Kesekian harinya, dan kesekian kalinya malam, dan kesekian kalinya siang tanpa salju di lewati dengan temaramnya lampu, surat- surat yang bertumpuk di atas meja serta teh jasmine yang berganti setiap enam jam sekali beserta makanan nya—Sesekali ia menarik rambut hitam itu ketika menerima undangan acara kerajaan dan kemudian di buang nya dengan asal.
Iris berwarna madu itu tak berhenti menatap ke arah kertas yang kemudian di berikan cap ataupun di buang begitu saja membiarkan para Maganis untuk menyelesaikan penolakannya. Malam ini tampaknya lebih gelap dari malam sebelumnya, membuat iris madu itu bergerak dan mendapati badai salju yang turun di tengah udara yang begitu dingin seperti biasa.
Helaan nafas nya pun kini terdengar dengan jemari yang terulur meraih sebuah kotak berisi korek api kayu, menggesekkannya hingga api itu muncul lalu ia masukan kedalam sebuah jar hingga api itu menyala lebih terang.
Lengan berkulit tan itu sedikit mendorongnya menjauh sebelum telinga nya mendengar suara langkah kaki serta ketukan pintu ruangan hingga pintu ruangan itu terbuka setelah ia mempersilahkan masuk.
"Yoongi—Apa yang kau lakukan disini" ucap Taehyung sambil memutar bola matanya malas dan memilih untuk kembali menyibukkan diri pada kertas dihadapannya, mengabaikan Yoongi yang kini melangkah dan duduk diatas sofa lalu mengangkat kakinya ke atas meja—Entahlah, Taehyung tidak yakin jika Yoongi adalah turunan bangsawan.
"Tadi aku bicara dengan seorang Maganis—" ucap Yoongi yang kini menatap kearah dinding dengan lukisan yang begitu megah menggambarkan besarnya Alathana setelah kehancurannya beberapa ratus tahun lalu. Sangat indah membuat Yoongi tidak bisa berhenti memikirkan Alathana sama sepertinya adiknya itu, hanya saja rasa penasarannya lebih besar.
"Mengenai manusia itu, kau tahu? Kau membuatnya tertidur begitu lama" ucap Yoongi membuat Taehyung melirik ketika membicarakan manusia yang kini masih berada di ruang bawah tanahnya dan Taehyung melupakan hal itu membuatnya menyimpan balpoin berbulu ke atas kertas dengan tinta nya yang menghilang karena sensor.
"Lalu? Apa masalahnya hingga kau mengganggu pekerjaanku?" ucap Taehyung yang kini menatap Yoongi yang tampaknya merasa gusar mengenai apa yang telah ia lakukan—Namun, Taehyung tak mampu menebaknya dan hanya menyesap teh jasmine sambil menunggu Yoongi untuk kembali bicara.
"Itu adalah masalah—Kau ingin membunuhnya atau tidak?" tanya Yoongi yang kini melirik tajam pada adiknya itu, membuat Taehyung terdiam dan menggenggam erat lengan diatas perut nya—Taehyung terdiam dengan kakinya yang kini mengetuk pelan pada lantai dan perlahan tubuhnya bangkit, melangkah mendekat kearah jendela untuk menatap megahnya Alathana.
"Rasanya—dia terlalu lemah untuk ku bunuh" ucap Taehyung yang kini menatap kerlip Alathana di perkotaan begitu indah, sangat indah dan Taehyung tidak ingin kehilangan Alathana itu. Biarkan para Maganis, Lanarta, bahkan Heolo menganggapnya begitu jahat karena yang terpenting, mereka mengikuti perintah mengenai segala hal.
"Tapi—Bukan berarti dia bukanlah ancaman bagi Alathana—Kau paham?" Lanjut Taehyung yang kini melirik pada Yoongi, dan tampaknya Yoongi juga tak mampu berpikir untuk hal ini hingga kepalanya ia sandarkan pada sandaran dengan mata yang terpejam. Raja itu benar, sangat benar membuat Yoongi tak mampu mengatakan apapun.
"Aku membaca apa yang di tuliskan oleh Neil—Jika manusia memiliki sikap serakah dan pembohong ulung—Itu lebih sulit dibandingkan fisik mereka yang kuat" ucap Taehyung yang kini menghela nafasnya dengan ingatan mengenai makhluk layaknya Maganis membelah tubuh Heolo untuk penelitian—Entah penelitian apa yang mereka maksud.
"Tapi—membuatnya tertidur hanyalah lari dari masalah" ucap Yoongi membuat Taehyung menghela nafasnya dan mengangguk—Taehyung mengetahui hal itu dan Taehyung terus memikirkan hal yang sama, sepanjang harinya dan terus berputar pada satu titik yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ring Solar Eclipse [TAEKOOK]
Romance"He had the magic in his eyes, even the stars envied" Menyeramkan ketika aku yang datang ke tempat dimana hanya ada gelap dan dingin yang begitu menakutkan-begitu sepi sebelum mata kegelapan itu menyapa, menarik ku penuh penuh amarah. Namun, ketika...