mergokin lo ciuman trus gue diusir? Durhaka lo!""Bodo amat! Lo gak cuma mergokin Ben! Lo gangguin!"
"Lo yang cipokan tapi gak kunci pintu! Trus itu salah gue?"
"Terserah! awas aja lo ngadu sama Celly! Gue laporin ibu kalo lo bohong soal cuti kerja!"
"Astaga kenapa lo jadi lebay gini sih? Emang kapan gue suka cepu'in lo? Woy gue belum selesai ngomong anjir"Lana cekikikan dibalik pintu kamarnya. Tak lama suara berisik mereka tak terdengar lagi, mungkin mereka melanjutkan perangnya di dalam kamar.
Lana pun berjalan mendekati tempat tidurnya. Ia membaringkan diri dibalik selimut sambil terus tersenyum.
Tangannya menyentuh bibirnya sendiri sambil mengingat-ngingat rasa bibir Noah. Lana memukul-mukul bantalnya karna gemas pada dirinya sendiri, ia seperti remaja yang baru saja merasakan rasanya ciuman pertama.
Tiba-tiba Lana teringat sesuatu. Ia membulatkan matanya dan bibirnya menganga. Kemarin Nessy menyarankan dirinya untuk mencari tahu perasaannya sendiri terhadap Noah.
Apa perasaannya sekarang sudah bisa dinilai? Apa benar ia masih mencintai Noah?
Tapi sepertinya terlalu dini untuk menyimpulkan hal itu. Lana tidak mau menyesal karna terlalu cepat menilai.
***Jay melangkahkan kakinya memasuki bangunan tower kembar tiga yang megah itu. Mungkin ini kali pertama ia kembali menginjakkan kakinya setelah acara ulang tahun majalah Men's World beberapa tahun lalu.
Jay bukan orang yang pendendam, tapi ia juga bukan orang yang terlalu mudah memaafkan. Tergantung apa kesalahan yang harus ia ampuni.
Dan Keenan adalah kesalahan terakhir yang akan ia maafkan. Sayangnya untuk kali ini ia harus membuang egonya jauh-jauh.
Jay mendekati seorang wanita yang ia yakini adalah sekretaris Keenan.
"Permisi"
"Ya pak? Ada yang bisa saya bantu?"
"Um.. saya mau bertemu dengan atasan kalian"
"Apa bapak sudah membuat janji?" Jay menggelengkan kepalanya.
"Okay tunggu sebentar ya pak" wanita dengan name tag bernama Donna tersebut tampak menelepon seseorang, Jay yakin wanita itu menelpon atasannya yang sedang entah dimana."Maaf pak, dengan bapak siapa?"
"Jay... Jaydan" wanita itu menganggukkan kepala lalu menyampaikan hal tersebut pada seseorang dibalik teleponnya."Silahkan pak, bapak Keenan sudah menunggu di dalam" Jay mengangguk lalu mengikuti arah jalan wanita itu.
"Silahkan pak" Jay kembali mengangguk sebelum melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu sekaligus menekan gengsinya kuat-kuat.
Tampak Keenan berdiri memunggunginya. Pria itu menatap keluar sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Apa kabar... Jaydan" tanyanya dengan nada datar.
Jay menghirup udara sebanyak mungkin. Sungguh ini bukan hal yang mudah mengingat apa yang sudah Keenan lakukan selama ini.
"Dimana dia?" Keenan terkekeh lalu membalikan tubuhnya.
"Duduk dulu Jay" Jay mengangguk meski ekspresinya sangat tidak bersahabat, ia pun duduk di atas sofa panjang yang ada di dekatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love At Second Sight
Romance21+ Sekuel dari "Hallo Sugar" ___ Allana Nora Marthin. Kembali menata hidupnya untuk kedua kali. Setelah kembali berpisah dengan mantan kekasihnya, Lana banyak merubah dirinya. Ia tidak lagi takut terhadap pria, dan ia tidak akan tersakiti lagi oleh...