Entah apa yang terjadi, pagi ini Alathana di turuni oleh salju begitu rintik- rintik beserta angin yang tetap begitu mendayu pada Copanus baru memperlihatkan dirinya beberapa menit yang lalu. Hal itu membuat Sang Raja yang memiliki Alathana melirik ke arah rintikan salju hingga pandangannya pada sosok manusia yang tengah tersenyum tipis itu teralihkan.
Iris sehitam jelaga itu turut melirik dan menatap rintikan salju yang tampak berbeda, membuat iris hitamnya membulat ketika menyadari jika salju itu berbentuk kristal layaknya bunga musim dingin yang begitu indah.
Ia menutup bilah bibirnya menggunakan punggung tangan karena begitu takjub, rintikan yang turun perlahan layaknya hiasan natal walaupun udara mampu membekukan tubuhnya
"Salju itu sangat indah, Yang Mulia—"
Taehyung melirik dengan iris berwarna madu nya pada manusia yang bicara begitu lembut dan suara yang begitu tenang, membuatnya kembali menatap kearah salju yang tampaknya hanya—terlihat seperti salju membuat Taehyung sedikit mengerutkan keningnya tidak mengerti, hingga Taehyung pun kembali melirik pada manusia yang terlihat seperti menghitung salju disana.
"Jika kau ingin menghitung rintikan salju itu, pergilah" ucap Taehyung dengan tongkat yang kini meraih ponsel berwarna putih itu, membuat Jungkook tersentak dan melirik kearah Raja yang tampaknya memang sama sekali tidak bersahabat dengannya—Walaupun telah menolong kehidupannya dengan iris penuh rasa ingin membunuh disana membuat Jungkook menciut.
"Aku akan memeriksa ini—"
Taehyung berucap dengan kakinya yang kini melangkah masuk kedalam ruangan yang bersatu dengan balkon, menutup pintu ruangan itu menggunakan tongkat membuat Jungkook tersentak dengan irisnya yang kini mengedar—mencari bagaimana dirinya turun dan pergi dari balkon besar ini hingga matanya semakin membulat dan menatap kearah punggung Raja yang hampir menghilang.
"Yang Mulia?"
Jungkook memanggil dengan kebingungannya, menatap kearah ruangan yang tampaknya begitu megah, mungkin sebuah kamar membuatnya bangkit dan menatap kearah balkon yang begitu tinggi dari pijakan—Matanya terpejam singkat sambil memijat pelipis untuk memikirkan bagaimana dirinya turun dari balkon sebelum Raja kembali dan melihatnya disini.
Namun, pandangan itu terangkat dengan Jungkook yang kembali menatap kearah langit yang menurunkan rintikan salju dengan bentuk yang terlihat begitu indah walaupun tanpa kaca pembesar—benar terlihat seperti kristal untuk hiasan natal dan juga bunga musim dingin begitu indahnya membuat Jungkook menghela nafas dan menundukan pandangannya.
"Aku—dimana"
Suara itu terdengar oleh sosok pria yang kini bersembunyi di balik dinding dengan raut wajah datarnya, mata yang menunjukkan ketidaktarikan, tetapi kebutuhannya untuk mencari tahu. Iris madunya kini menatap lurus pada apa yang ada dihadapannya dengan jemari yang mencengkam ponsel begitu erat karena pemuda itu tak kunjung pergi dari balkon kamarnya.
Kim Taehyung bertanya- tanya, benarkah manusia itu adalah makhluk lemah dengan segala keserakahan dan sikap pembohongnya—Hanya saja, jika Taehyung melihat pada ponsel putih ini, tampaknya manusia itu tidak berbohong karena suara rekaman yang dihasilkan, memang manusia itu menggunakan bahasa bangsawan milik Alathana.
Hal itu membuat Taehyung menghela nafasnya—Haruskah ia membunuh manusia itu atau membiarkannya hidup di Alathana? Karena Taehyung tidak mungkin membiarkannya kembali, ke tempatnya dengan iris yang telah berbinar menatap Alathana—Taehyung hanya takut, keserakahan manusia itu membawa petaka bagi Alathana 167 tahun setelahnya ketika gerhana itu kembali.
***
Iris hitam itu masih menatap kearah pijakan berharap jika terjadi suatu keajaiban yang mungkin akan membawanya turun dan meninggalkan balkon besar itu—Udara semakin dingin dan dirinya merasa mengigil dengan langit yang kini tertutup awan tebal dan salju yang berhenti turun ke permukaan, membuat fokusnya berganti pada angin yang begitu mendayu mengenai kulit dan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ring Solar Eclipse [TAEKOOK]
Romance"He had the magic in his eyes, even the stars envied" Menyeramkan ketika aku yang datang ke tempat dimana hanya ada gelap dan dingin yang begitu menakutkan-begitu sepi sebelum mata kegelapan itu menyapa, menarik ku penuh penuh amarah. Namun, ketika...