15

206 18 0
                                    

Beberapa hari sebelumnya..

"Ini beneran kak?" Benny terkekeh.
Dihadapannya Lana duduk sambil memelototi undangan yang baru saja ia berikan.
"Panjang ceritanya Lan, nanti juga lo tahu dari cerita orang-orang"

"To the point aja sih kak, emang Lana masih kaya orang lain apa?"
"nah kan baperan"
Lana memajukan bibirnya. Tentu saja ia baper karna Benny tidak mau menceritakannya. Bukankah mereka sudah seperti kakak adik?

Benny kehilangan wajah jenakanya, sekarang ia menatap Lana dengan serius.
"Panjang ceritanya, intinya gue sama dia MBA Lan"
Lana menghela napas. Ia terkejut, tentu saja.

Sebenarnya Lana sudah mengkhawatirkan itu, melihat bagaimana kehidupan Benny yang begitu liar. Hanya saja ia tidak menyangka akan secepat ini.
"Lo datang ya... ajak Bagas" Lana mengangguk. Ia melipat kembali undangan itu dan meletakannya di atas meja.
"Lo... udah ketemu Noah?"

"Noah di sini?" Tanya Lana dengan matanya yang membulat. Benny pun terkekeh.
"Iya sama Jay juga"
"Oh..." hanya itu yang keluar dari mulut Lana. Ia tidak tahu harus merespon apa.

Untungnya Benny mengalihkan topik itu setelah menertawakan Lana yang salah tingkah.
"Gimana kabar lo Lan? Gue denger lo pacaran sama DJ itu?"
"Hah? Maksud kakak Mike?"
"Oh jadi namanya Mike? Gue kira namanya beneran Mickey" Lana tertawa.

"Itu nama panggungnya, gue sama dia cuma temen kok"
"Masak? Tapi orang-orang bilang, kalian pacaran"

"Jadi kakak lebih dengerin kata orang"
"Hilih baperan emang!"

"Kakak kaya gak ada beban ya"
"Maksudnya?"
"Iya, gak kaya Bagas dulu"
"Gue panik juga kali Lan, tapi berusaha gak nunjukin aja"

"Mudah-mudahan kakak bisa kaya Bagas ya, jadi cinta beneran meskipun awalnya gak enak"

"Amin"
"Ngomong-ngomong soal Bagas, gue masih gak nyangka loh dia udah nikah, gue kira kalian bakal jodoh"

Lana tersenyum kecut. Bukan karna ia tidak berjodoh dengan Bagas, karna ia memang tidak mencintai Bagas.

Lana hanya merasa ia terlalu jauh ketinggalan dari Bagas yang sudah menemukan belahan jiwanya.
"Anaknya udah mau dua malah kak" katanya lirih.

"ketinggalan jauh lo Lan, susul gih"
"Sama siapa? Sama kambing?"

"Sama Noah lah" Lana melotot.
"Tenang aja, kalo lo mau... gue bersedia kok jadi mak comblang"
"Pak comblang kali"
"Iya itu maksudnya" Benny tertawa.

"Gayus lo!"
"Jayus Lan! Ja-yus!"

"Oh iya kakak mau minum apa?"
"Gak usah gue udah mau cabut kok, masih mau anter undangan"
"Oh... okay deh"
"Ya udah gue duluan ya Lan"
"Bye kak"
***

"Tapi aku masih mual Lan, kamu aja deh temenin mas Bagas"
"Yang bener aja Lan, masak gue bawa laki orang, bisa dibully se Indonesia"

"Ck ya udah aku temenin, tapi nunggu di mobil aja yah" Jawabnya dengan bibir yang mengerucut.
"Bukannya di mobil lebih parah ya sayang?" Kata Bagas dengan nada cemas. Wulan memang tidak kuat berada di mobil berlama-lama, wanita itu pasti akan muntah-muntah.

Semenjak hamil kedua, Wulan sangat sensitif dengan bau mobil. Ia lebih memilih dibonceng naik motor jika bepergian.
"jadi gimana dong?" Tanyanya dengan ekspresi memelas.

"Ya udah gak apa Lan, aku gak enak juga sama mas Benny kalo gak datang"
"Beneran gak apa Gas? Nanti kalo ibu sama mertua kamu tahu gimana?"

"Nanti aku sama Wulan ijin dulu sama mereka, acaranya masih empat hari lagi kan?" Lana mengangguk.
"Mudah-mudahan Wulan sehat, jadi kita bisa datang bertiga"

Love At Second SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang