27

195 19 0
                                    

Noah berpamitan pada orang tua Sherly setelah membicarakan seputar rencana pernikahannya dengan Sherly yang harus ditunda.

Beruntung orang tua Sherly bisa mengerti dan tidak menuntut apapun.

Tinggal Sherly yang masih menatapnya dengan pandangan murung. Dulu ekspresi itu sangat mengganggu Noah, tapi sekarang ia tidak merasakan apapun.

Meskipun begitu ia tidak ingin berkata lebih jujur dan menyakiti wanita yang sudah menemaninya selama dua tahun terakhir.

"Kita tetap sama-sama kan El?" Noah mengangguk sambil meremas kedua tangan mungil itu. Untuk sekarang hanya itu yang bisa Noah lakukan.

Mereka tetap lah sepasang kekasih, hanya saja hari pernikahan itu semakin jauh dari mereka.

Dalam hati Sherly berjanji akan membuat keyakinan Noah kembali.

Malam itu perasaan Noah sedikit lega. Ia tidak ingin menjebak dirinya dan Sherly dalam pernikahan yang suci, padahal ia tidak seyakin itu.

Sherly akan menderita jika hidup bersama pria yang tidak benar-benar mencintainya. Dan itu akan menjadi dosa terbesar yang pernah ia lakukan.
***

Lana tiba di Jakarta bersama Lucy malam ini. Lana menarik tangan Lucy sedikit kasar karna wanita itu menahan dirinya, rasanya seperti menarik sapi.

"Kita gak tinggal di rumah Jay aja ya Lan?"
"Lo gila? Apa kata nyokapnya kalo kita nginep di sana?"
"Kan Jay juga ada apartmen Lan"
"Gak! Apartmen Jay tuh jauh banget"

"Kosan Andrea aja gimana?"
"Andrea kan ada sugar daddynya yang sering besukin, udah lah lo nurut aja kenapa sih"

Lucy berdecak tak tahu lagi harus menjawab apa. Di sisi lain ia tidak ingin kembali bertemu dengan Mike.

Tapi membujuk Lana yang keras kepala juga tidak mudah. Mau tidak mau Lucy memasrahkan hidupnya kepada sang pencipta.

Pintu unit apartmen itu terbuka menampakan lelaki tampan dengan wajah sembab khas bangun tidur.

Lucy tidak bisa mengalihkan pandangannya pada tubuh shirtless itu. Mike memang hanya menggunalan boxer jika sedang tidur.

"Thanks ya Mike, sorry ganggu tidur nyenyak lo, besok gue buatin sarapan yang enak" cecar Lana yang langsung memasuki kamar sebelah kamar utama. Ia sudah hapal setiap sudut unit apartmen tersebut karna ini adalah tempat tinggalnya dulu bersama Nessy, sebelum akhirnya Nessy menjualnya melalui Keenan.

"Eh kamar tamu kan cuma ada single bed Mike"
"Ya udah lo tidur sama gue aja" jawab Mike dengan suara serak khas bangun tidur. Uh seksi juga. Bathin Lucy.

"Gak ah gue lagi mens"
"Apa hubungannya? Emang mens nular?"
"Ck gue sensi kalo lagi mens, jangan deket-deket! udah lo tidur sama Lucy aja gue yang tidur sendiri, bye gue mau tidur capek"

Lana memasuki kamar tamu dengan membawa kopernya. Tak lupa ia mengunci pintu karna ia sedang tidak ingin diganggu.

Lucy menelan salivanya ketika pintu tersebut sukses terkunci, ia tidak akan mungkin bisa memasukinya. Kecuali ia punya kekuatan yang bisa membuatnya menembus pintu itu.

Diliriknya lelaki tak berbaju tersebut yang tampak tak keberatan sama sekali. Mike memasuki kamarnya tanpa menutup pintu, ia bahkan tak mau repot-repot menyapa Lucy.

Lucy mengerucutkan bibirnya, ia seperti tidak dianggap.

Lucy ragu harus mengikuti Mike atau tidak, akhirnya ia memutuskan untuk menuju sofa ruangan tengah saja.

Ia merebahkan tubuh lelahnya di atas sofa Mike yang empuk. Dulu ia juga pernah tidur di sofa ini, ah rasanya seperti de ja vu. Tak lama ia pun tertidur juga.

Love At Second SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang