22

197 19 0
                                    

Jay terus membelai dengan lembut punggung Lucy yang bergetar. Ia meletakan dagunya di atas kepala wanita yang berada dalam pelukannya.
Lucy sudah menceritakan semua masalahnya termasuk apa yang dilakukan Thalita padanya.

"Jadi sekarang lo tinggal dimana?" Tanya Jay setelah tangisan Lucy mereda. Lucy menghapus lelehan air matanya dengan kaus yang Jay kenakan.

Jay terkekeh lalu membelai lembut kepala Lucy. Wanita itu menegakkan kepalanya lalu menatap pria di sampingnya dengan sendu.
"Sama temen"
"Temen? Siapa?"
"Baru kenal"

"Kenal dimana?" Lucy menghela napas. Ia benci ketika orang sekitarnya tidak bisa mengerti jika ia ingin memiliki privasi. Ralat, hanya Keenan dan Jay yang melakukan itu.

"Pokoknya temen Jay, lo gak perlu berlebihan"
"Gue gak berlebihan Lus, lo yang gak ngerti"
"Gue gak ngerti apa?"
"Gue khawatir"

"Iya gue tahu Jay, tapi mau sampai kapan lo sama Keenan perlakuin gue kaya anak kecil? Gue maunya dijadiin pacar kalian bukan adek kalian"

"Kan lo yang gak mau jadi pacar gue!"
"Salahin nyokap lo yang gak setuju!"
"Kalo nyokap gue sekarang setuju gimana?"
"Ya... ya gak bisa lah" jawab Lucy gelagapan. Jay terkekeh lagi.
"Tuh kan, berarti itu alasan lo doang bawa-bawa nyokap gue"

"Bukan alasan Jay, kita kan bahas masa lalu, gue mau kalo itu terjadinya sekarang, tapikan itu udah berlalu, kalo sekarang perasaan gue udah beda lah"

"Jadi lo ngaku kan kalo dulu lo juga cinta sama gue"
"Auk ah gelap" Jay kembali tertawa.

"Apa kalau gue udah nikah kalian berdua bakal kaya gini terus?"
"Kalian siapa?"
"Lo sama Keenan"
"Bisa jadi, kalau suami lo gak becus ngurusin lo"
"Ck lo kelewatan Jay! Biarpun suami gue gak becus tetep aja itu bukan urusan kalian!"

"Udah ah! Gue gak mau bahas, sekarang pindahin barang lo ke rumah gue, hari ini juga!"
"Gak bisa hari ini"
"Kenapa? Dilarang temen baru lo?"

"B-bukan, pokoknya gue gak bisa hari ini, gue perlu bahas ini dulu sama lo"
"Bahas apa?"
"Gue mau jual unit apart gue ke lo"
"Kenapa dijual?"
"Gue udah gak mau tinggal di sana Jay, gue mau cari tempat tinggal baru"

"Tapi unit lo kan baru aja lunas Lus, lo gak sayang emangnya? Kalo lo jual terburu-buru pasti harganya miring"
"Gapapa Jay, gue lebih sayang diri gue sendiri"

"Jadi beneran mau dijual aja?" Lucy mengangguk cepat tanda ia sangat yakin.
"Gini aja, gue baru aja beli mobil buat Gladys jadi gue gak bisa beli unit lo, gimana kalo gue tawarin temen-temen sama relasi gue aja, nanti kalo mereka minat gue kabarin lo"

Lucy tampak berpikir sesaat kemudian ia kembali mengangguk. Gladys adalah sahabat Jay saat kuliah, mereka menjalin hubungan yang rumit yang disebut friends with benefit, Gladys adalah sosok misterius yang disembunyikan Jay dari semua orang selama ini, kecuali dirinya.

Jay bahkan tidak mengenalkan Gladys pada orang tuanya sendiri meski saat ini Gladys sedang mengandung benihnya. Lucy sendiri tidak pernah bertemu dengan Gladys, ia juga tidak mau ikut campur urusan sahabatnya.

Lucy mengerti jika Jay sedang belajar membagi hidupnya dengan Gladys, seperti tinggal bersama dan membelikan wanita itu mobil misalnya.

"Gapapa kalo nanti gue tinggal di rumah lo Jay? Maksud gue gimana sama Gladys?"
"Gladys gak tinggal di rumah Lus, orang tua gue kan sering datang ke rumah, jadi gue ajak dia tinggal di apartmen gue"

Lucy membulatkan bibirnya.
"Tapi gak sekarang ya Jay, gue masih ada urusan yang harus gue selesaiin, dan please ini privasi"
"Okay-okay" Jay akhirnya menyerah. Ia tidak akan memaksa wanita ini untuk mengatakan siapa 'teman baru' yang saat ini menampungnya.

Love At Second SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang