Kota begitu ramai—dengan gedung yang memiliki tinggi sejajar layaknya bangunan di abad pertengahan, di dominasi oleh warna coklat layaknya pasta kacang manis pada roti. Jalanannya tidak beraspal seperti bebatuan sedimen yang dihaluskan ataupun layaknya batu bata yang tertanam begitu rapi—Sangat indah dengan laju kereta yang sesekali melintas.
Ini benar abad pertengahan, tetapi dirinya terkadang tersentak ketika melihat sebuah hologram yang tiba- tiba muncul dan menghalangi jalannya.
Sangat aneh dengan kupu- kupu yang berada di pundak beberapa orang. Pakaian yang mereka kenakan berbahan sutera ditengah dinginnya udara yang membuat pemuda yang tengah menunggu giliran itu tak mampu berhenti mengedarkan iris hitamnya.
Sesekali ia melirik kearah kotak yang akan ia kunjungi—Tidak, jika dilihat mereka hanya memasukan sebuah kertas, lalu memasukan uang dan barang yang mereka butuhkan akan keluar lima menit setelahnya.
Sangat aneh membuat iris hitam itu tak berhenti menatap takjub—Hanya saja, mereka yang berada diperkotaan tampak sama dengannya, tidak ada yang berbeda kecuali bahasa serta tulisan.
Keningnya berkerut—Dengan pertanyaan yang masuk ke dalam benaknya begitu penuh mengenai dimana dirinya berada. Ini benar- benar seperti negeri dongeng dan mungkin film Narnia atau Lord Of The Ring sangat menggambarkan apa yang telah di lihat nya sebelum melewati sungai.
Iris hitam berbinar nya itu melirik kearah kotak disana, memasukkan kertas yang di tulis oleh pria yang menolongnya kedalam alat untuk menerima uang. Mata monolid itu berkedip, berkali- kali ketika tanda hijau dengan huruf berliku disana menyala, keningnya berkerut membuat Jungkook mengulurkan sejumlah uang begitu ragu dan memasukkannya kedalam mesin yang bergerak, bersiap menelan uang hingga bibirnya membentuk huruf O disana.
Uangnya tertelan dengan mesin yang kembali bekerja membuat Jungkook menganggukkan kepala dan barang yang di inginkannya keluar, begitu rapi di dalam sebuah kantong jerami berwarna coklat yang cukup tebal—Hal itu membuat Jungkook mengangkatnya dengan mata membulat dan nafas yang sedikit tertahan karena itu begitu berat.
'Ah sial—Sangat berat—Sangat berat—'
Jungkook menggerutu dalam hati dengan pandangan yang kembali menunduk seolah ia bersembunyi—Tudung itu hampir menyembunyikan seluruh wajahnya hingga beberapa orang yang melihat mungkin bertanya- tanya bagaimana Maganis itu melihat. Hanya saja, Jungkook memilih tidak peduli, dirinya harus segera kembali sebelum senja tiba.
Kakinya berhenti melangkah ketika ia mendapati sebuah palang menghalangi jalannya hingga pandangannya sedikit terangkat menemukan kereta yang akan melintas membuat Jungkook kembali takjub karena palang yang tiba- tiba muncul di sepanjang trotoar tampaknya lebih aman, menghalangi seseorang untuk tidak menyebrang atau berlari ketika kereta dengan laju yang cukup cepat itu melintas.
Tanpa Jungkook sadari—Sosok pria dengan iris madu yang tertutup oleh topi caping itu tengah menatapnya dengan raut wajah datar serta tatapan tidak bersahabat, seolah jika pergerakan mencurigakan muncul dari pemuda itu, iris berwarna biru kegelapannya akan muncul, bersiap menangkapnya dan mengucapkan mantra apapun yang terjadi.
Maganis itu tampak sedikit berbeda dengan baju lengan panjang, celana yang panjang, serta jubah bulu seolah untuk menghangatkan—Kota tidak sedingin puncak kerajaannya membuat Raja dengan tatapan tajam itu bertanya- tanya, Maganis apa yang kini ada dihadapannya. Hal itu membuat iris berwarna biru kegelapannya kembali muncul mengangkat jemarinya seiring dengan palang pada trotoar yang kembali tertelan oleh tembok—
Jemarinya menjentik dengan kakinya yang kini melangkah hingga tudung Maganis dihadapannya terbuka, layaknya tudung yang diterpa oleh angin membuat pemilik nya tersentak dengan iris hitam yang membulat dan jemarinya segera mengangkat tudung itu kembali—Hingga, Kim Taehyung melihatnya bekas luka pada pipi disana dan Maganis tidak pernah memiliki bekas luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ring Solar Eclipse [TAEKOOK]
Romance"He had the magic in his eyes, even the stars envied" Menyeramkan ketika aku yang datang ke tempat dimana hanya ada gelap dan dingin yang begitu menakutkan-begitu sepi sebelum mata kegelapan itu menyapa, menarik ku penuh penuh amarah. Namun, ketika...