10

251 18 1
                                    

Lucy sempat melihat punggung Noah yang membawa Lana pergi. Senyuman tipis terukir di bibirnya.

Saat Mike mencari-cari Lana, Lucy tidak menyia-nyiakan kesempatan.
"Hei" Lucy menarik lengan besar milik Mike. Pria itu tampak terkejut dengan keberanian wanita dihadapannya.

Wanita seksi yang menari-nari dihadapannya beberapa saat lalu. Ia menarik sebelah alisnya ke atas tanpa bertanya maksud dari tingkah Lucy yang aneh.

"Lo nyari Lana kan?" Tanyanya dengan sedikit berteriak. Ia menempelkan tubuhnya pada lengan Mike agar pria itu bisa mendengarnya. Meskipun ia bingung mengapa wanita ini bisa mengenal Lana namun Mike hanya menganggukkan kepalanya, ia juga tampak tidak risih dengan kedekatan mereka saat ini.

"Temen lo udah pulang sama temennya tadi"
"Tahu dari mana?"
"Gue lihat sendiri, telepon aja kalau lo gak percaya" Mike mengerutkan keningnya, sesekali ia melihat sekeliling untuk mencari Lana, siapa tahu wanita ini hanya mengerjainya.

Jangan salahkan Mike karna wanita ini sudah bersikap aneh padanya sejak tadi. Wajar kan kalau ia curiga?
Sayangnya kecurigaan itu tidak bertahan lama setelah ia yakin tidak menemukan Lana dimanapun.

"Okay thanks" katanya sambil menatap wanita itu sekilas. Mike baru saja akan melangkah pergi. Namun tangan mungil itu kembali menahannya.

"Lo mau kemana?" Mike mengerutkan dahinya, mau apa lagi wanita ini? Jangan bilang ia minta ditiduri. Pikir Mike tak senonoh.

"Pulang" jawabnya datar.
"Gue boleh nebeng gak?" Tanyanya dengan tangan yang masih bertengger di lengan kekar Mike.

Mike berpikir sesaat, mungkin tidak ada salahnya. Sepertinya wanita ini juga temen Lana.

Ia mengangguk lalu bergegas pergi diikuti Lucy yang tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
***

"Lo mau gue anter kemana?"
"Um boleh gak gue nginep di tempat lo?"
"Hah?" Mike tampak terkejut dan hampir menabrak trotoar.
"Jangan becanda mbak! Untung aja gue gak jadi nabrak!" Lucy yang dipanggil dengan sebutan 'mbak' langsung merubah ekspresinya.

"Kenapa?" Tanya Mike bingung. Bukannya ia yang harusnya marah.
"Emang muka gue kaya mbak-mbak ya?" Tanya ketus.

Mike tertawa mendengar pertanyaan wanita itu.
"Sorry kelepasan, gue gak tahu nama lo soalnya"
"Ya nanya dong"
"Ya udah nama lo siapa?"
"Lucy"
"Lucy?"
"Iya"
"Nama samaran?"
"Nama asli lah! Tanya aja sama Lana"

Mike menaikan sebelah alisnya.
"Lo beneran temennya Lana?"
"iya, gak akrab sih tapi tetep bisa dibilang temen lah"
"Maksudnya?" Mike mengerutkan keningnya, wanita di sampingnya tersenyum. Cantik sih, tapi... entahlah Mike bingung mendeskripsikan pemandangan disampingnya.

"Jadi gue punya temen yang kebetulan temennya Lana juga, trus kita dikenalin tapi gak sempat dekat"
"Baru kemarin pas dia datang ke wedding temen gue, trus kita jadi sering ketemu setelah itu, tapi ya cuma ketemu gitu-gitu aja gak ada perkembangan lebih, makanya gue gak bisa bilang akrab sama dia"

Mike tampak mengangguk-angguk. Ia teringat soal Lucy yang berniat untuk menginap di tempatnya.
"Soal nginep lo becanda kan?" Wanita itu terkekeh.
"beneran kok, sorry ya kalo gue agak serem, tapi gue gak maksud jahat kok"

Mike tersenyum masam. Ia tahu Lucy tidak berniat buruk, memangnya apa yang bisa dilakukan wanita mungil yang tubuhnya bahkan lebih pendek dari Lana yang juga pendek.

Memukulnya dengan membabi-buta pun tidak akan membuat Mike mati. Hanya saja mereka baru saja bertemu, dan Mike tidak berniat mengenal lebih jauh dengan wanita ini. Apa tidak aneh jika ia mengijinkan Lucy menginap?

"lo keberatan ya?" Mike menoleh sekilas pada wanita di sampingnya. Apa Lucy mabuk sampai tidak merasa malu dengan semua ucapannya?

"Gue keliatan murahan ya?" Mike kembali menoleh dengan tatapan kaget. Pertanyaan itu tepat sasaran, iya lo murahan banget persis jalang. Sayangnya Mike tidak mungkin mengutarakannya.

Ia menelan salivanya. Mendadak ia kehabisan kata-kata, padahal selama ini ia mudah saja mengeluarkan sumpah serapah pada setiap wanita yang ia anggap jalang.

Ia tidak suka digoda mereka. Tepatnya Mike lebih suka menggoda daripada digoda, tapi entah mengapa ia tidak tega melakukan itu pada Lucy. Padahal apa bedanya Lucy dengan wanita lainnya? Sama-sama tampak murahan.

Sejujurnya Mike merasa pernah melihat Lucy, tapi ia lupa dimana dan kapan.

Karna ia tidak kunjung mengingatnya, ia putuskan kalau ia hanya salah orang. Mungkin wajah Lucy saja yang pasaran.

"Gue gak mau pulang Mike, gue kabur dari rumah"
"Hah?" Mike kembali terkejut.
"Gu-gue takut ketemu suami gue"
"please bawa gue pergi Mike!"
"Hah?" Mike mengerem mobilnya mendadak, membuat tubuh wanita itu hampir bertabrakan dengan dasbor mobil. Apa katanya? Bawa pergi dari suaminya? Mike bahkan tidak menyangka wanita seksi ini ternyata bersuami.

"Lo gila? Bisa masuk penjara gue bawa kabur bini orang" sinting! Mike tidak bisa melakukan hal konyol seperti itu, apa untungnya bagi dia? Yang ada ia akan terkena masalah.

"Turun lo sekarang!!" Bentaknya yang membuat wanita itu tersentak. Bibir Lucy bergetar menahan tangis, astaga Mike tidak bisa melihat wanita menangis seperti itu. Mike menghela napas, ia menurunkan intonasi nadanya lebih rendah dan lembut.

"Sorry Lucy, apapun masalah rumah tangga lo, gue gak bisa nolong lo, itu jelas bukan urusan gue, jadi please lo turun dari mobil gue sekarang" Lucy menghapus air matanya segera saat cairan bening itu mulai berjatuhan. Ia benci dibentak, bahkan Keenan tidak pernah membentaknya selama mereka pacaran. Kecuali saat terakhir mereka bersama.

Wanita itu akhirnya turun dari mobil Mike. Ia menutup pintu mobil dengan lembut. Tanpa berbicara apapun, bahkan untuk sekedar ucapan terimakasih.

Mike memandang wanita yang sudah menutup pintu mobilnya dari luar. Ada rasa tidak tega yang besar. Tapi ia tidak mau terlibat dalam masalah orang lain.

Akhirnya dengan berat hati Mike melajukan mobilnya, meninggalkan wanita itu di halte. Sendirian.

Mike berusaha mendoktrin pikirannya sendiri agar ia tidak terus memikirkan wanita yang baru ia kenal itu.

Mike sudah jauh dari tempatnya menurunkan Lucy. Namun pikiran dan perasaannya yang melankolis tidak bisa berhenti memikirkan wanita itu.

Apa ia sudah dapat taksi? Apa ia masih sendirian di sana? Apa ia tidak diganggu orang jahat?

Pakaian seksinya pasti mengundang pria hidung belang untuk mengganggunya.

Di luar pasti dingin sekali karna habis turun hujan. Dan ini bahkan sudah jam dua pagi, tanpa hujan pun pasti sudah sangat dingin udaranya. Dan ia meninggalkan seorang wanita yang menangis di halte. Sendirian.

Brengsek!

Mike memutar mobilnya.

Love At Second SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang